-28-

232 24 7
                                    

hari ini jeongyeon merasakan ada yang aneh pada Jimin. bagaimana tidak? setiap pagi dia tidak banyak bicara pada Jeongyeon, dia berbicara hanya pada saat dia perlu saja dan menanyakan keadaannya, selebihnya dia hanya diam saja dan nampak begitu serius.

ingin sekali Jeongeyon bertanya keadaannya, namun Jeongyeon berpikir 2x karna tau jika Jimin bersifat seperti ini padanya berarti ada hal yang disembunyikan darinya.

namun Jeongyeon berpikir positif, Jimin pasti sedang ada masalah pada pekerjaannya.

apa yang harus aku jelaskan pada Jeongyeon? aku takut dia akan salah paham denganku.

"Jiminna, apa kau baik" saja?"

ditengah-tengah lamunannya Jimin dikagetkan dengan pertanyaan Jeongyeon.

"nan? gwenchana". sahut Jimin dengan bingung dan itu terbaca oleh jeongyeon

"aku tau kau menyembunyikan sesuatu dariku. kau tak bisa bohong denganku Jimin. katakan". tegas Jeongyeon dengan sedikit menekan ucapannya.

tapi disini jimin tetap diam dan tetap membaca semua berkas yang ada di mejanya.

"katakan, apa ada yang salah denganku? kenapa kau membisu seperti ini?"

Jimin tetap diam hingga akhirnya Jeongyeon jengkel

"kau ini kenapa? katakan padaku". Jeongyen agak meninggikan ucapannya dan kini beranjak disebelah kursi Jimin.

Jimin melihat ke arah Jeongyeon dan menarik nafas panjang. Jimin mengibaskan rambutnya kebelakang dan mengatur nafasnya.

"apa yang salah dariku? katakan padaku".

Jimin beranjak dari kursinya dan memegang kedua bahu Jeongyeon. dia menatap jeoengyeon dengan nanar atau tatapan sedihnya.

"wae?"

Jimin kembali menarik nafasnya sebelum berucap. "jeongyeonna" Hanya itu dan Jimin langsung memeluknya.

"aku tau aku salah, aku minta maaf. tapi aku mohon kau harus percaya padaku, semua yang aku lakukan hanya untuk kebaikanmu. tidak ada hal lain untukku ataupun perusahaan".

Jeongyeon tidak mengerti apa maksut dari ucapan Jimin.

"apa maksutmu?"

"kau harus percaya padaku, jangan dengarkan apapun yang oranglain katakan. hanya itu". Jimin hanya bisa mengatakan itu untuk saat ini, dia merasa tidak ingin melepaskan pelukannya untuk jeongyeon, jimin takut apabila dia melepaskan pelukan ini dia juga akan kehilangan Jeongyeon. Hal yang amat sangat tidak diinginkan oleh jimin.

Jeongyeon yang tahu keadaan jimin saat ini tapi dia belum mengerti apa maksut ucapan jimin hanya bisa mengangguk dan membalas pelukan jimin. "Ne, arraseo Jiminna. Aku akan selalu percaya padamu". Jeongyeon mengelus pundak Jimin dan setelahnya dia melepas pelukannya dari Jimin. Jeongyeon melihat wajah Jimin yang menurut dia sedang gundah namun jeongyeon tidak mau bertanya lebih karena berpikir masalah pekerjaannya.

"Tapi Jimin, bisakah aku memohon kepadamu?" Ucap jeongyeon pada jimin yang membuat jimin langsung memegang erat kedua tangan jeongyeon.

"Iya tentu, katakan. Semua yang aku lakukan hanya untuk kamu. Tidak ada yang lain".

"Jangan pernah kau salah gunakan kepercayaanku kepadamu dengan alasan apapun, aku tidak akan menerima itu". Jela Jeongyeon.

Deg.. deg..
jimin yang mendengar itu sontak kaget dan seakan tidak percaya bahwa jeongyeon akan mengatakan hal seperti itu.

"Jimin.. apa kau mendengarku?"

"Ahh.. tentu saja aku mendengarmu". Jimin sontak langsung tersadar dengan lamunannya. "Aku tidak akan mengecewakanmu Jeong, kamu bisa memegang seluruh perkataanku". Jimin meyakinkan Jeongyeon. Dan melihat ketulusan serta kejujuran Jimin, Jeongyeon pun mengangguk dan meninggalkan jimin sendiri di ruang tengah itu.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang