Rasafa memandangi keempat remaja yang melingkari meja di depannya. Jonah dengan santai membalas tatapannya bersama ribuan belati dingin. Bukan hal aneh lagi, anak itu memang kurang ajar kepadanya.
"Ini keputusan dia."
Nasya mengangguk, membenarkan kalimat Jonah. "Iya, Pa. Aku ternyata lebih suka sama.."
Pipinya merona merah bahkan hanya dengan memikirkan nama Axel. Cowok itu malah senang bukan kepalang akan pernyataan Nasya.
"Sama Axel, Pa." Nasya melanjutkan meski kini mati-matian berjuang meredakan rona di pipinya.
"Jonah?"
Nasya menyukai Jonah cukup lama. Perasaannya bahkan terlampau menggebu hingga Rasafa pikir memang cowok itulah satu-satunya yang diinginkan oleh putrinya. Namun melihat rona di pipi Nasya sekarang membuat dia goyah akan pemikirannya.
Nasya menggeleng. Bibirnya tidak bisa mengatakan sepenuhnya telah melupakan Jonah karena pada kenyataannya perasaan dia memang masih tertinggal sedikit. Namun kini dia sudah diterpa kesadaran. Cinta sepihak ini tidak akan membawa apa-apa melainkan kesakitan saja. Itu sebabnya saat Axel menawarkan diri menggantikan Jonah dia setuju.
Persetanan dengan perasaan asli pria itu. Yang Nasya lihat dia menghargainya dengan baik. Paling-paling dia hanya perlu memperingati hatinya untuk tidak membuat kesimpulan sendiri yang berujung bencana lagi.
"Sekarang sudah jelas, jadi saya akan pulang."
Jonah beranjak, membuat Amy ikut melakukan yang sama. Rasafa tidak bisa berkata. Malah parahnya tidak tahu harus kalimat apa yang keluar. Putrinya sudah mengatakan jelas. Ya sudah lah.
"Jojo, papanya Nasya marah kah?" tanya Amy dari belakang Jonah.
"Nasya yang memutuskan ini. Kalau dia mau marah ya Nasya objeknya."
Itu benar juga. Amy mempercepat langkah, mensejajarkan kepada langkah Jonah.
"Tapi kan Jojo. Pertunangan ini belum diketahui sama orang tua.."
Jonah melingkari tangannya ke bahu Amy. Tahu benar apa yang ada di pikiran perempuan tersebut. "Santai, biar gue yang urus semuanya."
Ya itu cukup melegakan bagi Amy. Skenario-skenario buruk yang terbayang telah diambil alih oleh Jonah. Baguslah.
"Mau mojok kemana dulu nih?"
Amy mengintip layar ponselnya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh. "Tapi ini udah hampir larut, Jojo."
"Ya gak masalah. Semakin malam, semakin mantap. Iya gak?"
Amy merinding sendiri menyaksikan alis tebal Jonah yang naik turun menggoda. "Dasar mesum," semburnya.
"Yeee lo tuh yang mesum. Belum juga gue bilang bakalan begini begitu udah berekspektasi sendiri."
Jonah menjitak kepala Amy. Pemiliknya merengutkan bibir. Merasa malu di saat bersamaan karena dialah yang berpikir aneh-aneh.
Beberapa belas menit mereka sampai di salah satu warung kecil. Suasananya tidak terlalu ramai, cukup membuat Jonah dan Amy nyaman untuk saling bertukar cerita.
"Jangan ngelihatin gue terus, noh dimakan tuh satenya."
Barulah Amy berkedip, mengambil satu tusuk sate dan mengigitnya. Lagi, dia memandangi Jonah.
Cowok itu mah santai saja. Malah balas menatap Amy dengan tidak kalah intens. Hanya dalam enam detik Amy telah mundur dan menggerutu.
"Jojo tatapannya biasa aja dong."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Kriting Girl [END]
Novela JuvenilCerita pindahan dari akun Juli_Sari Ofc penulisnya tetap sama🦋 MKG hanya ada di Juli_Sari dan Juliggart, jika muncul di akun selain itu berarti plagiat🦋 Follow sebelum membaca🦋 Amy itu cewek bodoh dan lemot. Sementara Jonah adalah dingin yang suk...