05

155 40 29
                                    

Doyoung tidak pernah absen menjenguk Jaemin di rumah sakit, terkadang Haechan juga akan ikut dengannya untuk menjenguk Jaemin. Seperti sekarang ini, Haechan memilih shift malam untuk sehari. Dia siangnya akan menemani Jaemin, sebelum besok Jaemin sudah di perbolehkan pulang.

Siang ini Haechan mengajak Jaemin untuk jalan-jalan di taman rumah sakit, sekedar mencari udara segar dan memulihkan tubuh Jaemin. "Terima kasih Echan sudah ajak Nana jalan-jalan."

"Nee, tidak malah Nana, malahan aku senang bisa jalan denganmu." Ujar Haechan. "Bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik?" Tanya Haechan kemudian.

Jaemin mengangguk, "sudah bahkan lebih baik." Jawab Jaemin antusias.

"Syukurlah, semoga kedepannya kau jauh jauh lebih baik." Haechan melanjutkannya dalam hati. Haechan tersenyum dan mengusak puncak kepala Jaemin, si manis terkekeh melihat tingkah Haechan.

"Nanti setelah pulang banyak-banyaklah istirahat nee? Jangan bekerja dulu jika kau masih lemas, pulihkan dulu tubuhmu." Pesan Haechan.

Jaemin terkekeh, "dasar possessive!" Ketusnya.

"Ya! Karena aku menyayangimu." Ucap Haechan berkacak pinggang.

"Iya-iya, i know." Kekeh Jaemin.

Hati Haechan menghangat melihat Jaemin seperti ini, dia lebih suka jika Jaemin memarahinya dari pada melihat Jaemin tidak berdaya seperti hari-hari sebelumnya.

.
.
.

Hari ini Jaemin sudah di bolehkan pulang, Doyoung sedang mengurus administrasi dan Jaemin menunggunya di ruangannya. "Nana kajja," ajak Doyoung.

"Sudah Hyung?" Tanya Jaemin, Doyoung mengangguk.

"Kajja aku antar pulang," ucap Doyoung membawakan tas berisikan pakaian Jaemin.

Keduanya berjalan santai menuju parkiran rumah sakit, selama perjalanan pun hanya keheningan yang menemani mereka. Jaemin yang terdiam dan Doyoung yang fokus pada kemudinya.

Hening melanda mereka beberapa saat, sampai akhirnya...

"Hyung.."

Doyoung bergumam dengan wajah tetap fokus pada jalanan, "kenapa?"

"Hyung bisa potong gajiku untuk bayaran biaya rumah sakit ku,"

Doyoung menggeleng cepat, "tidak, tidak usah aku ikhlas membantumu jadi tidak perlu merasa di repotkan." Ujar Doyoung.

"Tapi--"

"Stttt! Tidak usah di pikirkan."

Jaemin mendesah pelan, Doyoung memang baik tapi dia yakin biaya rumah sakitnya pasti tidak sedikit. Perjalanan kembali hening sampai akhirnya mereka sampai di kediaman Na, Jaemin keluar dan tidak lupa mengucapkan terima kasih pada Doyoung. Setelah mobil Doyoung tidak terlihat Jaemin mulai masuk ke rumah, sebenarnya dia agak takut jika harus pulang.

"Masih ingat rumah rupanya," sindir Dejun.

"Maaf Hyung, a..aku baru keluar dari rumah sakit." Ujar Jaemin meremas ujung Sweater yang dia kenakan.

Dejun berdecak, "alasan! Sudah sana pergi."

Jaemin tersenyum kecut, dia beranjak dan segera menuju kamarnya. Badannya kali ini jauh lebih segar dari biasanya, tapi hatinya tetaplah menyimpan banyak luka. Tidak ada yang tahu bagaimana perasaan Jaemin, tidak ada yang tahu bagaimana kehidupan Jaemin, Hyungnya tidak tahu bagaimana keadaan Jaemin. Mereka semua seolah acuh terhadap Jaemin, yang hanya bisa Jaemin lakukan adalah diam.

.
.
.

Jaemin bergerak gusar di atas kasurnya, matanya tak kunjung tertutup. Malam sudah semakin larut dan kantuk masih belum menyapa Jaemin, badannya berguling-guling ke kanan ke kiri. Rasanya posisi Jaemin sungguh tidak nyaman, rasanya Jaemin ingin berteriak saja. Atau apakah harus mengonsumsi obat-obatan lagi? Jika begitu biarlah Jaemin meminum obat itu lagi.

Hug Me! | Na Jaemin✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang