siapa? (dia)

607 82 12
                                    

Guys maafin aku sekali lagi karena sudah lama sekali tidak update untuk cerita ini.
Aku sangat sangat sibuk kemarin, sehingga aku tidak bisa meneruskan cerita ini dan juga tidak bisa konsentrasi untuk mengerjakannya..
Bahkan disaat aku mendapatkan waktu istirahat, itu akan aku gunakan sebaik mungkin untuk diriku.
Sekali lagi aku mengucapkan maaf yaaa....
Dan sekarang aku update lagi untuk kalian, semoga kalian tetap senang dan menikmatinya yaa..
Terima kasih 😁😁
Kini Jinyoung sudah mengakui kesalahan pada Jimin. Dan mulai kini Jinyoung juga sudah sepakat untuk menyelesaikan masalah ini walaupun itu terkait dengan ayahnya Jinyoung sendiri.

Jinyoung melakukan ini bukan tanpa alasan, selama ini Jinyoung sadar bahwa dia hanya di manfaatkan oleh ayahnya untuk mendapatkan semua yang dia inginkan dengan cara menghina dirinya dengan anak yang tidak berguna dan tidak pantas untuk mewarisi perusahaannya. Jinyoung sudah merasa muak dibayang-bayangi oleh ayahnya sendiri. Apapun resikonya nanti dia akan menerimanya, walaupun itu adalah ayahnya sendiri.

"Jimin aku membawa beberapa daftar nama orang bawahan ayahku". Jinyoung tiba lebih awal dari jam yang di janjikan oleh Jimin. Yaa, mereka sepakat bertemu di americano coffee untuk membahas masalah terkait dengan Jeongyeon.

"Wahh gerakanmu sangat cepat Jinyoung~~" goda Jin dengan menggerakan tangannya seperti ombak.

Jinyoung yang mendengar itu hanya tertawa kecil dan membuka kertas yang sudah dia bawa didalam tasnya.

"Ini ada beberapa nama bawahan ayahku, mereka diperintahkan untuk terus mengikuti Jeongyeon kemanapun dan setiap malam mereka akan ada disana".

"Apa-apaan ini?? Mereka bisa dibilang penguntit" sela Jin dengan wajah kesalnya.

"Aku tahu itu, aku tidak habis pikir ayahku sampai berbiat sejauh ini".

"Tunggu". Jimin yang sedari diam tiba tiba membuka suaranya san membuat Jin dan jinyoung memgalihkan perhatian ke Jimin.

"Aku lihat ini ada 6 orang yang mengikuti Jeongyeon. Tapi bagaimana bisa dia selalu mengikuti kemana arah Jeongyeon pergi? Apa mereka tidak tidur? Apa mereka bahkan tidak pulang ke rumah keluarga mereka?" Tanya jimin bingung dan masih melihat daftar nama tersebut.

"Aku mempunyai pikiran lain, namun aku takut menyinggumu Jinyoung". Jin menepuk pundak Jinyoung.

"Apa hyung? Katakan saja, aku tidak akan mengambil hati soal ini. Apalagi ayahku".

"Apa mungkin ayahmu memasang pelacak ke Jeongyeon?" Tanya Jin dengan hati-hati.

"Apa sejauh itu??" Jimin bereaksi kaget dan mengusap wajahnya berkali-kali.

Mereka bertiga hanya diam dan memikirkan apa yang dikatakan Jin. Mungkin benar, karena tidak mungkin mereka selalu tau dimana Jeongyeon.
.
.
.
"Onni apa kau akan menginap disini lagi malam ini?" Tanya Jeongyeon yang baru saja melepas coatnya yang digantung di dekat pintu masuk apartnya.

"Apa kau tidak senang aku menemanimu?"

"Tidak, bukan begitu. Tapi kau pasti lebih lelah dari aku. Jadi aku ingin kau mempunyai waktu istirahat yang maksimal"

"Heeii.. bahkan apartmu ini lebih nyaman dari pada kontrakanku. Sudah pasti aku akan lebih nyaman beristirahat disini". Jawab Hyerim onni dengan nada cepat dan agak cerewet. "Apa jangan-jangan kau bosan denganku?" Tiba tiba Onnie memicingkan matanya kearah Jeongyeon.

"Huk hukk.." Jeongyeon yang mendengar itu batuk dan kaget. "Yaa onnie, kenapa kau sampai berpikir seperti itu?"

"Lagi pula kenapa kau bertanya seperti itu padaki?"

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang