Acara Berburu (3)

2.3K 383 8
                                    

Demian mengangkat salah satu alisnya, memegang tengkuknya. "Ibu tiriku benar-benar terburu-buru." Dia memiringkan kepalanya, netra hijau berkilaunya berganti fokus menatap raven yang berjalan di belakang ratu.

"Kau tak cemburu?"

Rihanna meneguk minumannya santai. "Tidak." Jawabnya singkat.

Wanita itu menatap Raven yang sedang mengamit lengan Putri Elina, ia memandangnya dengan tatapan santai, seperti tak panik dengan situasi yang sedang terjadi. Para Bangsawan mulai bergosip, terutama Bangsawan wanita. Suara yang mereka keluarkan cukup keras, hingga Rihanna bisa mendengarnya.

"Di situasi seperti ini saya tak bisa melakukan apapun," Rihanna memusatkan pandangannya pada Raven seperti yang lainnya. "Lebih baik bagi saya tak melakukan hal yang sia-sia dan akan merugikan nantinya.

Demian menyerigai pelan. "ternyata kau tak bodoh."

Rihanna membalasnya. "Tentu saja, saya ini pintar mengamati situasi dan menyesuaikan diri."

Demian sedikit terkejut, saat Rihanna mendadak memutar wajah menatapnya. untuk sesaat, mata wanita itu terlihat besar dan dalam. netra sapphire nya seolah menyerap seluruh cahaya matahari yang mendarat di pupilnya, kilau itu untuk sejenak menghilang, sejenak matanya begitu kosong. Dalam momen itu, Demian merasa pemilik tubuh asli itu kembali.

Rihanna mengangkat gelasnya, dan cairan semerah darah mengenai dan membasahi bibirnya, lalu masuk ke mulut dan melewati tenggorokannya. ia sedikit menolehkan kepalanya dan matanya yang kosong itu mendelik tajam ke sekumpulan bangsawan wanita yang berkumpul tepat di meja seberangnya.

"Lagi pula, saat ini sesuatu akan menghancurkan dirinya sendiri." Ucapnya dengan satu sudut bibir yang naik ke atas, membentuk sebuah senyum jahat yang menyeramkan.


****

Di waktu yang sama.

"Lady Lumia, anda terlihat seperti Malaikat. Saya iri pada anda yang mempunyai mata sapphire yang berkilau seperti itu." ujar seorang Lady sembari mengerutkan bibirnya, Lady Westine. salah seorang Lady yang aktif dalam perkumpulan bangsawan.

"Tapi wajah anda terlihat pucat, Lady. anda baik-baik saja?" Sahut lady lainnya, dengan tatapan penuh khawatir.

Lumia tersenyum simpul. "saya baik-baik saja, Lady. terima kasih telah mengkhawatirkan saya." Gadis itu menggenggam erat gaun putihnya. "sepertinya wajah saya pucat, karena semalam saya terlalu antusias dengan hari ini."

Para perempuan bangsawan di sekitar itu memasang wajah khawatir. "anda benar-benar malaikat, Lady."

"Saya bukan malaikat." Bantah Lumia lembut.

Salah seorang Lady di kumpulan itu, yang sedari awal tak ikut berbicara, hanya mengamati sembari meletakkan kipas di depan wajahnya, membiarkan hanya matanya yang kelihatan tiba-tiba menyahut.

"Lady Lumia hanya menerima berkat Dewi, Malaikat sebenarnya adalah Nyonya Alberta."

Para Lady saling menoleh, sementara Lumia mengangguk penuh semangat, "Lady Venice benar, saya hanya seseorang yang menerima berkat Dewi." Matanya menjadi lebih sayu dan terlihat rapuh.

"Perkataan anda sedikit kasar, Lady. walau begitu Lady Lumia memang benar terlihat seperti seorang Malaikat." Lady Westine menatap tajam perempuan yang sedang menutupi wajahnya dengan kipas itu. Ia bergantian menatap sisi kanan dan kirinya. "Lady sekalian juga berfikir seperti itu, 'kan?"

beberapa dari mereka mengangguk, membuat Lumia menggelengkan kepalanya malu. "Saya hanya menerima berkat dewi."

Lady Venice mengalihkan pandangannya, menatap Raven dan Putri Elina yang sedang berbincang dengan Ratu. "dukungan Yang Mulia Ratu pada lady Cyllen tak main-main." Matanya lalu mendelik pada Lumia yang menatapnya dengan tatapan polos. "Beliau sampai menjodohkan Putri dengan Putra Marquess."

I'M NOT A VILLAINESS!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang