BELUM SEMPET REVISI. KALAU ADA TYPO BILANG AJA.
JANGAN LUPA, BESOK SENIN YA BESTIEH 😍
HAPPY READING ‼️
100 VOTE, 100 KOMEN KITA NEXT!!!!***
"Dy, buruan bayar. Lo udah nunggak tiga bulan, oh ya, lo juga belum bayar iuran lain-lain waktu itu."
Dua orang gadis berdiri di samping meja yang di tempati siswa bernama Jordy, teman Raja sekaligus anggota inti DIÁVOLOS. Cowok itu mendongak, menatap kesal dua gadis tadi. "Udah gue bilang, duit gue ketinggalan tadi di laci kamar. Gue nggak bawa duit."
Kedua mata gadis yang sedang memegang buku tagihan itu memicing ke arah saku Jordy. "Kalo duit lo ketinggalan, yang merah-merah kertas di saku lo itu apaan kalo bukan duit? Daun?"
Jordy mendadak gelagapan. Ia segera mengecek saku bajunya, dan memasukkan uang yang sempat mengintip dari balik saku.
"Ck! Emang berapa sih totalnya," decak Jordy.
"Bentar, Mel tolong lo jumlahin semua totalnya."
Yogi, cowok yang duduk tepat di samping Jordy itu tertawa ngakak hingga memukul punggung pemuda itu. "Mampus lo!"
Sedangkan Jordy langsung melirik sinis ke arah Yogi.
"Totalnya enak ratus ribu," ucap Melinda setelah mentotal semua jumlahnya.
"BUSETT!! Yang bener aja lo! Gue nggak kas tiga bulan, masa bisa segitu," papar Jordy terkejut. "Wah lo pasti ngaco nih, salah ngitung pasti sih, fix."
Dahi dari kedua gadis itu mengerut, kemudian saling melempar pandangan. "Beneran kok, coba aja lo jumlah sendiri. Itu juga udah di tambah sama uang iuran lain-lain."
"Xel ... Axel," panggil Jordy menggoyangkan kursi yang di duduki Axel. Cowok itu masih asik membaca ulang materi yang kemarin di sampaikan gurunya.
"Xel, woy! Ngadep sini kek, urgent nih. Woy!"
Axel menoleh ke belakang sembari mengangkat alis. "Why?"
"Gue pinjem duit lo yaa, please. Sedikit kok, cuma satu juta doang. Gue cuma bawa dua ratus," pinta Jordy dengan santainya.
Kedua mata Yogi membulat dengan mulut terbuka. Dengan gemas, ia memukul tangan Jordy. "Heh, kanebo gajah! Mata lo, sedikit. Lumayan, ege!"
"Syuuttt …" Jordy melayangkan telunjuknya mengenai lubang hidung Yogi. "… lo kayak enggak tau, kalo si Axel, tuh, Crazy Rich. Yang masih minta kembalian padahal uangnya pas, diem aja."
"Oasu."
***
"Bukan kok, bukan…"
Seorang gadis menggelengkan kepalanya, dengan wajah memerah. Sementara gadis yang duduk di sampingnya menampilkan wajah cengo. Tangannya masih setia memegangi bahu temannya tadi. "Rin, kamu sehat, kan?"
Astaga! Apa yang ia pikirkan, dan … kenapa dia ada di kelas? Bukannya seharusnya ia masih berada di parkiran?
Karin membulatkan matanya, terkejut. Kemudian ia menatap Riska dengan senyuman bodoh.
"Aish … maaf. Itu, tadi— anu, emm…"
"Hey, kamu kenapa, sih? Kok aneh banget pagi ini," celetuk Riska, mulai menurunkan tangannya. "Di tanyain malah jawab anu, anu. Sorry, anu lo, sakit kah?"
"Enggak, bukan."
"Terus?"
"Anuu … itu—," Gadis itu menggigit bibir bawahnya, gugup. "bukan apa-apa, lupain aja."
Riska memicingkan matanya, ragu. Menatap lekat-lekat mata indah itu. Membuat empunya bertambah gugup. Tak lama Riska mengangguk, dan mulai memutar tubuhnya menghadap ke papan tulis, dimana seorang guru sudah memasuki ruang kelasnya.
"Aduh, kok jadi mikirin dia sih, ish!" Karin merutuki dirinya sendiri dengan volume suara pelan.
"Oh ya, anak-anak, Bapak harap kalian tau, kalau Ujian Kelulusan tiga bulan lagi. Persiapkan mulai dari sekarang ya, tekuni belajarnya. Tugas-tugas yang belum di lengkapi segera di lengkapi ya," nasihat Pak Guru.
"Ya elah, Pak. Masih lama, kali," sahut Aldo yang dengan santainya memainkan Mobile Legend.
"Heh, Aldo! Tiga bulan itu waktu yang sebentar. Apalagi kalau banyak hari libur."
"Y gede, dah."
***
Derap langkah kaki seorang gadis tiba-tiba terhenti saat tanpa sengaja dirinya melihat ke enam pemuda berjalan mendekatinya. Pandangan gadis itu langsung turun, di sertai remasan kuat pada rok nya. Tubuhnya bahkan tiba-tiba gemetar, hawa yang tadinya menyenangkan menjadi menakutkan, baginya.
Tubuhnya bertambah gemetar dengan keringat dingin yang mulai menuruni pelipis, saat ia melihat dua kaki yang berhenti di sampingnya.
"Mau kemana lo?" Suara bass itu, terdengar agak menyeramkan.
Raja. Ya, hanya dia yang berdiri di samping Karin, sementara yang lain sudah ia suruh ke kantin terlebih dahulu meskipun ada beberapa yang menolak perintahnya.
Tangannya yang tadinya di dalam saku, kini ia keluarkan, sedikit memutar arah tubuhnya menghadap gadis yang sedari tadi menunduk takut. "Lo masih punya mulut, buat jawab kan?"
Dia hanya mengangguk.
"Gue tanya, dan lo harus jawab. Lo, mau kemana?"
"Emm … itu, ruang guru," jawab Karin.
"Lo ngomong sama siapa, hah? Sepatu? Ngapain lo nunduk, gitu?"
"M-maaf."
"Gue nggak butuh maaf lo. Kalo lagi ditanya, liat orangnya. Di bawah nggak ada duit," omel Raja. Astaga. Entah kenapa ia menjadi kesal sendiri.
'Kok dia jadi bawel sih?'
Karin mencoba memberanikan diri untuk menatap lawan bicaranya. Sebelum ia berhasil berpaling, ada sebuah tangan yang menahan kedua pipinya. Di paksa menatap orang itu.
"Gue nggak suka yang namanya di abaikan, paham?" Nadanya terdengar lirih, namun terselip nada ketus di dalamnya.
Karin mengangguk, mesti dalam hatinya ia terus terheran-heran dengan makhluk jahat yang sialnya tampan ini. Perubahan sikapnya, bahkan sifatnya, oh ya, dan juga, kenapa dia bisa sebawel ini?
"Ya udah."
"Hm?" Karin bertanya bingung. Hal itu membuat Raja kesal.
"Lo ngapain masih disini? Mau berduaan sama gue? Jangan ngarep!" Setelahnya Raja pergi, meninggalkan Karin yang ter bengong.
"Hah? Maksud dia apa? Berduaan? Sama dia? Aneh banget sih," gumam Karin melanjutkan perjalanannya menuju ruang guru.
***
TO BE CONTINUED ‼️
DUH DUHH … KAYAKNYA ADA YANG MULAI ANEH NIHH🤭🤭
HIHII … BTW SEKALI LAGI MOHON MAAF, BARU BISA UPDATE. KARENA BECAUSE, TIDAK PERNAH NEVER😩
MAU NEXT LAGI?? 200 VOTE, 100 KOMEN KITA NEXT
JANGAN LUPA BUAT FOLLOW YA BESTIEH🙏🏽
KAMU SEDANG MEMBACA
REX IMPORTUNUS | King Bullying
Teen Fiction𝐓𝗼𝐱𝐢𝐜 𝐀𝐫𝐞𝐚//𝐓𝐞𝐞𝐧𝐚𝐠𝐞𝐫𝐬//𝐇𝐮𝗺𝗼𝐫 [17+] "Kak ampun, Kak. Ss-sakit, di-ngin Kak." "BERANI BANGET LO, MERINTAH GUE?!" Gimana rasanya di bully oleh ketua geng motor besar? Bahkan sampai bertahun-tahun. Itu yang ten...