2.8 : Kecurigaan Tentang Raja

5.7K 339 16
                                    

HI!! ADA YANG MASIH BACA CERITA INI?
KAYAKNYA UDAH MULAI LANGKA YAA :(

MAAF, AKU GATAU INI YANG KE BERAPA, MAAF BARU BISA UPDATE CERITA INI.

TENANG AJA, BAKALAN ADA DOUBLE UPDATE!! YEYYY!! HAPPY NGGAK??

TAPI DENGAN SYARAT, RAMEIN DULU PART INI DENGAN VOTE DAN KOMEN KALIAN!!!

BY THE WAY, HAPPY READING ‼️

***

Waktu terus berputar, semakin lama. Hari-hari pun sudah mulai berganti, suasana kini mulai berubah, sedikit demi sedikit. Sifat Raja kini kian bertambah aneh. Aneh, karena terkadang, ia peduli terhadap Karin, tapi kadang diwaktu yang sama juga, cowok itu bertindak sekenanya.

Hal itu terus-menerus terulang. Hingga pada akhirnya salah satu teman Raja menyadari keanehan tersebut, tanpa disengaja.

"Lo lagi suka sama seseorang, Ja?"

Saat ini beberapa inti DIÁVOLOS berkumpul di apartemen Raja. Ya, memang tidak semua ikut. Hanya ada Axel, Sean, dan Jordy yang ikut berkumpul.

Salah satu cowok yang sedang bermain PS, menoleh sekilas. Kemudian melanjutkan bermainnya. Namun sebelum itu, ia sempat berkata 'tidak'.

Yang bertanya hanya menganggukkan kepalanya, sembari terus memakan kacang kulit yang tersedia di atas meja kecil.

"Oy Sean!"

"APAAN, HA?" Sean menjawab dengan nyolot. Pasalnya, ia sedang fokus memainkan rubik.

"SANTAI ANJ*ING, GUE MAU NANYA DOANG."

"LO NYA JUGA NGGA SANTAI, BA*BI!" teriak Sean.

"YA LO NYA JUGA TERIAK-TERIAK, BNGST!!"

PRANGG!!

"LO BERDUA BISA DIEM NGGA SIH, HA?! GUE LAGI MAIN!!" Axel yang sedari tadi menahan emosi, langsung saja tadi membanting stick PS 5 milik Raja ke lantai.

Ketiga orang yang ada disitu terkejut. Bahkan tanpa sengaja Jordy menendang meja kecil yang terdapat mangkok berisi kacang yang sudah terkelupas serta beberapa gelas.

"Aing kaget, ya Allah, Astaghfirullah, Subhanallah," ucap Sean mengelus dada, matanya masih menatap Axel dengan kejut.

"Kampret! Gue ikutan kaget cok!" lontar Raja.

Axel mengatur napasnya, sembari memejamkan mata. Kemudian ia membuka mata tersebut dan menatap teman-temannya. "Sorry."

"Si Axel kalo marah serem euy. Ngalahin cewek lagi pms," bisik Jordy ditelinga Sean.

Sean mengangguk menyetujui. Namun setelahnya ia memukul tangan Jordy.

"Itu berantakan, goblok! Beresin dulu, gibahnya nanti!" Tangannya menunjuk lantai yang berantakan akibat Jordy.

"Iya iya! Ini gue beresin. Ez lah."

Beberapa menit kemudian, akhirnya kekacauan tersebut beres. Jordy menepuk tangannya, kemudian tersenyum. "Beres, kan? Gue gitu loh."

"Nyenyenye~"

"Anjir gue lupa tadi mau nanya apaan," gerutu Jordy.

"Nanya naon?"

"Ya makanya itu, gue lupa, malih!" geram Jordy memukul punggung Sean. "Bentar … oh ya, gue baru inget."

"Hah? Apa?"

"Si Anres tumbenan kaga ikut nongnong. Biasanya tuh anak paling gece," ucap Jordy yang kembali sibuk memisahkan antara kacang dengan kulitnya. Cowok itu mengumpulkannya sampai banyak.

"Nggak tau gue. Berak kali." Tangan kanan Sean dengan santainya mencomot kacang yang sudah Jordy kumpulkan hingga titik darah penghabisan.

"BANG*SA*T! GUE UDAH NGUMPULIN INI DARI SATU JAM YANG LALU, ANJ!"

Karena kesal, Jordy memasukkan semua kacang beserta kulitnya kedalam mulut Sean secara paksa. Mengunyel-unyel muka baby face itu tanpa rasa tega.

"Mamam lo, tai!"

Langit mulai berwarna mega kemerah-merahan, matahari hanya memancarkan sedikit sinarnya. Empat orang remaja laki-laki, tergeletak begitu saja di lantai. Suara-suara berisik kini hanya dari televisi, serta plastik-plastik snack yang terkena kaki.

Drrtt Drrttt

Getaran ponsel dengan nada dering dari sebuah lagu 'Hard 2 Face Reality' mengalun begitu saja. Hingga berbunyi sampai tiga kali, barulah panggilan tersebut di angkat oleh seorang cowok yang tak sengaja terbangun.

"SEAN! KAMU DIMANA SEKARANG?!"

Sean refleks menjauhkan ponsel tersebut dari telinganya. Setelah melihat siapa yang menelepon, matanya seketika terbelalak. Rasa kantuk yang sedari tadi menyerang, langsung menguap seketika.

"Ha-halo, Mami. Ini masih ngerjain tugas, tapi udah selesai, kok," ucap Sean berharap bisa meyakinkan Maminya.

"Kamu aneh banget sih. Masih ngerjain atau udah selesai? Kalo udah, pulang sekarang. Opa nanyain kamu."

Kekagetan Sean kian bertambah, saat tau bahwa Opa nya berkunjung. Astaga, sepertinya ia akan di perlakukan seenaknya oleh tua bangka itu.

"Kamu dengerin Mami ngomong nggak, Sean?"

"Iya, Mi. Ini langsung otw pulang. Udah dulu ya, bye Mami."

Sean langsung mematikan sambungan teleponnya. Cowok itu seketika menghampiri teman-temannya yang masih pulas tertidur.

"Dy, Xel, Ja. Bangun woy. Pulang, ayoo."

"Lima manit lagi, sayang," gumam Jordy dalam tidurnya.

"WOY SI ANYING!! BANGUN!"

"Gue udah disuruh pulang, buruan bangun dong."

Ketiga pemuda gagah itu membuka mata. Salah satu dari mereka meregangkan otot-otot, agar tidak lemas. Axel dan Raja berubah posisi dari tiduran menjadi duduk bersandar pada sofa. Sementara yang satunya masih tiduran dan menatap kosong atap.

"Lo kenapa sih, hah? Berisik banget dari tadi," protes Raja.

"Mami gue udah telfon. Gue disuruh pulang."

"Ck! Gue masih ngantuk berat…" lontar Jordy yang kini sudah terduduk.

"Sean, tolong ambilin jaket gue di belakang lo." Axel memerintah Sean, seraya ia mencari keberadaan ponselnya.

"Nih. Gece ya, udah telat 10 menit nih."

"Lo minta gue pukul, hm? Ngumpulin nyawa dulu! Nanti kalo gue kenapa-napa lo mau tanggung jawab?!" papar Jordy.

Sean mengangkat bahunya acuh. "Gue mah nggak nyentuh-nyentuh lo, ngapain tanggung jawab?"

"Emang dasar, binatang kaki empat!!"

"Berisik!! Katanya mau pulang! Buru! Nggak usah ribut!" lerai Axel yang kini sudah rapih dengan memakai jaket hitam serta sarung tangan.

"Ja, kita balik dulu deh ya. Itu bocah udah ngerengek mulu. Bikin budek."

Raja tertawa kemudian ia mengangguk. "Hati-hati."

***

TO BE CONTINUED

ADA PESAN UNTUK BUNZO/ZYA SELAKU AUTHOR CERITA INI??

UNTUK TOKOH-TOKOH FIKSI YANG ADA DI REX IMPORTUNUS?

ATAU UNTUK 'DIA' YANG SEDANG KAU PERJUANGKAN?

INGETTT!!! BAKAL ADA DOUBLE UP KALO PART INI RAME!!

FOLLOW THIS ACCOUNT FOR MORE!!<3

REX IMPORTUNUS | King BullyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang