Warung lama Mira mulai dioperasikan oleh mantan Kakak Ipar dan Adik Iparnya, sementara Badrun dan Bu Saadah menjadi bos di warung ini dan jarang berada di warung. Mereka berdua sangat mempercayakan warung mereka kepada ketiga wanita itu untuk mengurusnya.
"Drun, enak tho, sekarang kamu tinggal ongkang-ongkang kaki doang di rumah kaya Raja?"
"Iya, Bu. Bisa nyantai-nyantai di rumah tapi uang tetap ngalir masuk ke dompet."
"Harusnya kamu tuh nurut dari dulu saran Ibu buat ceraikan si Mira,"
"Iya, Bu. Harusnya dari dulu aja ya Badrun ceraikan si Mira,"
"Iya, kamu sih bandel kalau dibilangin sama Ibu. Sekarang si Mira malah udah hamil anak kamu lagi. Huh... bisa dijadikan senjata tuh sama perempuan miskin itu untuk minta warisan dari kamu buat anaknya."
"Tenang aja, Bu. Aku nggak bakalan kasih warisan buat anaknya si Mira, mending hartaku buat dikasih ke anakku saja sama si Santi."
Bu Saadah terperanjat mendengar berita ini, "Si Santi lagi hamil, Drun?"
"Iya, Bu. Sudah enam minggu usia kandungan si Santi. Tadi pagi Bu Romlah ngabarin berita baik ini sama Badrun. Dia juga minta Badrun buat segera nikahin si Santi."
"Ya sudah cepet nikahin si Santi. Ibu sudah nggak sabar pengen punya besan orang kaya juga."
"Itu masalah gampang, Bu. Tapi kayaknya cuma bisa nikah siri dulu, kan surat duda aku belum ada, Bu. Gara-gara si Mira si*lan itu hamil, jadi ketunda gini ketok palunya. Harus sabar nunggu empat bulan lagi, baru bisa nikahin si Santi secara resmi."
"Ya sudah nikah siri aja dulu, ntar kalau surat dudamu sudah ada tinggal daftarin pernikahan kalian ke pemerintah setempat."
"Iya, Bu. Dalam waktu dekat Badrun memang mau nikah siri sama si Santi. Fikri yang akan mengurusnya."
"Okelah kalau begitu. Oh iya, kamu jangan lupa datang ke rumahnya Abah Toyip. Seperti biasa, kamu tahukan maksud Ibu?"
"Tahu dong, Bu."
"Sekalian kasih Abah Toyip uang tanda jasa juga."
"Oke beres, Bu."
***
Empat bulan kemudian.
Mira yang sudah waktunya melahirkan dilarikan ke Puskesmas Desa untuk segera ditangani.
"Zal, Zal, tolong panggilkan Mas Badrun sana! Kasih tahu dia kalau mantan istrinya mau melahirkan gitu." titah Bu Laksmi.
"Iya, Bu."
"Sekalian juga tutup warungnya, ya!"
"Siap, Bu."
Rizal segera berlari untuk mengabarkan berita ini kepada Badrun. Awalnya anak remaja itu berlari ke arah warungnya Badrun yang masih bisa bertahan meskipun bukan Mira lagi yang mengurusnya.
"Mbak, Mbak, Mas Badrun-nya ada di warung nggak?" tanya Rizal kepada Ingah dan Reni yang sedang berjaga di warung ini.
"Nggak ada." jawab Reni ketus.
"Oh, kalau gitu makasih ya, Mbak."
Rizal mulai berjalan menjauh dari arah warung menuju rumah Badrun yang saat ini telah ditempati juga oleh Santi.
Dokk Dokk Dokk.
"Assalamu'alaikum," salam Rizal yang sebelumnya telah mengetuk pintu. "Mas Badrun!"
"Iya, sebentar." terdengar suara Santi dari dalam rumah.
Pintu rumah terbuka dan terlihatlah wanita muda berparas ayu berkulit putih bersih membukakan pintu rumah ini. Dialah Santi istri barunya Badrun.
"Eh, Rizal. Ada apa Zal?" tanya Santi ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangkrut Usai Ceraikan Istri (Ibuku Sayang Ibuku Malang)
General FictionSudah TAMAT .... Semua part masih lengkap .... "Uang anak perempuan yang telah bersuami itu haram hukumnya dinikmati oleh orangtuanya, Mir!" hardik suamiku sembari merampas uang sepuluh ribuan kertas dari tangan Ibu kandungku. *** Mira seorang wani...