Empat Puluh Tiga🍊

114 16 0
                                    


Brakk

Dua pasang mata langsung menoleh pada pintu yang dikuak kasar. "Jonah!" Indy langsung berteriak emosi. "Ini udah tanggal berapa? Jam berapa hah?" sergapnya langsung berdiri di hadapan meja Jonah. Dadanya naik turun tak terkontrol. Bahkan sensasi panas menjalari dadanya melihat siapa yang ada disamping Jonah.

Itu Amy. Perempuan jelek yang entah bagimana bisa membuat hati seorang Jonah Pradava meleleh. Jika Jonah biasanya anti cewek, saat ini adalah kebalikannya. Dia dengan telaten menyuapi nasi ke dalam mulut Amy. Bahkan
teriakan Indy tadi tidak ia respon sama sekali. Dasar berdebah!

"Jonah! Gue lagi ngomong!" Untuk kedua kalinya Indy beteriak.

"Siapa yang bilang lo lagi dangdutan eh?"

Indy mengepalkan telapak tangannya kuat. Buku-bukunya memutih. "Untung lo ganteng," batinya. "Coba jelek kayak
joker, udah gue robek-robek tubuh lo sampai mati."

"Olimpiade senin depan. Gue udah prepare semua materi. Kalau lo merasa belum paham dan menyalahkan gue atas keengganan belajar bersama or lebih tepatnya wadah lo cari
perhatian itu, gue gak peduli."

Amy tidak akan dan ingin ikut campur. Terlebih ketika wajah tembem Indy memerah, ia tahu ada emosi yang sebagian ditujukan untuknya. Makanya ia memilih terus mengunyah makanan, berpura-pura tuli dan buta pada situasi.

"Udah pergi gih! Gue mau ciuman nih," usir Jonah santai.

la tahu, Indy menyukainya. Tapi dia tidak menyukai perempuan itu-sebuah fakta yang menjadi pendorongnya untuk memeperla ku kan Indy dengan kasar. Perempuan jika terlalu dibaikiin, akan baper dan punya konspirasi sendiri di kepalanya. Jonah tidak mau Indy baper dan memiliki konspirasi bahwa ia menyukainya hanya karena kebaikan. Sebab itulah Jonah menjadi jahat.

"Apa lagi?" tanya Jonah karena Indy tak kunjung bergerak se-inchi pun. "Nunggu gue tendang kah?"

"Pulang sekolah ada bimbingan dengan Pak Mail. " Done! Selesai kalimat itu meluncur Indy memutar tubuh dan pergi masih dengan wajah memerah. Lihat saja, suatu hari sakit
hatinya akan terbalas.

"Jojo jangan galak-galak atuh." Meski Amy tidak suka Indy mencari celah untuk yempil di dekat Jonah, tetap saja ia tidak bisa mengkhianati rasa kasihanya.

"Jadi, lo maunya gue lemah lembut penuh cinta sama Si Indy, gitu!! Oke, pulang sekolah gue antarin dia."

Ya, mungkin Amy lupa. Jonah itu manusia sensi.

"Bukan gitu atuh, Jojo."

"Jadi gimana? Lo kan mau-nya gue jadi orang baik. Ya udah iya, nanti pulang gue traktirin si lrsla, jalan bareng Indy, belanja sama Virka. Apa lagi yang bisa gue lakukan biar lo bilang gue orang baik hah?"

"Mau makan lagi." Amy melencengkan topiknya. Berdebat dengan Jonah jelas kekalahan baginya.

"Makan terus, " dumel Jonah menyuapakan nasi ke dalam mulut Amy lagi. "Gemuk kagak, makin jelek iya. Nyusahin peradaban aja."

"Jojo orang insecure bisa gantung diri di pohon pisang loh, " ujar Amy dengan pipi penuh.

"Emang lo inscure?"

"Jojo mah gak peka, " rutuk Amy. "Tiap hari kerjaannya ngejek melulu. Kalau gue ambil hati, overthink lalu memilih mati untuk bertemu leluhur gimana? Jojo gak takut kah?"

"Ngapain takut? Mati satu tumbuh seribu. Lo gak ada, cari yang baru."

Santai sekali jawabannya.

"Ya udah Jojo cari yang baru dari sekarang aja, " saran Amy.

"Kan lo belum mati."

"Bunuh aja kalau gitu, " kata Amy merajuk.

My Kriting Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang