Stuck By You (2)

7.7K 779 55
                                    

Yuhuuu...
Belom open PO, belooommm....
Siapin uangnya aja dulu.
Insyaallah kalau aku rajin, akhir bulan Juli udah open PO
*****

Vote dan komen donk, Sayang.
Sedih bgt ini, Al-Ay vote n komennya dikit kali 😭😭😭
****


"Eummhh," lenguh Ayu kala sesapan Albert pada bibirnya semakin kuat. Bibirnya terbuka, dan lidah Albert menerobos masuk untuk mencicipi lebih dalam. Pria itu bahkan memutar tubuh mereka lalu mengangkat tubuh mungil Ayu ke atas meja kerjanya. Tubuhnya diposisikan di antara kedua kaki Ayu yang dia paksa terbuka untuknya.

Dengan liar Albert melumat bibir Ayu gemas. Membuat Ayu terengah. Dia memukul bahu Albert dua kali kala nafasnya sudah terasa pendek. Untung saja pria itu mengerti dan segera melepas kulumannya.

Buru-buru Ayu mengambil nafas. Gila! Albert hampir saja membuatnya kehabisan nafas.

"Maaf." Albert membelai bibir Ayu yang terlihat merah, bengkak dan basah karena ulahnya. "Aku selalu nggak bisa mengendalikan diriku jika berada dekatmu, Ay," akunya jujur.

"Ka... kalau begitu, mulai sekarang kita harus berjauhan dulu. At least, sampai aku resmi jadi istrimu," balas Ayu sedikit tergagap. Masalahnya, tubuh Albert masih menghimpit tubuhnya. Kedua tangannya masih berada di antara tubuhnya, di pinggiran meja.

"Hmm, nggak ketemu kamu selama satu minggu begitu?" Tanya Albert dengan satu alis terangkat.

Ayu mengangguk pasti.

"No! No! No!" Segera saja Albert menggeleng. Menolak mentah-mentah apa yang Ayu utarakan.

"Kenapa?" Tanya Ayu dengan begitu polos.

"Aku nggak ketemu kamu beberapa jam saja sudah sebegini gila, aku kangen, Ay!" Wajah Albert terlihat menggemaskan. "Lalu, sekarang kamu mau kita nggak bertemu selama satu minggu? Kamu mau bikin aku sekarat, Sayang?"

Wajah Ayu merona kala sekali lagi dia mendengar Albert memanggilnya sayang. Sial! Kenapa panggilan menggelikan seperti itu malah membuat hatinya berbunga-bunga?

"Kamu jangan lebay ah!" balas Ayu seraya memukul pelan bahu Albert. "Kamu kan dokter, mana pernah coba kamu nemuin pasien yang sekarat karena nggak ketemu calon istrinya selama seminggu?"

"Ada!" Albert bersikukuh.

"Nggak ada!" balas Ayu sama keras.

"Ada! Aku nanti yang jadi pasien pertama," katanya lagi.

Seketika membuat Ayu tertawa. Disusul Albert yang juga tertawa.

Ah, rasanya begitu bahagia tertawa dengan orang yang kita cinta," batin Albert seraya terus memandangi wajah cantik wanita yang ia akan miliki selamanya sebentar lagi.

"Ngomong-ngomong, kepala kamu masih pusing? Tadi di kantin sudah makan belum?" Tanya Albert seraya menuntun tubuh Ayu untuk turun dari meja.

"Kepalaku masih pusing sedikit, " jawabnya. "Aku belum makan, baru saja duduk di kantin terus kamu tahu-tahu datang dan bikin heboh," lanjutnya lagi.

Albert terkekeh mendengarnya.

"Ya sudah. Ayo, makan!" Ujarnya seraya membuka bungkusan bubur ala Chinese yang dipesannya spesial untuk Ayu. Dia tahu dari Gendis—adik perempuan Ayu kalau bubur ala Chinese adalah salah satu makanan yang disukai kakaknya ini.

"Biar aku sendiri saja," tolak Ayu kala Albert ingin menyuapinya.

"Bisa sendiri?" Tanya Albert, ragu.

Tentang Kisah Kita Vol.1 (Kumpulan Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang