03

187 45 34
                                    

Tengah malam Jaemin tertegun, sedari tadi dia masih belum bisa menutup matanya untuk tidur dengan nyenyak. Mau minum obat tidur tapi dirinya tengah malas, entahlah itu hanya malas biasanya nanti akan hilang rasa malas itu. Kepalanya menoleh ke jam weker yang dia letakkan di samping nakas tempat tidurnya, jam menunjukan pukul 23.45 PM KST. Tapi kantuk belum menyapa Jaemin.

Kembali berguling-guling di kasur single bad-nya, rasanya sangat malas untuk menghadapi hari esok. Besok itu hari Minggu dan sekolah libur, itu artinya Jaemin bisa bekerja seharian. Menghabiskan waktu di tempat kerja sangat menyenangkan bagi Jaemin, namun mood-nya akan memburuk jika ada tamu datang dengan keluarga.

Kembali pada Jaemin, dia kembali meminum obat pengantar tidur. Tentu dia tidak ingin besok terlambat bekerja, meski Doyoung baik padanya tapi bukan berarti Jaemin bisa bertingkah seenaknya. Tentu dia juga tau apa itu tatakrama.

***

"H--hyung tidak kerja?" Tanya Jaemin memberanikan diri, dia melihat Jaehyun yang masih memakai pakaian santainya.

"Kau buta? Apa aku terlihat akan bekerja?" Ketus Jaehyun tanpa mengalihkan tatapannya dari benda pipih bermotif apel bekas di gigit.

"A--aku--" perkataan Jaemin terpotong oleh suara Dejun.

"Hyung aku berangkat dulu," pamitnya.

"Ah baiklah, hati-hati di jalan Dejun-ah jangan bawa mobil ngebut." Pesan Jaehyun, nada bicaranya sangat jauh beda ketika dia bicara dengan Jaemin dan Dejun.
Jika bicara dengan Dejun, Jaehyun penuh kelembutan. Namun jika dengan Jaemin, nadanya akan datar dan ketus serta hanya menanggapinya acuh tanpa basa-basi atau apapun itu.

"Hyung, aku berangkat dulu." Pamit Jaemin dengan senyum manisnya, Jaehyun melirik Jaemin sekilas dan kembali fokus pada layar tv. Jaemin tersenyum miris, dia masih diam di tempat menunggu balasan dari Jaehyun atau hanya mengucapkan 'hati-hati di jalan' itu saja sudah cukup untuk Jaemin.

Merasa Jaemin masih diam di tempat, Jaehyun menatapnya heran. "Kenapa masih di situ? Jangan jadi anak manja." Ketus Jaehyun.

Jaemin bergumam, "ya sudah Hyung, aku berangkat." Jaemin membungkuk dan beranjak dari ruang keluarga.

Percayalah, Jaemin selalu berharap suatu saat Jaehyun dan Dejun akan menganggapnya ada. Ada sebagai seorang adik yang akan di perhatikan oleh kedua hyungnya, menemaninya saat belajar dan mendukungnya saat nanti menghadapi ujian. Bukan ada seperti sekarang ini, ada namun tak di anggap. Bagaikan orang asing yang masuk ke kehidupannya, di anggap hanya benalu atau hal lainnya. Jaemin tidak ingin seperti itu.

Di halte, Jaemin melihat Jeno dan

Renjun.

"Jeno, bukan kah itu laki-laki kemarin yang di cafe?" Tanya Renjun menunjukan Jaemin yang berjalan ke arah mereka.

"Ah kau benar, namanya Jaemin. Orang yang sering aku ceritakan dan-- ah busnya sudah sampai, kajja." Jeno langsung menarik Renjun, Renjun hanya menuruti apa yang Jeno lakukan. Tidak lama Jaemin masuk dan duduk di kursi berseberangan dengan Jeno dan Renjun.

"Jaemin."

Jaemin menoleh, ah ternyata Renjun yang memanggilnya. "Nee, wae?" Tanya Jaemin sopan dengan suara lembutnya.

"Kau selalu berangkat sendiri?" Tanya Renjun, karena kursi yang di duduki Jaemin kosong Renjun pun beralih dan duduk di sebelah Jaemin. Jeno hanya diam membiarkan, ingin sekali dia menyapa Jaemin, tapi... Entahlah dia tidak berani.

"Eh?"

Renjun tersenyum, "bolehkan aku duduk di sebelahmu?" Tanya Renjun, takut-takut Jaemin tidak suka dengan kehadirannya.

Hug Me! | Na Jaemin✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang