Pemuda itu kini tengah bergelut dengan wajan, kompor, sepatula dan benda memasak lainnya. Jika pemuda lainnya mungkin masih tidur nyenyak, lain halnya dengan pemuda satu ini.
Dia berencana membuat nasi goreng Kimchi untuk kedua hyungnya, semoga saja hyungnya menyukai masakannya.
Pemuda itu Na Jaemin sudah sekitar satu setengah jam di dapur membuatkan sarapan, akhirnya selesai. Pemuda Na itu menyiapkan makanan di meja makan dan beranjak, dirinya tentu tidak ingin telat pergi ke sekolah.
Lee Haechan teman kerja Na Jaemin memberitahunya cara membuat nasi goreng, dia bilang jika ingin membuat nasi goreng harus menggunakan sisa nasi kemarin agar rasanya lebih enak.
Pemuda Lee itu sudah menjadi teman kerja Jaemin sejak beberapa bulan lalu, jika Jaemin hanya menghindar perlakuan keras lain halnya dengan Haechan. Dia bekerja untuk menghidupi keluarganya. Ibunya bibi Lee dulu pelayan di kediaman Na, namun karena sudah tua dan mengidap kanker hati jadilah bibi Lee berhenti kerja.
Kembali pada Na Jaemin. Sekitar 30 menit berlalu dia sudah rapi dengan seragamnya, di lihatnya kedua hyungnya sedang sarapan dengan tenang. Jaemin mengulas senyum tipis dan menghampiri mereka, baru saja menarik kursi Jaehyun Hyung pertamanya bersuara. "Siapa yang menyuruhmu duduk di sana?" Suaranya begitu datar, tapi Jaemin sudah terbiasa.
"A--aku ingin sarapan dengan kalian Hyung." Jawabnya meremas ujung mantel yang dia pakai, kebetulan ini tahun baru jadi salju mulai turun. Percayalah Jaemin sangat membenci salju.
Na Dejun atau lebih sering di panggil Xiaojun menatap Jaemin tajam, "siapa yang mengajakmu sarapan bersama kami? Pergilah kami tidak Sudi makan bersama pembunuh sepertimu!" Perkataan pedas itu kembali terdengar di Indra pendengaran Jaemin.
Jaemin tersenyum tipis, lupakan saja rasa laparnya. "Hyung.. apakah nasi gorengnya enak? Itu aku yang memasak." Ucapnya lagi masih tidak menyerah.
PRANGGG
Pecahan piring itu menggema, "cih... Apa-apaan kau hah?! Aku kira ini masakan bibi Kim! Tidak sudi aku memakan masakan seorang pembunuh seperti mu!" Lagi Xiaojun mengeluarkan kata pedasnya.
"Aku bukan pembunuh Hyung." Lirih Jaemin meremas mantel yang dia kenakan.
"Omong kosong macam apa ini Jaemin! Sudahlah Xiaojun ayo kita berangkat." Ujar Jaehyun melenggang pergi dari sana.
Jaemin menghampiri nasi goreng yang sudah tumpah di lantai mengenaskan, perlahan tapi pasti. Dia mengumpulkan nasi itu, satu sendok dia suapkan ke dalam mulutnya sendiri. "Mphmmm... Ini sangat enak Jaemin."
Untuk kedua kalinya dia menyuapkan nasi pada mulutnya sendiri, "aku sangat menyukai ini, kau pandai memasak ternyata."
Gumaman Jaemin terdengar oleh Nanni-nya. Bibi kang tak kuasa menahan air matanya, sungguh dunia ini sangat kejam bagi si manis Na Jaemin.
Di suapan ke tiga, "Masakanmu enak, aku ingin lagi nanti nee?" Gumamnya sembari memegangi perutnya yang terasa sakit.
Tanpa sadar setetes cairan bening keluar dari pelupuk matanya, dia cepat-cepat membereskan nasi dan pecahan piring itu dari pada harus terlambat datang ke sekolah.
"Bibi kang, aku berangkat dulu." Pamit Jaemin.
"Ah iya tuan, apa kau sudah sarapan? Aku tidak melihatmu sarapan tuan."
"Aku sudah kenyang bibi, kalo gitu aku berangkat." Alibinya dan beranjak pergi dari kediaman Na menuju sekolah.
*Neo High School
Neo high School tentu bukan sekolah biasa, di sana murid-muridnya terdiri dari kalangan bangsawan, anak pejabat dan orang-orang penting. Jaemin sendiri masuk ke sana lewat jalur beasiswa, kepintarannya membuatnya dengan mudah masuk ke Neo high school.
Seperti saat ini, baru saja memasuki halaman utama Neo semua murid sudah menatapnya tajam. Jaemin menunduk, dia malu sungguh malu.
"Apakah dia tidak punya malu? Setelah nyonya Na meninggal karena dia, dan Tuan Na meninggal karenanya dia masih bisa menginjakkan kaki di sini?"
"Jika aku menjadi dirinya, aku mungkin sudah diam di rumah mengunci diri. Aku sangat malu untuk itu."
"Cih pembunuh itu masih berani menapakkan kaki di sini."
"Aku tidak habis pikir dengannya, apakah urat malunya sudah putus?"
Begitulah.
Pembunuh
Ibu sendiri di bunuh
Untuk apa kau hadir jika ibumu tiada
Kau hanya ketidak sengajaan
Kau hadir karena kesalah
Aku membencimu
Karena kau Eomma meninggal
Kenapa kau harus hadir
ARGHH!!!
Kepala Jaemin rasanya akan meledak, dia pusing, kepalanya sakit, tapi jika di bandingkan hatinya lebih sakit.
Puk
Satu bola salju mengenai kepalanya, sungguh kepalanya sudah benar-benar pusing.
Puk
Puk
Puk
Puk
Di ikuti puluhan bola salju mengenainya, pandangannya sudah memburam dia melihat ke bawah. Di hadapan kakinya, salju ternodai dengan noda merah. Ah... Jaemin mimisan lagi. Tubuhnya sudah benar-benar lemas, dia ambruk jatuh di atas salju dengan darah terus mengalir dari hidungnya.
Dia menatap sekitar, ada Jeno di sana. Namun dia hanya diam tidak bergeming di tempat, Jaemin mengulurkan tangannya berharap Jeno mengerti maksud dirinya. Tapi apa yang di dapat, pemuda Lee itu hanya diam memandang Jaemin dengan wajah datarnya.
Sekarang apa lagi?
Keluarganya
Hyungnya
Sahabatnya
Mereka semua pergi, tidak ada yang percaya pada Jaemin lagi. Mereka pasti malu punya teman seperti Jaemin, membunuh Eommani. Kehadirannya sebuah kesalahan besar, jika dia bisa memilih dia tidak ingin hadir di dunia ini.
Aku persembahkan padamu
Hug Me!Di mana seorang pemuda berusia 17 tahun yang tidak pernah merasakan pelukan hangat, pelukan dari seorang kakak, kasih sayang orang tua.
Baginya keluarga kata yang begitu asing.
Orang bilang keluarga adalah rumah untuk pulang, namun itu tidak berarti bagi Na Jaemin.
Rumah, apa itu?
Baginya rumah adalah neraka yang siap menghancurkannya secara perlahan, menusukkan pedang di dada kirinya dan membunuhnya secara perlahan.Hug Me!
Peluk aku!Peluk aku sekali saja, aku ingin merasakan bagaimana rasanya.
-TBC
Woahh~~
Gimana guys? Prolognya aja dulu wkwk...
Semoga aja kalian suka sama ceritanya, aku gak tau ini sesuai sama ekspetasi kalian atau engga.. tapi aku bakalan berusaha supaya ceritanya seru dan bisa mengandung bawang.Follow IG aku juga
@hellofuture53See you!!
And
Babay!!Kamis, 1 Juli 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Hug Me! | Na Jaemin✓
Fiksi Umum[Completed: Follow dulu sebelum baca!] . . Jika Jaemin dapat memilih alur hidupnya maka dia akan memilih untuk tidak hadir di dunia. Bahkan orang lain tidak pernah tau bagaimana lelahnya Na Jaemin hidup sendiri di antara keluarganya. Hanya untuk men...