Enam Puluh Tujuh🍊

150 22 3
                                    

Rasafa menyandarkan diri pada punggung sofa, memantau raut wajah Jonah yang berubah menjadi gelap. Ingin marah tapi dia tidak bisa apa-apa. Begitulah keadaan Jonah saat ini.

"Bagaimana?"

Ia membiarkan matanya kesana kemari tanpa tujuan. Sama seperti isi kepalanya saat ini.

"Kamu sudah mengatakan setuju minggu lalu dan saya telah memberikan kamu imbalan. Apalagi yang kurang?"

Tidak ada. Hanya tinggal dia menunaikan janjinya.

"Kamu jangan bermain-main dengan saya. Meskipun anak saya menyukai kamu, saya tetap bisa menjatuhkan kamu."

Ia memungut jasnya dari lengan sofa. "Malam senin ini. Semua tentang pesta sudah saya atur. Kamu hanya perlu datang."

Tanpa pamit ia berjalan pergi, namun menitip salam kepada Jonathan ketika bertemu salah satu maid.

***


"Aaaaa."

Dia terkesiap, mengerjap-ngerjap beberapa kali.

"Elah ribet amat." Axel meraih dagu Nasya lalu mendorong masuk satu tusuk bakso.

Apalagi, tentu saja Nasya mau tidak mau menariknya satu. Tanpa jijik, Axel memakan sisa bakso di tusukan tersebut.

Serius dia tidak jijik? Nasya terkejut.

"Wis santai dong matanya," ujar Axel ketika sadar tatapan Nasya. "Kenapa, mau lagi?"

Ia mengambil satu tusukan lagi dari plastik putih yang ia genggam, mengarahkannya ke mulut Nasya.

"Gue udah kenyang," alibi Nasya. Padahal itu hanya karena dia segan kepada Axel.

"Masa baru satu udah kenyang. Ayo aaaa..."

Tolakan lagi, tapi Axel kukuh memaksa. Dia pun akhirnya kalah dan memilih menerima suapan dari Axel.

"Enak kan?"

Ia mengangguk pelan. Sudah lama dia tidak makan jajanan pinggir jalan seperti ini. Apalagi bersama seorang cowok. Bisa dibilang hari ini sangatlah istimewah.

"Mau coba yang nugget gak?"

Setelah beberapa suapan, Nasya pun tidak segan lagi untuk mengangguk. Naluri di dalam dirinya sudah mempercayai Axel.

"Aaaaa.."

Suapan demi suapan. Akhirnya semua bakso dan nugget di plastik itu pun tandas.

"Nih."

Axel benar-benar perhatian. Bahkan sampai membukakan botol air mineral untuknya.

"Terimakasih."

"Formal banget," ejek Axel. "Kenapa? Lo masih mengira gue ada motif tersembunyi ya?"

"En..enggak enggak." Ia langsung membantah. Ya kali mengatakan Axel demikian sedangkan cowok itu sudah berhasil menjadi pereda sakit hatinya akan cemoohan orang-orang. Dimana lagi rasa terimakasihnya kan?

"Gitu dong. Gue ini memang tulus mau berteman sama lo. Lagian lo kan cantik, gak mungkin gue lewatin." Tawa jenakanya ikut menular kepada Nasya.

My Kriting Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang