What wrong with me?

660 91 9
                                    

Hayyoo siapa yang penasaran sama kelanjutan ceritanya?? Angkat tangannya dulu dong.. haha 🤗🤢
Aku up agak cepet yaa.. mumpung ada kesempatan buat nulis dan banyak ide yang berputar di kepalaa...

Aku kasih bonus perut jimin dulu. Nyicil..besok biar bisa banyakan hehe 🙇‍♀️


Aku tidak tahu kenapa aku masih berada diatas badannya saat ini. Aku hanya bisa mematug

sesaat setelah dia mengucapkan kata-kata yang membuatku merinding dan seketika shock.
"Aku suka aroma tubuhmu" kata-kata itu masih saja terngiang dikepalaku, membuatku merasa ada desiran begitu hebat didalam tubuh dan hatiku.

"Jeongyeonnaa". Dia memanggilku lagi dengan suara seraknya. Membuatku mau tak mau harus bertemu pandang lagi dengannya.

Aku melihatnya dan ternyata wajahku dan wajahnya kini semakin dekat.

Dia menangkup pipiku dan mengelusnya dengan halus. Aku melirik tangannya sekilas dan kembali memandangnya.

"Jimin-aa,, wae geurae?" (Ada apa?) Aku bertanya padanya dengan kalimat yang terbata-bata.

Dia tidak menjawabku, dia hanya tersenyum tipis dan tiba-tiba dia melepaskan handuk yang membungkus handukku.

Dia membukanya sangat mudah dan cepat, membuatku melihat ke arah mana dia melempar handuk itu dan aku membenarkan rambut basah yang berantakan ini.

Detik itu juga, Jimin juga ikut membantuku untuk merapikan rambutku. Dia menyibakkan rambutku ke belekang telinga.

Anehnya aku tetap mematung. Sampai aku bertanya dalam hatiku sendiri

"Jeongyeon apa kau sudah gila? Kenapa kau tidak bangun dan pergi dari sini?"

"Jangan pernah tinggalkan aku lagi Jeongyeon. Aku tidak tau akan jadi apa nantinya tanpa kamu"

Aku hanya bisa semakin membulatkan mataku.
"Jimin, jangan katakan seperti itu". Sambungku sambil menggeleng-gelengkan kepalaku.

Jimin memang selalu bisa membuatku kaget dengan tingkah dan perlakuannya yang tiba-tiba.

Seperti saat ini. Entah sejak kapan kita tangan lembutnya sudah mengelus pipiku dengan lembut, memandang wajahku dan perlahan mendekatkan wajahku untuk lebih dekat dengannya.

Aku merasa udara di sekitarku semakin berkurang dan dadaku semakin sesak.
Aku bisa melihat dan merasakan bahwa jarak kita sudah semakin dekat.

Ujung hidung dan hidungnya sudah saling bersentuhan.

Dan kini dia sudah mulai memiringkan mukanya.

"Jimin sebaiknya kau pulang sekarang". Ucapku pada saat itu juga dan sadar dengan apa yang bisa dilakukan Jimin selanjutnya.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang