0.9 : Harga lo berapa?

10.5K 561 46
                                    

WELLCOME TO MY WORK ‼️

HAPPY READING 🐻

***

"Eh siapa nih? Temennya si pembawa sial ya? Cupu banget sih lo," papar Anres saat dirinya berpapasan dengan Riska. Ia sedang berjalan menuju kantin menemui temannya yang lain. Cowok itu menyunggingkan senyumnya melihat Riska terus menundukkan kepalanya, sembari membenarkan posisi kacamata.

Suasana koridor saat ini tak begitu ramai. Membuat Riska begitu ketakutan. Ia meremas roknya menghilangkan takut. "Maaf kak, saya mau ke kelas."

"Aduh nanti dulu dong. Baru aja ketemu, udah pergi aja. Main dulu, ya kan?"

Anres melangkah maju, sedangkan Riska mundur. Cowok itu terus mendesak Riska hingga tubuh gadis itu mentok dinding. Tangan kirinya berada tepat di sebelah telinga kanan gadis itu. Kemudian menatap seluruh tubuh Riska dengan senyum aneh. "Badan lo bagus juga, mau berapa?"

PLAKK
/emang pantes di tampol😏

Suara tamparan yang begitu keras terdengar hingga ujung koridor. Riska berani menatap Anres dengan tajam. Sementara cowok itu memainkan lidahnya di dalam mulut, lalu menatap Riska dengan penuh intimidasi.

"Aku harap kakak bisa sopan dalam berbicara. Inget, selama ini aku diem, bukan berarti kakak bisa seenaknya kayak gini!"

Anres terkekeh dengan suara rendah. Masih mengurung gadis itu. "Berani banget lo sama gue? Nggak usah sok perawan deh lo. Cantik enggak, sok banget."

"Aku sadar, aku emang nggak cantik banget kayak cewek lain. Terus kenapa kakak mau aja bilang kayak tadi. Secara nggak langsung pun kakak anggep aku cantik, dong."

Anres menjambak rambut Riska dengan kencang. "Lo! Gue pastiin setelah ini idup lo nggak akan tenang!" Cowok itu memukulkan kepala Riska ke tembok dengan keras. Membuat gadis itu meringis sakit. Setelah itu dia pergi meninggalkannya dengan penuh emosi.

***

Brak!

Suara gebrakan meja mengagetkan ke-lima anak manusia yang sedang asik memainkan ponsel dan makan. Beberapa menatap terkejut ke arah orang itu.

"Santai dong mamang. Tap kalem, slow slow," ucap Yogi menepuk bahu Anres.

"Tumbenan banget lo dateng mirip cewek pms. Kenapa lo?" tanya Jordy.

Raja menatap Axel sambil menaikkan kedua alisnya. Sementara Axel mengangkat bahunya tak acuh. Ia sendiri pun bingung ada apa dengan buaya satu ini.

"Bangsat banget dia. Sok jual mahal banget jadi cewek." Anres berbicara sendiri. Tangannya mengambil sebuah kaleng soda, entah milik siapa yang kemudian ia minum.

"Lo kenapa sih anjir. Gaje banget. Abis deketin cewek, lo?"

Anres menggeleng. "Si mata empat, berani-beraninya dia nampar gue. Sialan!"

Suara keras tawaan terdengar di meja mereka. Anres menatap teman-temannya kesal. "Nggak usah ketawa lo pada!"

"Hahaha anjir ngakak cok. Baru denger gue si buaya kena tampar cewe, mana cupu lagi. Hahahaha." Sean berkata di selingi tawaan menggelegar.

"Malu Res, malu haha."

"Mau taro dimana muka lo, ngakak." Yogi memukul punggung Anres. Astaga dia sudah tak kuat tertawa. "Anres yang nggak pernah di tolak cewek, seketika luntur sudah gelarnya cuma gara-gara cewek cupu mata empat, haha."

"Ck! Minggir. Kesel gue."

Raja terkekeh mendengar itu semua. Bayangkan saja, seorang tameng dari geng Diávolos di tolak oleh seorang gadis bermata empat. Selama ini bahkan para gadis banyak yang rela memberikan tubuhnya pada Anres dengan cuma-cuma. Tentu saja cowok itu tak menyia-nyiakan.

"Club kuy lah. Gabut malem ini," ajak Sean.

"Hayuk lah. Gue pengen cuci mata nih." Jordy berkata sembari mengucek matanya. Yogi memukul dahi cowok itu dengan sendok.

"Cuci noh pake detergen!"

"Detergen dengkulmu! Yang ada mata gue picek njir! Sialan lo."

***

"Riska, kamu kenapa?"

Riska duduk dengan perasaan mangkel. Kemudian menatap ke arah Karin yang menatapnya bingung. "Ih! Aku lagi marah banget! Tadi ada monyet lewat bilang harga aku berapa?!"

Riska berkata dengan nada sedikit keras, membuat Karin terkejut. Lalu mengusap lengan kanan Riska. "Tenang, oke? Monyet siapa?"

"Masa kamu nggak tau, itu loh geng nya si Raja setan yang mukanya kayak monyet," papar Riska menggebu-gebu.

Karin terkekeh kecil. Monyet? Mana ada monyet setampan itu. Dia pun tak dapat menyangkal, memang geng yang di pimpin Raja itu semua tampan. Hanya sifatnya saja yang menurutnya itu kurang sopan.

"Nggak punya sopan santun banget jadi cowok!"

"Yang mirip monyet itu siapa, Ris?"

"Anres! Siapa lagi kalo bukan dia! Muka udah mirip monyet, sifat kayak buaya, lengkap sudah. Aku sumpahin nggak ada yang mau sama dia!" Riska berkata dengan penuh amarah. Sembari membenarkan letak kacamatanya yang melorot.

"Berani bilang di depan dia?"

Riska menatap Karin, kaget. "Y-ya berani lah. Ngapain takut sama dia," ujar Riska dengan nada gugup.

"Kamu masuk kelas kok badanmu gemeter gitu?" Karin tertawa kecil.

"Rin pinjem tugas kemaren dong." Seorang remaja laki-laki mendekati meja mereka. Dengan tak berdosanya meminta tugas rumah pada Karin.

Gadis itu mendongak. "Bentar ya." Saat Karin ingin mengambil buku dari dalam tas nya, Riska mencegah.

"Jangan Rin." Riska berdiri, menatap cowok itu berani. "Aldo! Jangan kebiasaan dong. Kalo ada tugas ya kerjain sendiri. Mentang-mentang ketua kelas, bisanya cuma nyontek."

Cowok itu menaikan alisnya. "Lo, ngomong sama gue?" tanya Aldo menyunggingkan senyumnya.

Tangan Riska mengepal kesal. "Iya! Emang siapa lagi! Hantu?"

"Oh." Aldo langsung mengambil buku milik Karin, kemudian berbalik untuk kembali ke tempat duduknya semula. "Gue minta ke Karin, kenapa lo yang sewot."

"Ergh!!"

***

TO BE CONTINUED 👋🏻

HAI! GIMANA?? ADA PESAN UNTUK PART INI??

MAU NEXT NGGAK???

VOTE AND KOMEN FOR NEXT PART🔥🔥

FOLLOW natzyaa BUAT YG BELUM FOLLOW ‼️

RAJA ADRIAN S.

PAPAYY SAYANG🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PAPAYY SAYANG🥰

REX IMPORTUNUS | King BullyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang