🍊 Enam Puluh Delapan

185 31 8
                                    

Ia menatap sekali lagi pantulan wajahnya di cermin. Sudah rapi. Tidak ada yang salah. Satu-satunya yang salah mungkin apa yang akan ia kerjakan malam ini.

Harusnya dia tidak bertunangan dengan Nasya. Tapi mau bagaimana lagi? Dia sendiri yang memilih jalan ini.

Ponselnya berkedip. Sedari tadi pagi begitu. Amy terus bertanya apa dia baik-baik saja pasalnya dia tidak masuk sekolah.

Selain pesan spam, panggilan telepon juga tidak kalah banyak. Dia ingin mengangkat, tapi dia tidak tahu bagiamana harus menjelaskan. Amy tidak akan paham. Yang ada malah emosi dan berujung menangis. Itu akan membuat dia semakin bingung.

Jadi lebih baik seperti ini saja. Mungkin.

"Bang, lo serius mau tunangan?"

Bulan masuk tanpa mengetuk, langsung duduk di meja rias sebelahnya. Dia juga sudah rapi dengan gaun berwarna lilac. Dress code perempuan malam ini memang warna lilac, warna kesukaan dari Nasya.

"Hmm."

Jonah menyandarkan tubuh ke pinggir meja rias. "Lagian belum tentu bakalan nikah kok, ya udah lah."

"Kalau gak bakalan nikah kenapa diteruskan? Aneh bener."

"Kamu tidak akan mengerti, Lan. Semoga saja Amy tidak tahu."

Nafasnya menghembus kasar. Dia ingin memarahi diri sendiri tapi disaat bersamaan ini memang benar. Jadi bagimana seharusnya sih?



***

"Nasya, lo beneran jadi tunangan sama Jonah malam ini?"

Nasya mengangguki kalimat Indy. Dia sendiri masih memoles lipgloss ke bibirnya. Sedikit lagi agar terlihat lebih fresh.

"Nekat banget sih lo. Jelas-jelas dia jahat begitu. Yakin lo bakalan kuat?"

"Yakin."

Tidak ada keraguan. Itu makin membuat Indy uring-uringan. Sedikitpun dia tidak paham apa yang ada di kepala Nasya.

Saat dia berpikir Nasya menyelesaikan make up-nya. Ia berdiri, membuat gaun sutra lilac-nya menjuntai indah ke bawah.

"Nas, gue tahu lo sangat mencintai Jonah. Tapi jangan begini. Jangan menggadaikan hidup lo ke tangan cowok yang mencintai perempuan lain."

"Kukuh banget sih menasehati, Ind," ledek Nasya. "Padahal kita tidak sedekat apapun."

Bibirnya tertawa pendek setelahnya. "Gue baik-baik saja. Lo gak perlu khawatir. Malam ini akan menjadi seperti apa yang gue inginkan."

Nasya beranjak, namun tangannya disentak kuat oleh Indy.

"Dia tidak mencintai lo."

Ditepisnya tangan Indy. "I know."

Pintu kemudian berdebam pelan. "Sialan," umpat Indy. Sengaja dia memakai Amy agar Indy cemburu berujung patah hati, lalu akhirnya meninggalkan Jonah. Di sisi lain Amy juga akan begitu. Jonah akan bebas dan dia bisa maju. Tapi ini malah menjadi genting.

Damn!

Kalau pertunangan terjadi dia benar-benar akan makin sulit mendekati. Tidak-tidak, dia tidak mau Jonah jatuh ke tangan perempuan lain.

Jonah miliknya.

Dia tidak bisa membayangkan pria itu akan berdiri di sisi perempuan selain dia. Amy yang jelek saja sudah membangkitkan cemburu. Lantas bagiamana dengan Nasya yang cantik nan anggun tersebut?

My Kriting Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang