If I Could (Part 2)

5.1K 822 132
                                    

Karya ini hanya saya publish
di aplikasi Wattpad.
Jika kalian membaca "Tentang Kisah Kita (If I Could)
Karya Adellelia pada aplikasi selain Wattpad, berarti kalian membaca karya bajakan.
*****

At the same time,
I wanna hug you
I wanna wrap my hands
around your neck
You're an asshole but I love you
And you make me so mad,
I ask myself
Why I'm still here, or where could I go
You're the only love, I've ever known
But I hate you, I really hate you
~ True Love - Pink ~
****

Putri

"Selamat siang, bu Putri," sapa seorang laki-laki yang kuingat datang bersama Pratama saat berkunjung ke kantorku kemarin.

"Saya Erick-assistant Pak Tama." Dia memperkenalkan diri. Aku mengangguk seraya tersenyum membalasnya.

Ya, saat ini aku sudah berada di kantor Pratama. Mau tak mau, walau enggan, memangnya apa yang dapat dilakukan oleh kacung korporasi seperti aku selain menjalankan perintah atasan?

"Silahkan, bu. Pak Tama sudah menunggu ibu di dalam ruangan," katanya.

Aku kembali mengangguk. Mengikutinya yang membimbingku berjalan ke arah sebuah ruang besar dengan pintu jati besar di hadapanku.

"Oh ya, bu Putri mau minum apa? Jus? Teh? Kopi? Saya siapkan terlebih dahulu," tawarnya.

Aku menggeleng.

"Air putih saja, boleh. Jangan dingin ya," mintaku.

Erick mengangguk.

"Baik. Saya siapkan," balasnya. "Silahkan, Bu. Pak Pratama sudah di dalam," katanya lagi setelah membuka pintu ruangan Pratama. Membiarkanku masuk ke dalamnya.

Aku mengambil nafas panjang. Mempersiapkan hatiku untuk kembali bertemu dengannya. Ku lirik pintu di belakangku yang ditutup oleh Erick dari luar sana. Well, at least... pintu itu tidak dikunci 'kan? Aku dapat melarikan diri jika Pratama melakukan hal yang tidak-tidak kepadaku nanti.

Even I hope, that'll never happen!

Pratama, dia tak akan melakukan hal jahat kepadaku 'kan?

Kembali aku menelan saliva yang mengumpul didalam tenggorokanku. Di hadapanku, Pratama duduk di kursi kebesarannya dengan gaya yang begitu angkuh. Tatapannya tajam. Memerhatikan diriku dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Ah, sial! Jantungku berdegup begitu cepat saat ini. Ya Tuhan, aku begitu gugup berada berdua bersamanya di dalam satu ruangan lagi.

"Selamat siang, Putri Rahardja," sapanya dengan seringai mengerikan yang membuat tubuhku bergidik ngeri. "Oh, atau mungkin Putri Goutama?" sindirnya.

Aku tersenyum tipis.

"Silahkan duduk." Dia menunjuk sofa tamu yang berada di dalam ruangannya dan aku mengangguk. Segera memposisikan tubuhku pada sofa panjang berwarna hitam itu.

Pratama bangkit dari duduknya. Mulai melangkahkan kakinya mendekat.

Tap.

Tentang Kisah Kita Vol.1 (Kumpulan Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang