"Pak, gausah ngeselin deh."
"Saya dari tadi diem, Jisoo."
"Bapak tuh—"
"Maaf Mas, Mba. Kalo mau berantem jangan disini." Kata si abang-abang tukang bubur, Jisoo yang tadinya mau ngomong langsung diem, Jaehyun sendiri hanya mengangguk sembari mengucapkan permintaan maaf karena sudah membuat keributan.
Kayanya abang tukang bubur dan pelangannya udah risih sama mereka berdua, yaiyalah risih, orang udah tiga puluh menitan mereka gitu mulu. Ribut, dan akhirnya dengan sedikit bibit-bibit malu yang tumbuh, keduanya pergi dari sana.
"Kamu tuh kalo ngomong biasa aja, gausah ngegas, ga punya rem?" Ujar Jaehyun ketika keduanya sudah mengangkat kaki dari tempat mereka makan bubur.
"Lah saya kan ga bawa motor?" Balas Jisoo menatap Jaehyun bingung, Jaehyun berdecak kemudian tangannya bergerak untuk menjitak kepala Jisoo, tidak pelan juga tidak keras. Tapi tetap sakit.
"Sakittttt." Ringis Jisoo sembari membalas memukul lengan Jaehyun. Ingat akan satu hal ini, Jisoo tidak memandang siapapun untuk dipukul, selagi tangannya mampu itu akan terus terjadi.
"Jisoo, saya masih wali kelas kamu." Jisoo menatap Jaehyun dengan dahi yang berkerut, "Ya emang kan Bapak wali kelas saya, kata siapa Bapak saya?"
Jaehyun mengalihkan pandangannya dari gadis itu, sementara tangannya sibuk mengaruk keningnya sendiri. Ya Tuhan, kenapa sepertinya Jisoo hari ini sangat menyebalkan? Bukankah biasanya ia yang selalu menyebalkan disini?
Jaehyun tidak menjawab, pria itu hanya diam sembari terus berjalan, membiarkan Jisoo yang mengekor dibelakangnya, selama berjalan itu pula suasana menjadi sangat hening. Maksudnya, tidak ada lagi suara Jisoo yang sedang mengoceh seperti biasanya.
Jaehyun merasa aneh dengan suasana seperti ini, hingga mendadak ia yang berhenti berjalan dan membuatnya merasakan sesuatu yang membentur punggungnya dengan cukup keras.
Ketika Jaehyun berbalik ia bisa melihat Jisoo yang sedang mengaduh sembari memegang keningnya, gadis itu tidak memperhatikan jalanan dan tidak sengaja menabrak punggungnya.
"Kenapa kamu diem aja?" Jaehyun memperhatikan Jisoo yang sepertinya sudah mulai kesal padanya.
"Ya emangnya saya harus ngapain?" Seru Jisoo sembari menurunkan tangannya dan menatap Jaehyun sebal.
Jaehyun menarik napas dan menghembuskannya perlahan. "Jisoo." Panggilnya, Jisoo hanya mengangkat alisnya sebagai jawaban.
"Kenapa kamu kayanya selalu kesel kalo sama saya?" Jisoo berdecak lalu mengalihkan pandangannya, ia tidak habis pikir. Apa maksud dari pertanyaan itu? Apa Jaehyun tidak pernah menyadari sama sekali kalau sikap pria itu selama ini sangat menjengkelkan?
"Bapak."
"Hm?"
"Emang selama ini Bapak ga pernah nyadar kalo Bapak itu ngeselin?" Kata Jisoo, kini gadis itu nampak serius memerhatikan Jaehyun yang seperti tengah berpikir.
"Engga, saya nyadarnya kalo saya itu ganteng." Ucap Jaehyun sembari mengembangkan senyum tipisnya.
"Ihhhh?!" Jisoo menatap Jaehyun julid, astaga! Emang iya sih dia itu ganteng, udah berapa kali Jisoo akuin? Tapikanー oke, i'm done.
Melihat respon Jisoo yang seperti itu membuat Jaehyun tertawa, jujur, ia juga merasa geli mendengar ucapannya barusan. Karena Jaehyun sendiri bukan type pria yang percaya diri mengakui ketampanan, maksudnya. Jaehyun memang tampan, tapi tidak koar-koar seperti pria-pria lainnya. Jaehyun cukup diam saja, karena orang lain juga pasti sudah mengetahuinya bahwa ia itu tampan.
Teacher And Me
Dengan tubuh yang membungkuk Jisoo meletakan kedua tangannya dilutut sebagai tumpuan tubuhnya, napas gadis itu terlihat memburu dengan dada yang naik turun akibat berlari sebanyak tiga putaran. Entah kenapa ini terlihat sangat menyiksa bagi Jisoo, kenapa? Jisoo tidak pernah melakukan ini sebelumnya, pernah, namun itu di sekolah jika sedang ada pelajaran olahraga. Berlari mengitari lapanganーah ralat, mengitari taman sangatlah melelahkan.
Jisoo ingin menyerah, tapi dibelakang ada Jaehyun yang selalu mengawasinya dan setiap ia berhentiーbahkan hanya untuk mengatur napas sebentar saja sudah ditegur. Memang sialan, dan kali ini Jisoo akan benar-benar menyerah. Persetan dengan Jaehyun, pria itu seperti menjadikan ini bukan untuk lari pagi, tapi seperti menghukumnya yang telat masuk kelas.
Coba kalian bayangkan, dimana ada jogging atau lari pagi yang selalu diatur-atur dan di awasi? Tentu saja tidak ada! Mungkin kali ini ada, untuk pertama dan terakhir kalinya, dan hanya berlaku untuk Jaehyun terhadapnya.
Dengan napas yang sudah mulai normal lagi Jisoo menjatuhkan bokongnya dikursi panjang, beruntung sekali kursi itu terletak tepat dibawah pohon yang rindang, membuat sepoy-sepoy angin tidak sungkan untuk berlewatan. Dan itu membuat Jisoo betah untuk berlama-lama disana.
Mengabaikan keadaan sekitarnya, Jisoo menatap lurus kedepan. Entah apapun yang Jisoo lihat tapi pemandangan didepannya terlihat sangat menarik. Didepan sana terlihat dua orang berbeda jenis kelamin tengah bertengkar, seperti sedang beradu mulut.
"Aku kan udah bilang sama kamu buat jangan deket-deket sama Yeonjun, kenapa kamu ngeyel banget sih?!" Kata si laki-laki berkaos putih, wajah remaja itu terlihat sangat kesal.
"Aku ga deket-deket sama dia! Dianya aja yang ngedeketin aku terus!" Balas si gadis bermata sipit nan tajam.
Laki-laki itu terkekeh lalu menatap si gadis dengan tajam. Buset, serem amat. Batin Jisoo.
"Halah, paling kamu seneng kan dia deketin kamu?" Jisoo lihat kini si gadis yang nampak tidak terima.
"Kamu kenapa sih?! Negatif thinking mulu sama aku? Aku udah coba buat ngejauhin Yeonjun tapi dia batu, dan terus deketin aku! Aku juga gamau dia gangguin aku terus." Ucap si gadis panjang lebar, matanya sudah berkaca-kaca tapi sepertinya si laki-laki tidak merasa kasihan dan terus memojok-mojokan gadis itu.
"Anjir, kasian." Gumam Jisoo tapi tidak melakukan apapun, hanya diam dan terus menonton.
"Alesan terus, paling dibelakang kalian main api. Iyakan?"
"Hyunjin!"
"Apa?"
"Aku cape sama kamu, mulai sekarang kita putus!"
Gadis itu pergi dari sana dengan tangannya yang sengaja menutupi wajahnya, sepertinya gadis itu menangis. Jisoo beralih melihat kearah si laki-laki saat si gadis sudah menghilang dari pandangannya, remaja itu terlihat mengepalkan tangannya dan ikut pergi, namun bedanya ia berjalan kearah yang berlawanan.
Jisoo berdecak lalu mencebik. "Dasar bocah ep ep, gua aja yang udah tujuh belas taun belom dibolehin pacaran." Ucap Jisoo yang terdengar kesal, Jisoo tahu betul mereka berdua adalah salah satu adik kelasnya disekolah, namanya Hyunjin dan Yeji.
"Siapa yang nyuruh kamu berenti?" Jisoo kontan mendongkakan kepalanya dan menatap si empunya suara, o-ow, Jaehyun sedang menatapnya dengan tajam sekarang.
Tapi Jisoo tidak peduli, gadis itu mendengus kasar dan dengan sengaja menghempaskan punggungnya pada sandaran. "Ga ada." Jawabnya singkat.
Jaehyun menjentikan jarinya didepan wajah Jisoo. "Ga ada yang nyuruh kamu berenti, bangun, lari. Jangan berenti sampe saya bilang sendiri." Ucap Jaehyun mutlak, tapi bukannya bangun dan menuruti ucapan wali kelasnya, Jisoo malah makin menyenderkan punggungnya kesandaran, bahkan posisinya sekarang bukan lagi duduk menyender, melainkan merebahkan tubuhnya dikursi.
"Gamauuu capeee." Rengek Jisoo sembari mengubah posisinya menjadi telungkup dikursi.
Sialan Kim Jisoo?!
Itu terlihat sangat menggemaskan dimata Jaehyun.
***
Halo halo halo!!! Udah lama engga update ueueueueue, kurang memuaskan ya? Maaff nee
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐞𝐚𝐜𝐡𝐞𝐫 𝐀𝐧𝐝 𝐌𝐞 | 𝐉𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧 & 𝐉𝐢𝐬𝐨𝐨 [𝟐]
Fanfiction°° ꒰ 𝐄𝐍𝐃 ꒱ °° Jisoo akui gurunya itu tampan, tapi dia juga sangat menyebalkan. ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ© 𝐉𝐀𝐃𝐀𝐒𝐎𝐗𝐗