Stuck With You (2)

9.2K 1.2K 134
                                    

Yuhuu... aku kembali menemani kalian memakan BTS meal-nya Mcd
Wkwkwkw....

Vote dan komen jangan lupa, gaess!
****

"Besok pagi jam tujuh, Ayu eike jemput ya!" Suara cempreng nan tegas Romi memecah ketegangan yang terjadi antara Albert dan Ayu.

Entah pria gemulai ini benar tak sadar atau mungkin tak mau tahu dengan suasana canggung yang terjadi. Toh, Albert adalah salah satu client kelas Paus yang tak mungkin dia kecewakan. Mau bagaimanapun, dia harus tutup mata. Yang penting bisnis lendirnya berjalan lancar.

"Sebelum jam tujuh harus udah selesai ya, bosque! Waktu bosque sama nih pere cuma delapan jam, oke!" Ingat Romi kepada Albert yang masih lekat menatap wanita di hadapannya yang saat ini terlihat pucat pasi.

"Kalau gue mau lebih bagaimana?" Perkataan tak terduga Albert membuat wajah Ayu semakin panik. Dia berusaha memberikan kode kepada Romi untuk menolak permintaan Albert. But well, siapa yang dapat menolak dompet tebal keluarga Marciano? Tentu bukan Romi si mucikari.

"Duh duh duh, bosque! Padahal belum naik naik ke puncak gunung tapi sudah minta nambah. Ya ampun, eike jadi bangga sama anak eike yang satu ini, hihihi...." Dia tertawa centil seraya memeluk-meluk tubuh mungil wanita disampingnya.

Hanya seringai mengerikan yang dapat Ayu lihat dari wajah menyebalkan Albert. Sementara Romi, jangan ditanya, dia sungguh sukarela akan memberikan Albert penawaran tertinggi.

"Kak Romi, aku besok kerja jam sepuluh," bisik Ayu saat Romi memeluknya.

Romi terlihat mengerutkan keningnya.

"Ya ampun, Ay! Lo bolos sehari nggak apa kali. Bayaran lo nemenin ini lekong lebih banyak daripada gaji lo sebulan kerja di tempat kerja lo sekarang!" Bisiknya setengah berseru.

"Ck! Tapi, Kak—"

"Jadi gimana?" Albert sekali lagi menginterupsi. Membuat kedua manusia di hadapannya yang sedang bersitegang menoleh ke arahnya.

"Bisa kan kalau besok gue mau nambah jam?" Tekannya kepada Romi dengan nada mengintimidasi.

"Boleh! Boleh!" Langsung saja Romi mengangguk antusias. Tak memedulikan Ayu yang keberatan dengan keputusannya. "Nanti eike kabari tarifnya by chatt ya!" Ucapnya. Lalu mulai mengayunkan kakinya mengarah ke arah pintu kamar. Tapi baru satu langkah, dia berbalik lalu kembali menatap Albert dengan tatapan serius.

"Nggak boleh main kasar ya, bosque!" Katanya. "Nggak boleh BDSM. Pere eike masih lugu-lugunya ini, oke!" Ingatnya lagi dengan tatapan sok galak yang terlihat menggelikan di mata Albert.

"Ck! Nggak! Lo tenang saja! Sana cepetan, pergi!" Balas Albert kesal seraya mengusir pria gemulai itu.

"Iya! Eike pergi! Nggak sabaran banget sih!" Dengkus Romi. Walau begitu, pria itu segera melangkah menuju pintu keluar. Lalu sedetik kemudian, hanya ada Albert dan Ayu di dalam ruangan itu.

Ayu menggigit bibir bagian bawahnya  kala Albert menatapnya dengan tatapan menilai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Walau kakinya terasa kaku, tapi untungnya, kedua kedua tangannya masih dapat digerakkan. Dia menarik turun tepian gaun mininya ke bawah. Setidaknya berusaha agar gaun yang dikenakan dapat menutupi kedua pahanya yang terpampang bebas untuk pria di hadapannya.

"Ngapain kamu narik baju kamu begitu? Malu?" Ejek Albert. "Ngapain malu? Sebentar lagi kamu bahkan nggak akan pakai apa-apa di hadapan saya ... Suster Ayu." Senyum miring menghiasi wajah Albert.

Sial! Rasanya Ayu ingin memaki saat ini.

"Saya nggak nyangka, ternyata Dokter Albert yang terhormat senang main dengan perempuan panggilan ya?" Sindir Ayu begitu berani.

Ucapannya memang terdengar ketus. Tapi hanya dirinya dan Tuhan yang tahu bagaimana malu, gugup dan ketakutan dirinya saat ini.

Ya Tuhan! Pria menyebalkan di hadapanku, yang siang tadi menghinaku, malah sebentar lagi yang akan merenggut mahkotaku  paling berharga. Yang benar saja? Gerutunya dalam hati.

"Kenapa memangnya?" Albert mengedikkan kedua bahunya santai. Dia meletakkan gelas wine yang di tangannya di atas meja. "Saya laki-laki normal, Suster Ayu," ucapnya seraya melangkahkan kakinya mendekati Ayu. Sorot matanya mengancam. Seperti seorang predator yang sedang memindai buruannya. Membuat jantung Ayu semakin berdebar tak karuan. Dia ketakutan.

"Ngomong-ngomong, saya juga nggak nyangka. Ternyata kamu mengambil jalan pintas seperti ini." Sekali lagi tatapan Albert terlihat meremehkan. "Kamu menjual asetmu yang paling berharga demi uang," sindirnya lagi.

"Tolong jangan menghakimi saya, Dok!" Ayu tak mau kalah. "Dokter Albert tahu jika saya melakukan ini karena nggak punya pilihan!" Dia membela diri. "Saya nggak mungkin ada di sini, kalau Dokter mau menolong saya dan meminjamkan saya uang siang tadi!"

"Well, I'm sorry for everything I did," balas Albert.

Lalu dia terkekeh. Membuat sang wanita menatapnya heran.

"Dokter kenapa ketawa?" Tanyanya tak suka.

Menghela nafas, Albert menghempaskan tubuhnya di sofa panjang di dekatnya. Dia lalu menatap Ayu yang masih berdiri di posisinya sedari awal dia masuk ke dalam kamar.

"Just because, saya rasa ... takdir yang digariskan untuk kita begitu unik," jawabnya. "Siapa sangka sebentar lagi saya akan meniduri wanita yang membuat saya kesal siang tadi," ucapnya jujur.

"Saya juga nggak nyangka, kalau laki-laki yang akan mengambil milik saya yang paling berharga, adalah dokter menyebalkan yang membuat saya terjerumus ke jalan kotor ini," balas Ayu tanpa tendeng aling-aling.

Albert kembali terkekeh hingga akhirnya mereka berdua bertatapan.

Dan saat atmosfer kamar semakin terasa panas dan tatapan yang ditujukan Albert kepada Ayu semakin menggelap. Saat itulah wanita itu sadar. Inilah saatnya saat sosok pria di hadapannya ini akan berperan sebagai seorang pembeli yang meminta haknya atas sesuatu yang sudah ia jual.


Tubuhnya.

Jadi, saat Albert memintanya untuk mendekat lalu naik ke atas pangkuannya. Yang dapat dirinya lakukan hanya menurut, dan pasrah. Mau bagaimana lagi? Dia tak dapat menolak ataupun mundur lagi atas keputusan yang sudah dia ambil, bukan?

BERSAMBUNG

****

9 Juni 2021

Wadidaw.... Kesal ya?? Tau-tau di cut? 😛😛😛

Gimana? Mau tahu nggak kira-kira next part segelnya Ayu berhasil dilepas si dokter lucnut eh dokter Albert atau mereka cuma ngobrol aja semaleman? 😌😌

Yuk, kasih aku 500 votes dan 100 comments

See you, when I see you, gaess!

Love, Adellelia
Follow me on IG Adellelia.novel



Tentang Kisah Kita Vol.1 (Kumpulan Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang