SAD BOY

6 0 0
                                    

"BAY LAU"

Laura tersenyum seraya melambaikan tangannya kepada sisil yang baru saja mengantarnya pulang.
"bay"

Setelah melihat mobil milik sisil sudah semakin jauh ia pun berbalik mulai memasuki rumahnya

Ckelek

"assalamualikum"

"yaampun ura kok baru pulang sih kamu kemana aja.  Bunda hawatir tau,  dari tadi bunda telponin tapi ga di angkat angkat"semburan pertanyaan langsung ia dapat dari sang bunda tercinta ketika masuk kedalam rumah

"bunda ura abis ke rumah sakit tadi sebentar"

Terlihat hana menatap anaknya itu dengan tampang bingung
"ke rumah sakit?  Ngapain? "

Laura menatap bundanya dengan mata sendu entah kenapa ia merasakan sedih ketika si cowok petakilan yang selama ini mengejar ngejarnya tengah kritis di rumah sakit
"abin kecelakaan bunda"

Hana langsung melotot terkejut mendengar ucapan putrinya ia menutup mulutnya tak percaya

"serius?"

Laura menganggukkan kepalanya

"kok bisa?  Terus sekarang gimana keadaannya?"tanya hana panik

Laura menggeleng
"tadi kata dokter keadaannya kritis bunda"

Lagi lagi hana terkejut mendengarnya
"astaga, kok bisa sih"ucap hana yang masih tak menyangka.

"yaudah bunda ura mau ke kamar dulu"

"eh iya iya. Jangan lupa mandi terus ganti baju ya"

"iya"

Laura langsung melangkahkan kaki nya menuju kamarnya. Ia membuka pintu kamarnya lalu segera masuk kedalam dan menghempaskan tasnya di atas kasur dengan pelan.  Ia pun ikut mendudukkan bokongnya di atas kasur empuknya dan menatap kosong kedepan

"gue jadi sedih. Sikap ngeselin dia yang selalu berusaha buat dapetin cinta dari gua. Orang yang selalu mengganggu ketenangan hidup gua. Dimana bikin kepala gue pusing karna ulah konyolnya.  Hari ini dia terbaring di rumah sakit dengan keadaan keritis."

Laura memejamkan matanya pelan lalu membukanya kembali
"gue harap lu cepat sadar bin. Dan kembali menjadi abin yang konyol."

*****

"hiks hikss hiksss huwaaa"

"leon!  Genta! berhenti nangis pusing gue liat nya! Emang setan banget lo bedua. Lagian jadi cowok alay amat! "maki jodi kesal. Sedari tadi kepalanya sudah nyut nyuttan di tambah dengan tangisan dua manusia jadi jadian ini dimana membuat kepalanya seperti terhantam balok besi.

"lo ga ngerti sama perasaan gue jod hiks gue itu sedih melihat sahabat tercinta gue terbaring di rumah sakit dengan keadaan mengenaskan. hiks hiks hikss.  Gue ini manusia jod yang bisa menangis. Gue ini masih memiliki hati dan perasaan.  Gue ini manusia yang bisa merasakan kesedihan."ujar genta dengan sesegukkan

Geo memberikan selembar tisu kepada genta
"buang dulu ingus lo. Enek gue liat nya. Dari tadi meler di sedot ulang meler di sedot. Mending di buang"sahutnya kesal

Genta menatap geo sejenak lalu menerima tisu yang di berikan geo kepadanya
"thanks sobat sringggg"

Yang lain mengelus dada melihatnya

"gen, yon. gue tau, gue juga sedih. tapi gue ga mau di liat semua orang. Cukup gue diam. Dan doa.  Semoga tuhan ngasih yang terbaik buat sahabat kita. Nangis ga ada guna jok. Dari pada nangis mending kita berdoa. Supaya abin bisa ngelewatin masa kritisnya"sanggah jodi dengan tampang seriusnya

Fadil menepuk nepuk pelan pundak jodi
"yang di bilang jodi bener mending kita semua berdoa supaya abin bisa melewati masa keritisnya

Sontak kelima cowok diruangan itu mengangguk dan mengangkat kedua tangan mereka ke hadapan wajah. Mulai berdoa untuk sahabat tercinta mereka

Setelah selesai berdoa kelima nya kembali menatap seseorang yang tengah terbaring di dalam ruangan. Dengan banyak alat yang menempel di tubuhnya. Kelima cowok itu hanya bisa memandang sahabatnya lewat kaca di pintu ruangan rawat abin tersebut

Di dalam sana ada diana yang tengah menangis seraya memandangi wajah anaknya. Dokter tidak mengizinkan mereka untuk melihat pasien beramai ramai. Hanya satu orang yang boleh masuk kedalam.  Dan jika ingin melihat pun mereka harus bergantian

Tak lama bimo dan juga anaknya yang tak lain adalah dion datang menghampiri kelima cowok tersebut.  Bimo baru saja mengantar anak imutnya ini pergi ke toilet untuk buang air kecil

Leon yang melihat kedatangan keduanya pun langsung berdiri dan mengambil alih dion dari gendongan ayahnya. Sebelumnya ia sempat menghapus dulu sisa sisa air matanya yang sedari tadi keluar. Ia tidak mau di pandang cengeng oleh bocah kecil ini.

"udah selesai broh buang hajatnya"tanya leon dengan senyumannya

Dion menganggukkan kepalanya

"bang lele abis nangis"

Leon sontak terkejut lalu menormalkan kembali mimik wajahnya
"wah gila.  Ya engga lah. yakali cowok seganteng gue nangis"

"kalo nangis juga ga papa kok bang. Dion juga tadi nangis. Abang nangis kalna liat bang abin sakit kan?"

Leon menatap dion dengan tatapan sendu.  Ia jadi ingin menangis lagi rasanya

"gapapa bang, dion ga akan ejek kok. Dion juga cengeng sama kaya bang lele.  Kata papa ga semua orang nangis itu cengeng. Yakan pa"ujar djon

Bimo tersenyum seraya menganggukkan kepalanya

Leon langsung mengecup gemas pipi gembul itu

"kalian berlima lebih baik pulang dulu. Sedari tadi kalian tidak pulang pulang. Lebih baik kalian mengganti dulu pakaian kalian. Besok kalian bisa kesini lagi"ujar bimo

"ga ah om kita mau disini aja temenin abin"ujar fadil dimana langsung mendapat anggukkan mantap dari yang lain

Bimo menghembuskan nafasnya pelan. Ada rasa senang juga ketika mengetahui bahwa sahabat sahabat anaknya ini. Sangat sangat perduli satu sama lain.

"ada saya ada mama nya abin juga yang akan jaga abin disini. Kalian tidak perlu hawatir. Lebih baik kalian pulang saja.  Besok bisa kembali kesini lagi"tegas bimo lagi

Sontak kelima cowok itu terlihat menghela nafas dan mengangguk
"yaudah om kita titip abin ya.  Kalo ada apa apa langsung hubungin aja"ujar geo

Bimo mengangguk

"dion sini sama papa bang lele mau pulang"

Dion pun mengangguk lalu beralih di gendong oleh sang papa kembali

"yon abang pulang. Jagain bang abin oke"ujar leon

Dion menganggukkan kepalanya seraya mengacungkan jempol nya

Fadil yang melihat mengacak gemas surai dion

Lalu melenggang pergi di ikuti leon, jodi genta dan geo di belakangnya

ABINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang