Aku gak banyak omong dan basa basi ya kawannn..
Hari ini aku up bagian barunya, entah kenapa semakin hari aku semakin sibuk saja 😒
Bahkan terkadang aku sangat lelah untuk mengurus segala hal terkait diriku sendiri.
Aku agak lama up cerita barunya dikarenakan aku ingin jalan ceritanya menjadi simple atau ringan namun konflik tetap bisa berjalan.Oke langsung aja yaa. Aku berterima kasih pada semua yang sudah vote, komen dan bahkan menambahkan cerita ini kedalam perpustakaan kalian.
Aku juga ada cerita baru, tp aku belum mau publish dikarenakan aku masih menyiapkan konsep yang matang dengan jalan cerita yang berbeda. Doakan semoga semuanya lancar dan jangan lupa untuk terus mendukungku yaaa...
Terima kasih 💜
.
.
.
Pagi pagi sekali Jeongyeon harus sudah bersiap-siap untuk pemotretan sebuah majalah. Pagi pagi sekali juga hyerim unnie sudah ada di apart Jeongyeon dan menyiapkan segala keperluan Jeongyeon."Apa kau sudah siap?" Tanya Hyerim unnie sambil memgepak sisa barang Jeongyeon
"Yaa, aku sudah siap". Jawab Jeongyeon sambil mengambil susu di kulkas.
"Kalo begitu ayo kita berangkat".
Jeonyeon dan Hyerim unnie meninggalkan apart jeongyeon dan menuju ke lokasi pemotretan
.
.
Dilain sisi Jimin juga tengah sibuk mengurus segala administrasi terkait dengan bisnisnya dan juga tak lupa soal teror apart Jeongyeon.Memang walaupun akhir-akhir ini terornya sedikit berkurang, tapi tetap itu adalah tanggung jawabnya selain sebagai pemilik resmi dari Han Apart tapi karena sudah terkait dengan wanitanya, Jeongyeon.
"Jimin aku mendapatkan informasi yang sangat bagus dan mungkin ini cukup bisa dibawa ke pihak berwajib". Jinyoung yang saat itu sedang duduk di ruang tamu kantor Jimin pun sesegera mungkin menunjukkannya.
"Apa itu?" Jimin mengernyitkan dahinya dan melihat apa yang dimaksud Jinyoung di Hp miliknya.
Mereka berdua dengan seksama melihat dan mendengar dari percakapan seseorang yang ada di layar HP itu.
Kurang lebih durasi video itu 2 menit, Jiminpun masih menimbang dan akhirnya memutuskan.
"Jinyoung". Panggil Jimin yang kini tengah memutar kursi kerjanya kebelakang sambil melihat jendelanya.
"Wae Jimin?"
"Apakah kau yakin dengan ini semua?"
Jinyoung tidak langsung menjawab, dia sedikit menimbang.
"Kalau kau tidak rela dan merasa kasihan terhadap ayahmu sendiri, mari kita akhiri saja". Jimin meneruskan kata-katanya dikarenakan Jimin merasa Jinyoung juga merasakan kasihan terhadap ayahnya. "Aku tau ayahmu salah, tapi aku masih merasa kasihan apabila nanti ayahmu dipenjara. Bagaimana dengan dirimu? Kalaupun ayahmu nanti menginginkan salah satu perusahaanku, aku akan memberikannya dengan syarat bahwa ayahmu tidak lagi menyakiti Jeongyeon dan juga..." Jimin memutuskan perkataannya dan berbalik untuk melihat Jinyoung. "Dan juga dirimu". Pungkas Jimin
Jinyoung yang mendengar itupun kaget dan tidak menyangka akan seperti ini yang dipikirkan oleh Jimin. Di satu sisi Jinyoung ingin memberikan peringatan kepada ayahnya sendiri, namun disatu sisi lain juga Jinyoung merasa kasihan apabila nanti ayahnya akan mendekam di penjara.
"Jiminna, aku tau itu ayahku. Tapi dia juga salah dan melakukan hal sudah diluar wajar. Aku tau juga ayahku menginginkan salah satu perusahaan terbesarmu, namun tidak begitu juga caranya". Jinyoung mencoba menjelaskan pada Jimin. "Apa kau lupa apa yang telah diperbuat ayahku pada Jeongyeon? Apa kamu lupa apa yang diperbuat ayahku kepada perusahaanmu ini yang jelas" kau bangun sendiri dari jerih payahmu dan dengan mudahnya kau akan memberikan itu pada ayahku yang serakah?" Jelas Jinyoung dengan penuh penekanan disetiap katanya.
Jimin masih menimbang bingung di meja kerjanya.
"Ini sudah ada bukti yang jelas bahwa memang ayahku menyewa beberapa penjahat dan juga merencanakan ini semua dan tiba-tiba kau mau kota berhenti sampai disini? Apa kau cukup waras Jimin?" Jimyoung merasa kesal dengan keputusan yang Jimin ambil.
"Jinyoung, tapi itu ayahmu. Aku tidak bisa dan tidak mungkin akan memenjarakan ayah dari sahabatku sendiri".
"Lalu apa kau tega Jeongyeon akan terus-terusan di teror oleh ayahku? Apa Jeongyeon masih kuat menerimanya? Apa kau yakin akan masih bisa menolongnya saat dia dalam bahaya?"
Jimin seketika langsung menatap Jinyoung dengan tatapan bingung setengah mati.
"Aku... aku tidak mungkin bisa melihat Jeongyeon menderita seperti itu". Pungkas Jimin frustasi menarik-narik rambutnya sendiri
"Kalau begitu apa lagi yang kau tunggu?". Jinyoung mencoba meyakinkannya. "Jimin, jangan hanya karena dia ayahku lalu kau lupa akan semua yang telah kau rencanakan sebelumnya. Walaupun dia ayahku tapi aku tahu bagaimana kejamnya ayahku, aku tidak akan marah terhadapmu". Jinyoung sekali lagi meyakinkan Jimin dengan mengusap bahunya.
Jimin yang mendengar itu pun mengangguk dan mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa memang dua-duanya sangat berat untuk Jimin. Walaupun ayah Jinyoung telah jahat terhadapnya dan juga Jeongyeon, namun Jimin juga tidak bisa melupakan bahwa dia adalah tetap ayah kandung dari Jinyoung sahabatnya. Di lain sisi Jimin juga tidak mungkin membiarkan begitu saja tentang apa yang telah dilakukan ayahnya terhadap Jeongyeon.
"Kalau begitu aku akan melaporkannya lusa. Setelah semua berkas dan bukti-buktinya kita kumpulkan semuanya. Dan aku juga akan menyewa pengacara". Lanjut Jimin yang diikuti anggukan Jinyoung.
.
.
Pemotretan yang dilakukan Jeongyeon telah usai, dan dia melanjutkan untuk acara live pada pkl 7 malam nanti."Unnie aku ingin makan sebentar boleh ya? Aku merasa lapar" ajak Jeongyeon pada Hyerim unnie
"Tentu saja, kita akan mampir dulu untuk makan".
Kurang lebih 15 menit mereka telah sampai di salah satu restoran. Mereka masuk dan memesan makanan untuk mengganjal rasa lapar.
"Oh ya jeongyeon, kau ada jadwal ke jepang minggu depan". Ungkap Hyerim unnie yang tengah melihat" buku catatan dan jadwal tambahan Jeongyeon.
"Kenapa tiba-tiba? Bukannya itu masih bulan depan?"
"Iya, tapi pihak brand mengajukan jadwal promosinya dikarenakan antusias yang melebihi ekspektasi mereka".
"Aahhhh apakah ini adil? Kenapa mereka selalu memutuskan sesuatu tanpa bertanya dulu padaku?" Omel Jeongyeon
"Yaaa mereka ini brand nomer 1 di Jepang, dan baru kau saja yang menjadi brand ambassador dari Korea seharusnya kau bangga".
"Yaa aku tau mereka nomer 1 tapi tidak bisakah mereka memutuskan mengajukan promosi sepihak seperti ini?? Menyebalkan sekali". Lanjut omelan Joengyeon dengan tangan berlipat di bawah dada.
Drrttt drrtt drrttt
Ponsel juga berdering."Annyeonghaseyo?" Jawab Jeongyeon
"Eoh jeongyeonna, eodisseo?" Tak lain tak bukan itu Jimin
"Eoh aku sedang di resto untuk makan bersama Hyerim unnie. Wae?"
"Ohh begitukah? Apa kau ada jadwal lain setelah ini?"
"Iya, aku ada live jam 7 malam nanti dan kira-kira selesai jam 8".
"Kalau begitu aku akan menjemputmu disana, ada yang ingin aku sampaikan".
"Oke, aku akan tunggu manti disana".
Biipp."Kenapa?" Tanya Hyerim unnie
"Nanti malam Jimin yang akan menjemput dan mengantarku pulang. Jadi Unnie bisa langsung pulang saja kerumah ya". Jelas Jeongyeon pada Hyerim Unnie
"Ahhh syukurlah Jimin kau membuat pekerjaanku lebih mudah".
"Yaaaaa apa"an unnie ini". Pukul Jeongyeon pada Hyerim unnie.
~bersambung~
Yang nunggu moment Jeongyeon sama Jimin berduaan sabar dulu yaaa....
Di next episode bakal banyak banget momment seru dan menggemaskan lainnya. Jadi aku mohon untuk bersabar 🥰🥰🥰Jangan lupa vote nya terus yaaaaa 😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
Teen FictionYoo Jeongyeon adalah model terkenal di Korea Selatan. Dia Model yang sangat murah hati dan sederhana, ditambah lagi dia sangat mencintai pekerjaan yang telah membawanya sampai titik ini. Tapi keadaan tiba-tiba berubah saat dia bertemu dengan Park Ji...