Dua Puluh Tujuh🍊

184 21 5
                                    

Silahkan tandain typo🦋
.
.
.
.

"Besok jangan kayak gini lagi," kata Jonah di jalan pulang.

"Gini gimana?" tanya Amy beralih dari ponsel Jonah.

"Itu lah pakai make upDress minim lagi. Mau pergi ngedugem apa gimana?" sewotnya mengingat ucapan cowok bertindik tadi. "Lo kira lo cantik kayak gitu?  Dih, kayak cabe-cabean, Am. Noh pipi dimerahin kayak badut buat apa? Gak sayang banget sama pemberian Tuhan."

Amy menundukkan kepalanya, men-scroll tanpa minat ponsel Jonah. Niatnya ingin terlihat serasi malah dibalas begini. Dia hanya berusaha terlihat beberapa tingkat lebih cantik, apa tidak boleh?

Atau memang dia tidak pantas menjadi cantik?

"Kenapa lo diam? Bisu?" tanya Jonah masih tak mengerti situasi.

"Iya, besok gue gak bakalan pakai make up lagi." Kenapa ngilu yang Jonah rasakan? Harusnya dia senang perintahnya dipenuhi. Cowok itu menoleh tubuh gadis disebelahnya.  Apa dia marah?

"Tapi makasih udah beliin make up-nya," lanjut Amy membuat Jonah tersambar petir. Sudah ia duga Amy tidak mungkin membeli sendiri semua alat-alat tersebut.

"Lo bilang apa?"

"Makasih, kan lo udah beliin ini buat gue. Tadi sore pas pulang gue baru tahu."

Bedebah! Jonah menatap nyalang jalanan di hadapanya. Siapa yang berani-berani memberi gadisnya make up?

Siapapun makhluk itu, jika dia berjenis kelamin laki-laki maka secara tak langsung dia sudah mengibaratkan bendera perang padanya.

"Jangan lupa besok," kata Jonah sesaat setelah mereka sampai di depan rumah Amy.

"Apa?" tanya Amy linglung.

"Pdkt sama gue, sayang," greget Jonah mencubit gemes pipi Amy. Sontak cewek itu tersenyum malu-malu dibuatnya. "Kalau sampai lupa, nih otak lo," lanjut Jonah menunjuk kepala Amy. "Bakalan gue bikin sup, mau?"

Amy menggeleng cepat, lalu membuka pintunya. "Eh, iya ini." Amy menyodorkan ponsel Jonah. Cowok itu terkekeh mengelus lembut surai Amy. Dia tahu cewek itu membutuhkannya lebih darinya.

"Pegang aja, besok di sekolah gue ambil."

Yesssssss

"Thank uyu," balas Amy lalu keluar dari mobil tersebut.

"Ya Tuhan buat lo bahagia emang  ngademin dada banget ya," gumam Jonah menyalakan kembali mesin mobilnya.  "Tapi buat tuh calon penikung mati kayaknya bakalan lebih ngademin deh," lanjut Jonah






🍊🍊🍊




"Lo ngapain kesini?" Itulah sambutan yang diberikan Vila saat Jonah masuk ke dalam rumahnya.

"Noh jam udah dua belas o'clock," kata Vila menunjuk jam dindingnya.

"Lo belum tidur?" tanya Jonah basa basi.

"Halah gak usah banyak bekicot lo. Ada urusan apa heh?"

Jonah menyandarkan tubuhnya dengan rileks ke sofa. "Gak bisa tidur gue dirumah," katanya mulai curhat.

"Udah coba minum baygon belum? Noh yang rasa anggur gue saranin buat lo."

"Gue lagi kesal sama seseorang," lanjut Jonah tak memperdulikan ucapan Vila.

"Halah pakai seseorang segala, yang dekat sama lo cuma Amy doang kali." Vila mengigit tempe gorengnya pelan. "Lo kesini tangan kosong?"

Jonah mengangguk.

My Kriting Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang