06

158 33 3
                                    

PLAKK

"Argh... Sa..sakit Hyung Hiks.."

Jaehyun menggeram, "sialan! Kau kemana kan kotak kecil itu sialan!" Sentak Jaehyun.

Jaemin meringis, dia tidak tahu menahu soal kotak kecil berwarna hitam itu. "KAU TAU? ITU PEMBERIAN EOMMANI DAN ABEOJI, AKU BAHKAN BEKUM SEMPAT MEMBUKANYA. DASAR KAU SIALAN!"

PLAKK

Jaehyun melepas ikat pinggang yang dia kenakan, tangannya mulai mengambang ke udara dan...

Ctarrr

"Arghhh... H..Hyung sakit." Lirih Jaemin.

Dengan tidak berperasaannya Jaehyun menyeret Jaemin menuju kamar mandi belakang di lantai satu, tangannya menarik kerah baju Jaemin dan melemparnya ke dalam kamar mandi. Kedua tangannya mengangkat tubuh Jaemin dan memasukkannya ke dalam bath up, Jaehyun mulai menyalan shower dengan air yang begitu dinginnya.

Tubuh Jaemin sudah basah kuyup dan terasa ngilu di sekujur tubuhnya, banyak bekas luka yang terkena air. Tubuh ringkihnya menggigil hebat, di luar turun salju dan Jaehyun dengan teganya memperlakukan Jaemin seperti ini.

"H..Hyung i..ini dingin." Lirih Jaemin, wajahnya sudah pucat pasi. Dia sudah tidak kuat. Bahkan air dalam bath up itu mulai bercampur dengan darahnya Jaemin, iya Jaemin mimisan.

"Bahkan itu tidak seberapa dengan kotak peninggalan eommani Jaemin," lirih Jaehyun menunduk. Seberharga itukah kotak tersebut bagi Jaehyun?

Hati Jaemin sakit, di mata Jaehyun dia hanya orang asing yang menumpang di kediaman Na. Bahkan Jaehyun lebih memilih kotak tersebut dari pada Jaemin, isakan kecil mulai terdengar. Jaemin menangis di bawah guyuran shower, dunianya bahkan sudah hancur karena perlakuan Jaehyun.

"Lihatlah, bahkan Jae Hyung lebih memilih kotak itu dari pada Nana. Eommani dan Abeoji tolong bawa Nana pergi dari sini."

Jaehyun menatap Jaemin dengan pandangan kilatnya, dia beranjak dan mengunci pintu kamar mandi dari luar. Jaemin kembali menitikan air matanya di bawah guyuran air yang cukup deras, dia sudah tidak memikirkan rasa ngilu dan dinginnya.

Jaemin menenggelamkan tubuhnya di dalam bath up, bahkan Bath up itu sudah penuh dengan air. Jaemin tidak peduli, dia tidak berniat mematikan air itu. Biarlah Jaemin menenangkan dirinya untuk sesaat.

.
.
.

Dejun bingung, dia sangat bingung. Sedari pagi Dejun tidak melihat Jaemin dan Jaehyun, dia tidak khawatir pada Jaemin tapi dia khawatir pada Jae hyungnya. Dejun sudah mencari Jaehyun ke kamarnya tapi Jaehyun tidak ada di sana, di ruang kerjanya pun dia tidak ada. Ingin menanyakan pada Jaemin tapi dia malas mencari anak itu, toh Jaemin hilang pun bukan urusannya.

"Bibi kang, apa bibi lihat Jae Hyung?" Tanya Dejun.

"Ah tidak tuan, bahkan tuan muda juga tidak terlihat sejak pagi." Ujar bibi kang.

Dejun mendelik, "tapi aku tidak menanyakan keberadaan Jaemin." Ujarnya datar lalu melenggang pergi.

Berkali-kali Dejun menelfon Jaehyun namun tidak ada jawaban, handphonenya sama sekali tidak aktif. Entah apa yang di lakukan hyungnya itu, Dejun benar-benar khawatir sekarang.

"Aishh kemana anak itu, bahkan batang hidungnya pun tidak terlihat." Gerutu Dejun, dia membanting pintu kamar karena tak kunjung menemukan Jae hyungnya.

.
.
.

"Aku terkadang merasa kasihan pada Tuan muda Jaemin," ucap bibi Kim.

"Ah kau benar, dan seharian ini aku tidak melihat Tuan muda Jaemin." Sahut bibi kang.

Hug Me! | Na Jaemin✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang