0.5 : Karin Lelah

11K 693 112
                                    

AXEL on mulmed ⬆️⬆️

WELLCOME TO MY WORK!!

ENJOY AND HAPPY READING GENGSS!!

***

Di dalam sebuah gedung, tepatnya di lantai 3. Ada 5 orang anak manusia mengetuk pintu apartemen seseorang secara bergantian.

"Sepeda!! Yuhuu!" seru Sean mengetuk-ngetuk pintu apartemen Raja.

"Spada, bodoh!"

"Eh dia di sini kan?" Yogi bertanya pada Axel. Sebab, tadi cowok itu yang memberi pengumuman di grup yang terdiri dari inti Diávolos. Katanya di perintahkan untuk ke apartemen Raja. Namun sedari tadi tidak ada yang membuka pintu.

"Iya, tadi Raja telfon gue katanya suruh kesini."

"JA! WOI JAJA!"

"Heh Sumiati! Nggak usah teriak gitu. Lo ganggu orang lagi gituan aja!" Yogi menggeplak tengkuk Sean dengan geram.

"Lo Sunarto!"

Suara pintu terbuka membuat mereka mengalihkan pandangan. Muncullah seorang remaja yang sedari tadi di tunggu mereka sampai menjamur.

"Hhh ... sampe lumutan gue nunggu lo buka pintu," ucap Jordy.

Raja memandang mereka, kemudian menyuruh masuk tanpa mengeluarkan suara. Cowok itu hanya menggunakan celana pendek dengan atasan kaos putih. Mereka duduk di sofa. Yogi yang melihat ada makanan kering di atas meja pun langsung mengambilnya.

Axel mendekati Raja. Kemudian duduk di sampingnya. Menepuk bahu kiri cowok itu. "Problem?"

Raja menoleh kemudian menghela napas panjang. Mencoba menenangkan dirinya. "Nggak."

"Anjim balikin hp gue nyet! Sialan lo, kambing!" Anres mencoba merebut ponselnya kembali yang di rebut paksa oleh Jordy. Cowok itu iseng, saat melihat isi chat Anres, yang ternyata sangat alay pemirsa.

"SayanK akoeh cintah kamuh." Jordy membaca isi chat Anres dengan salah satu gadis. Dia bahkan sampai tergelak.

"Apaan nih sayanK. Keyboard lo rusak ngab?" Jordy meledakkan tawanya disusul dengan tawa teman lain.

Bayangkan saja. Seorang Anres yang juga banyak di kagumi gadis, di pandang cool itu masih mengetik sayang dengan 'K'.

"Anjing! Bukan gue woi! Bangke lo!"

"Hahaha- UHUK! Sean ambilin minum, cepetan." Yogi menyuruh sambil terus menggosok lehernya.

Sedangkan Sean masih bergeming. Dirinya masih fokus menertawakan Anres. Yogi merebahkan tubuhnya seperti orang kesurupan. "Sean anjim! Buruan! Gue- UHUK UHUK."

"Innalilahi."

Axel terkekeh melihat kelakuan temannya. Kemudian ia menyerahkan segelas air putih pada Yogi. Cowok itu langsung bangkit dan meminumnya hingga tandas. Raja tersenyum. Ah setidaknya ia bisa sedikit melupakan kejadian tadi.

"Eh, gue baru sadar si Axel bawa-bawa buku. Mau ngapain lo?" tanya Sean saat melihat ke arah meja di depannya.

Axel mengangkat alisnya. "Besok ulangan matematika. Kalo kalian lupa."

"Please deh ya. Jangan bahas mapel membosankan itu disini. Rasanya kepala gue mau meledak kalo bahas ngitung-ngitung," keluh Jordy menyenderkan punggungnya pada sofa.

"Hooh. Kapasitas otak gue nggak kayak lo Xel. Paling rendah waktu itu juga seni budaya itupun dapet B. Sialan emang," umpat Yogi.

"Ja, besok kasih contekan ya? Gue nggak paham. Suer deh." Sean menatap melas ke arah Raja. Cowok itu mengangguk. Membuat Sean senang bukan main.

Enaknya kalo punya temen 11 12 mirip Google.

"Tapi lo harus beresin apartemen gue seminggu." Mendengar itu, senyum Sean luntur. Berganti dengan wajah cemberut yang membuatnya imut di mata gadis, namun seperti babi di mata sahabatnya.

"Anjir jijik kali muka kau!"

"Nggak usah sok imut lo. Jatohnya malah amit-amit," cerca Anres melempar Sean menggunakan bantal.

Jordy menepuk melas bahu Sean. "Lo yang sabar ya. Emang nerima kenyataan itu susah." Cowok itu berpura-pura sedih membuat Sean memukul lengan Jordy, keras.

"Sialan lo."

***

"Mamah, Karin mau pulang mah. Karin nggak mau disini." Gadis dengan pakaian rumah sakit itu terus merengek pulang pada ibunya. Bagaimana tidak? Ia membenci bau rumah sakit, apalagi obat-obatan itu.

Cey mengusap rambut anaknya dengan sayang. "Kamu disini dulu ya. Biarin sehat dulu tubuhnya."

Karin menggeleng, cairan bening di matanya mulai meleleh membasahi kedua pipinya. Cey mengusap air mata itu. "Kamu dengerin mamah ya? Seenggaknya sampe dokter bilang kamu boleh pulang," bujuk Cey.

"Nggak suka disini, mau pulang..."

"Liat, ini jam berapa? Udah malem banget. Riska juga udah tidur tuh di sofa."

Dengan masih sesenggukan, Karin menolehkan kepalanya. Ia menatap sahabatnya itu dengan penuh rasa bersalah. Pasti karenanya, dia disini. Karin merasa dirinya memang menyusahkan. Ah, ia jadi teringat kejadian di toilet tadi pagi. Bukan sekali dua kali dia mendapat perlakuan seperti itu. Raja dan teman-temannya memang suka sekali membully-nya.

Ia tak bisa apa-apa selain pasrah. Pernah dulu, saat masih kelas 10. Karin melaporkannya pada pihak sekolah. Namun yang ia dapat malah tambahan siksaan dari para pemuda itu.

Apa kalian ingin menjadi Karin?

Tanpa di rasa, Karin mulai kembali tidur dengan Cey yang mengelus-elus kepalanya. "Selamat malam, sayangnya mamah." Wanita itu mencium kening putrinya dengan air mata yang mulai turun.

***

HUHH ... Kasian ya Karin :"(

MAU NEXT NGGAK?? YUK BISA YUK VOTE AND KOMEN☺️🖐🏻

YANG BELUM FOLLOW SILAKAN FOLLOW YAA!! BIAR SAMA-SAMA ENAK😼🔥

OH YA, WELLCOME DI TAHUN AJARAN BARU💜💜

PAPAYY👋🏻🥃

REX IMPORTUNUS | King BullyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang