3.2 : Akibat Jepit Rambut

6.7K 365 16
                                    

"Karena handphonenya udah aku ambil, aku pulang, ya, kak."

"Lo masakin gue makanan."

Terkejut? Tentu saja. Baru kali pertama Raja menyuruhnya membuatkan makanan. Raut wajahnya benar-benar bingung. Apa Raja mau, memakan masakannya? Dirinya memang tak sepandai itu dalam hal memasak. Tapi, masakannya juga tidak terlalu buruk dan masih layak makan.

"Tapi, kak. Aku kan-,"

"Kenapa? Nggak bisa masak, lo? Tutor di YouTube kan banyak. Udah si, tinggal nurut aja, apa susahnya," balas Raja dengan ketus. Ia kembali memalingkan wajah ke layar TV.

"Bukan, bukan gitu. Aku nggak tau letak-letak bahannya dimana aja." Karin mengeluh. Astaga, kenapa cowok didepannya ini selalu berpikiran negatif tentangnya.

Membuang napas kasar, kemudian menoleh. Menatap mata yang selalu menatapnya dengan penuh ketakutan itu dengan tatapan datar.

"Ya lo cari. Udah, ngga usah banyak cengcong. Buruan masak, gue udah laper."

Mau tak mau, Karin melangkah pergi dari ruang televisi menuju dapur. Kali ini, ia akan membuat yang mudah saja. Mungkin nasi goreng, lebih baik.

Karin mulai mencari bahan yang dibutuhkan, walau sedikit menyulitkan dirinya. Beruntungnya bahan-bahan tersebut tidak berada di tempat yang sulit dijangkau. Butuh waktu lima belas menit untuk membuat nasi goreng sederhana ala Karin.

Saking fokusnya dalam memasak, bahkan sepuluh menit yang lalu seseorang mengintip dari pintu pun ia tak menyadari. Karin menyadarinya saat, ia akan memanggil Raja.

"Loh? Kak Raja? Sejak kapan disitu? Baru aja, mau aku panggil."

Yang tertangkap basah, langsung membenarkan raut wajahnya. Sedikit berdehem untuk menghilangkan rasa canggung yang tiba-tiba saja datang. "Gue ya? Gue tadi kebetulan aja mau ke toilet."

Karin hanya manggut-manggut. "Ooh, kirain lagi ngintipin."

"Dih! Jangan ke pede an. Gue nggak segabut itu buat liat lo masak," sangkal Raja. Cowok itu berjalan mendekati meja bar, yang diatasnya sudah terdapat sepiring nasi goreng yang dihiasi berbagai topping. Tak lupa, dengan segelas teh hangat.

Raja memandang nasi goreng itu, kemudian menatap wajah pembuatnya dengan mimik muka yang kurang meyakinkan.

"Lo nggak ada racunin gue, kan?"

"Enggak kak. Seratus persen."

"Ya siapa tau aja. Lo mau bales dendam," ucap Raja. Tangan kanan yang memegang sendok, mulai mengambil nasi tersebut.

Karin panas dingin. Sungguh. Ia takut jika rasanya kurang pas di lidah cowok itu. Ditambah raut muka Raja yang terlihat kurang meyakinkan, menambah rasa takutnya.

"Gi-gimana, kak?"

"Biasa aja."

"Tapi, keasinan sedikit. Lo kalo mau bikin gue kena penyakit jantung, nggak gini caranya."

"Maaf kak. Tapi, tadi udah dicoba kok. Rasanya pas-pas aja," jawab Karin.

"Itu kan, lo. Bukan gue," ucap Raja sedikit kesal.

Di tengah perdebatan itu, bel apartemen berbunyi berkali-kali. Hal tersebut membuat kedua remaja yang masih berada di dapur, dilanda kepanikan.

"Mampus! Itu pasti Axel dan kawanannya." Raja melirik ke arah Karin yang sedang menggigit jemarinya. "Mana ada nih cewek. Apa gue umpetin aja?"

TING TONG
TING TONG

Raja memukul meja bar itu dengan pelan. Kemudian berdiri dan menarik Karin agar ikut bersamanya. Cowok itu membawa Karin ke kamarnya. Mengunci gadis itu dari luar, meskipun Karin terus berteriak.

"DIEM! Gue harap, untuk beberapa jam ke depan, lo diem. Di luar ada temen gue, dan gue nggak mau mereka curiga kalo ada lo disini. Paham?!"

"Paham," jawab Karin dari dalam kamar.

Bergegas Raja turun, dan membukakan pintu untuk teman-temannya. Mereka masih memakai seragam sekolah. Ditambah ini masih jam sebelas siang. Sudah dipastikan bahwa mereka bolos.

"Ngapain kalian?"

"RAJA?!!" Sean, Jordy, Yogi, dan Anres refleks berteriak begitu tau keadaan Raja saat ini. Sementara Axel masih kalem-kalem bae. Meskipun terlihat samar, dari ekspresi wajahnya bahwa cowok itu khawatir.

"Kalian kalo mau berisik, mending pulang. Gue pusing, mau tidur."

Dengan gesit mereka semua masuk ke dalam, walaupun dengan dorong mendorong. Sean mendekati Raja dan memegang kepala cowok itu.

"RAJA? Lo masih inget gue?"

"Bacot!"

PLAAKK

"GOBLOK SEAAANN!!! Sakit anjir!" Raja berteriak saat Sean dengan sengaja memukul kepalanya. Sedangkan yang menjadi tersangka utama langsung kabur melarikan diri, menghindari amukan sang ketua.

"Lo nggak papa, Ja?" tanya Anres. Raja hanya menggeleng singkat.

"Ini pasti ulah Jaeden, kan? Gue udah duga dari awal. Lo nya sih, ngeyel." Jordy ikut kesal sendiri sebab saat itu Raja tidak memperbolehkan mereka ikut. Dengan ancaman di depak.

"Makanya, Ja, Ja. Jangan terlalu goblok lah. Dari dulu-"

"Apa lo bilang, hm? Coba ulangin." Yogi tak jadi meneruskan kalimatnya akibat lirikan mata Raja yang membuatnya seperti merasa terpojok. Ia menggeleng pelan sambil terkekeh canggung.

"WOY JA, NASI GORENGNYA GUE ABISIN YA."

Suara teriakan dari arah dapur membuat merek menoleh. Kemudian segera berlari menghampiri sumber suara. Setibanya di sana, seseorang duduk dengan tenang di atas kursi sambil menikmati nasi goreng yang sudah tersedia.

"Bagi, njing. Gue juga pengen," ucap Anres yang langsung duduk di depan Sean. Mengambil sebuah sendok dan mulai memakan nasi goreng.

"Enak banget coy, gila!"

Sementara itu, yang lain menatap Raja dengan heran. Pasalnya jarang sekali seorang Raja itu memasak sendiri.

"Eh, Ja. Itu serius lo yang bikin?" Pertanyaan dari Jordy suda mewakili semua. Sedangkan Raja berusaha menutupi kegugupannya.

"Iya lah. Sekali-kali," jawabnya dengan lugas.

Yogi memisahkan diri dari mereka. Matanya menelisik sebuah objek yang sedari tadi menarik perhatiannya. Tangannya mulai mengambil benda tersebut. Dilihatnya, sebuah benda yang sangat jarang dimiliki oleh lelaki. Jepit rambut berwarna kuning dengan hiasan bunga matahari.

"Raja. Lo, nggak lagi nyembunyiin cewek disini, kan?"

***

TO BE CONTINUED

VOTE NYA MANA NIH🫣😓
TOLONG, JANGAN JADI GHOST READERS

SORRY BANGET KALAU AGAK NGGAK NYAMBUNG ATAU KURANG FEEL. TAMAT CERITA INI BAKAL AKU REVISI.

FOLLOW AKUN INI BIAR GAK KETINGGALAN INFO TERBARU 🪐🌥️

REX IMPORTUNUS | King BullyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang