Hari demi hari dihabiskan Jeongyeon dirumah sakit. Proses penyembuhan masih belum selesai, Jeongyeon terlihat sehat, namun dia belum siap menghadapi sederet pertanyaan yang akan diajukan padanya nanti setelah keluar dari sini.Dimana Jimin? Jimin ada. Selalu ada di sisi Jeongyeon. Di pagi hari Jimin akan kekantor sebentar untuk mengurus beberapa surat penting, siangnya nanti dia akan kembali ke rumah sakit untuk menemani Jeongyeon. Jimin tidak akan membiarkan Jeongyeon sendiri dan menyalahkan dirina lagi. Bagi Jimin itu sudah cukup.
Hyerim Nuna mengurus seluruh wartawan yang masih setiap di lobby rumah sakit. Setiap hari. Padahal seluruh staf rumah sakit sudah memberikan himbauan bahwa Jeongyeon masih belum bisa memberikan keterangan. Alhasil para wartawan hanya memperoleh foto Jimin bersama Jin yang sellau kesana. Jimin pun tidak mau memberikan keterangan apapun pada mereka. Baginya, kesembuhan Jeongyeonlah sekarang yang utama.
.
.
.
"Nuna, kenapa masih banyak wartawan didepan?" Tanya Jimin sesaat setelah memasuki kamar rawat Jeongyeon. Dia melepas jas nya dan juga menaruh makanan di nakas dekat banker Jeongyeon.
"aku tidak tahu. Aku sudah memperingatkan mereka dan bahkan agensi pun telah memberikan statementnya namun mereka ingin menemui Jeongyeon langsung".
"apa yang mereka cari darinya?" seketika Jimin menjadi sedih kala melihat Jeongyeon yang masih tidur.
"apa mereka tidak punya empati? Bahkan dokter Jeongyeonpun sudah menemui mereka, tapi mereka tetap saja tidak puas". Lanjut Hyerim
"aku akan menghubungi agensi Jeongyeon dan menyuruh Jin hyung untuk mengurusnya". Jimin menoieh kea rah Jeongyeon sekilas dan memegang ujung kepala Jeongyeon. "aku ingin dia sehat, jangan lagi berikan dia tekanan. Hanya itu yang aku inginkan".
"baik, aku akan kabari kau nanti. Sekarang makan lah dulu, kau pasti juga lelah". Ajak Hyerim pada Jimin yang masih setia pada Jeongyeon.
.
.
.
Proses pengobatan Jeongyeon selalu rutin dilaksanakan pagi sampai siang hari, itu sebabnya biasanya saat Jimin datang Jeongyein akan istirahat karena efek obat yang di berikan.
Terapi yang dilakukan Jeongyeon lebih kepada mengajak Jeongyeon untuk berkomunikasi dengan orang lain, terutama dengan para pria. Jeongyeon juga diberikan terapi apabila nantinya sakitnya akan kambuh di waktu yang tidak tentuy. Jeongyeon sangat aktif dan ingin dirinya sembuh juga.
Hari ini, Jimin menemaninya untuk terapi. Jimin sengaja tidak bekerja karena ingin menemani Jeongyeon. Karena selama ini Jimin masih sibuk di ruang kerjanya.
"Jeongyeonna, kau baik-baik saja?'. Jimin bertanya sambil merapikan selimut Jeongyeon.
"mm.. aku baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir". aku menengok dan menampilkan senyum tipis ada Jimin.
Jimin melangkah untuk lebih dekat padaku. "kenapa kau selalu berkata seperti itu? Apa aku salah khawatir denganmu?". Rambut pinggirku dan di sibak ke belakang telingaku yang membuatku sedikit terkejut dan mengernyit.
"Jiminna". Aku mengambil tangan Jimin yang masih ada di telingaku. Aku menggenggamnya dengan sedikit elusan halus. "aku akan sembuh. Masih banyak yang harus kau khawatirkan, duniamu bukan hanya aku. Selama kau masih denganku dan selama aku masih ada didepanmu, kau tidak perlu khawatir. Jadi cukup, jangan kau khawatirkan aku disaat aku juga bersamamu". Aku mencoba menjelaskan agar Jimin tidak salah paham dengan apa yang aku katakn sebelumnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/178333609-288-k816583.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
Teen FictionYoo Jeongyeon adalah model terkenal di Korea Selatan. Dia Model yang sangat murah hati dan sederhana, ditambah lagi dia sangat mencintai pekerjaan yang telah membawanya sampai titik ini. Tapi keadaan tiba-tiba berubah saat dia bertemu dengan Park Ji...