🍊Tujuh Puluh

409 33 5
                                    

"Jojo, maaf."

Ia menarik tangannya keluar dari genggaman Jonah. "Kita sepertinya memang tidak diizinkan takdir."

"Takdir pala lo. Kita pisah ini gara-gara kebodohan lo."

Kepalanya tertunduk dalam. Benar, mereka berakhir karena kebodohan Amy di masa lalu. Kebodohan yang tidak pernah ia kira akan mengganggu harinya saat ini.

"Maaf."

Hanya itu yang bisa keluar dari bibir Amy. Jonah kian frustasi dibuatnya. Ia menyugar kasar rambutnya, berharap akan berimbas menghilangkan kekusutan di dalam kepalanya.

Itu tidak bekerja. Dia tetap tidak menemukan jawaban. Segera saja pusing kian bertambah.

"Yang benar aja?" lirihnya tak berdaya. "Cerita kita yang udah manis-manis ini sad ending?"

Memutar mata dan menggeleng. Tidak masuk akal! Apa yang telah ia kejar tetap tidak berarti.

"Amy!"

Seruan suara husky menegur kedua insan di bawah halte tersebut. Jonah menusuk tajam saat bertemu mata dengan lawannya penuh kebencian.

Pemiliknya dengan santai mengulas senyum. Kata para perempuan sih senyum manis,tapi kata Jonah itu senyum iblis yang penuh kepura-puraan.

"Ayo pulang."

Amy mengeratkan tasnya. Sudut matanya melirik takut-takut kepada Jonah. Meski tidak memiliki hubungan lagi, tapi ia masih merasa sepenuhnya dikuasai oleh Jonah.

"Apa lo lirik-lirik?" sentak Jonah kesal. "Gih pulang sama tuh oom-oom jelek."

Dari sisi manapun kalimat Jonah salah. Pria yang bersandar di mobil silver tersebut berbanding terbalik dengan kalimatnya. Tinggi, tampan, dan manis.

Amy menekuk bibir. Kesal akan kalimat Jonah. Alih-alih membuatnya ingin segera pergi, itu malah justru membuat kakinya enggan beranjak.

"Amy."

Suara penuh penekanan akhirnya menggerakkan kaki Amy cepat. Pria itu menarik pintu, mempersilahkan Amy masuk. Setelah usia, ia menutupnya.

Berputar dan menarik pintu kemudi. Jonah hanya bisa menjadi penonton hal tersebut bahkan hingga mobil hilang dari pandangan.

Argh

Ia mengusak kasar rambutnya. Jelas ini bukan akhir yang ia harapkan. Bukan sama sekali!

Menjatuhkan diri di halte, mengusak-usak rambutnya hingga kacau. Bagaimana ini? Ia merasa tidak ada lagi inti hidupnya. Ya bisa saja sih dia membayar dukun untuk mengirim pelet ke Amy atau tepatnya mengirim santet pada Louis agar ceritanya happy ending.

Tapi yang benar saja?

Cara itu tidak elit sama sekali. Ia meringis membayangkan setelah ini dirinya dan Amy hanyalah dua orang asing. Parahnya dia akan menjadi orang ketiga di lingkaran Amy dan Louis.

Hell no!

Ia mengepalkan tangan. "Tunggu sampai waktunya. Gue akan menarik lo kembali. Menarik lo selama-lamanya dari manusia sialan itu."

Jonah bangkit. Tekad bulat telah ia bulat. Ia akan tetap memiliki Amy. Selamanya. Perempuan bego dan kriting itu hanyalah miliknya seorang.

Bahunya merosot pelan ke bawah. Sekarang dalam masa memacu kekuatan ia hanya bisa menggalau.

His!

Gak banget untuk seorang Jonah Pravda Alexander sepertinya. Tapi ya sudahlah. Sesekali, pikirnya.

Demi Amy!

Tamat



My Kriting Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang