POV Santi

3.4K 200 3
                                    


Hari yang sudah aku tunggu-tunggu bersama dengan suamiku tercinta yaitu Mas Badrun akhirnya tiba.

Hari ini aku merasakan rasa sakit dan mulas yang hebat, kata kedua orangtuaku ini tanda-tanda bahwa aku sebentar lagi akan melahirkan.

Aku dilarikan oleh suamiku yang ganteng ini ke Puskesmas Desa Kincir agar segera mendapatkan penanganan dari Bu Bidan yang selama ini telah memeriksa kandunganku setiap bulan.

Setelah perjuangan panjang, akhirnya anak yang selama ini aku kandung lahir ke dunia ini dan bersamaan dengan itu rasa bahagia yang awalnya membuncah kini berganti dengan rasa sakit tiada terperih.

Sesak dadaku saat ini saat teringat masa-masa sebelas bulan kebelakang. Air mata mengalir deras di kedua mataku. Orang-orang yang ada di sekelilingku kebingungan dengan tangisanku saat ini yang tidak berhenti barang sejenak pun.

Kukuatkan hati ini agar orang-orang disekitarku tidak menyadari bahwa aku telah sadar dari guna-guna yang telah mereka berikan padaku selama ini, agar aku mau menerima Mas Badrun yang jelek itu menjadi suamiku.

Anak hasil dari hubunganku dengan Mas Badrun yang telah selesai dibersihkan oleh perawat mulai diletakkan disamping tubuhku.

Aku jijik dan benci sekali dengan anak yang ada disebelahku saat ini. Ingin rasanya aku lempar anak ini keluar sana dan aku bunuh laki-laki yang saat ini tengah menggenggam tanganku.

Aku mencoba bertahan agar dia tidak curiga. Dia mulai mengelus puncak kepalaku, arghhh jijik rasanya, ingin kutepak saja tangan kasar itu dari puncak kepalaku.

"Makasih ya sayang, kamu sudah memberikan anak yang lucu dan cantik ini kepadaku," tuturnya.

"Mm," anggukku singkat.

"Kamu pasti capek ya? Kalau gitu kamu istirahat dulu ya, biar anak kita aku yang gendong dulu, biar kamu bisa bebas bergerak dan tidak takut menindihi anak kita saat tertidur nanti."

Mas Badrun mulai menggendong anaknya, sebelum dia pergi keluar untuk menunjukkan anak itu kepada kerabat-kerabatnya, aku segera meminta hape miliknya.

"Mas, aku pinjem hapenya dong!" pintaku.

"Hape?"

"Iya, hape. Aku mau nonton video lucu-lucu di Bahitube." ucapku memberikan alasan agar dia tidak curiga.

"Iya, sebentar ya."

Mas Badrun lalu keluar dari ruangan ini dan tidak lama kemudian datanglah Reni yang mengantarkan hape untukku.

"Baru lahiran kok langsung pegang-pegang hape sih?" sinisnya.

"Biarin, suka-suka aku dong." jawabku tidak kalah sinisnya.

Setelah Reni keluar dari dalam ruangan ini, aku segera menghubungi nomor Mas Damar yang nomornya masih kuingat dengan jelas diotakku, lalu kuketik sebuah pesan.

"Mas Damar, ini aku Santi. Aku minta maaf ya, Mas, karena dulu memutuskanmu secara tiba-tiba dan menikah dengan pria lain. Tapi sesungguhnya aku ini masih sangat mencintaimu, Mas. Aku dulu sepertinya dipelet oleh laki-laki yang saat ini menjadi suamiku, dan saat ini aku baru saja selesai melahirkan dan akal sehatku telah kembali, Mas. Jika Mas Damar juga masih mencintaiku dan masih mau menerimaku untuk jadi pendampingmu, maka balaslah pesan ini dan jemput aku besok subuh-subuh sekali di Puskesmas Desa Kincir."

Pesan telah berhasil terkirim dan langsung ada balasan dari orang yang aku cinta.

"Iya, Santi. Mas pasti akan menjemputmu besok. Mas masih sangat mencintaimu. Mas juga dulu sedikit agak merasa janggal saat kamu tiba-tiba berpaling dari Mas dan lebih memilih laki-laki jelek itu." balasnya.

Bangkrut Usai Ceraikan Istri (Ibuku Sayang Ibuku Malang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang