Stuck by You (6)

5.6K 667 41
                                    

Selamat hari Jumat.
Albert - Ayu datang lagiii
Vote dan Komen yang banyak ya 😘
*****

I will fight
I will fight for you
I always do, until my heart
Is black and blue
And I will stay
I will stay with you
We'll make it to the other side
Like lovers do
Don't Give up on Me - Andy Grammer
****

Dari dinding kaca ruang ICU, Ayu menatap sosok Albert yang tergolek lemah di atas ranjang rawat. Sosok yang sebelumnya terlihat begitu gagah itu masih tak sadarkan diri. Kedua matanya masih tertutup dengan banyaknya alat bantu yang terpasang ditubuhnya.

Kembali Ayu terisak. Air mata yang meleleh dari kedua matanya tak jua kering meratapi nasib sang pujaan hati yang nyawanya hampir saja direnggut dari muka bumi.

Untung saja, untung saja mobil keluaran Eropa yang dikendarainya sedikit mampu melindungi tubuh Albert dari kecelakaan maut yang menimpanya. Walau, memang belum ada kepastian mengenai kesembuhannya. Tapi setidaknya dokter mengatakan bahwa pria itu telah melewati masa kritis.

Kini, dirinya dan juga keluarga Marciano hanya mampu berdoa dan menunggu mukjizat Tuhan. Semoga ada keajaiban dimana sosok pria yang mereka cinta itu akan siuman. Berharap pria itu akan membuka kedua matanya dan kembali bersama mereka.

"Ayu," Aletta Marciano menyentuh lembut punggung calon menantu wanitanya itu.

Ayu berpaling, menatap Aletta dengan tatapan sendu. "Iya, Ma," jawabnya pelan.

"Duduk, Nak," perintahnya lembut. "Ayo, istirahat dulu di ruang tunggu," ajaknya lagi.

Ayu menggeleng lemah.

"Ayu mau di sini, Ma," ucapnya. "Ayu mau ada di dekat Albert saat Albert membuka mata nanti," katanya lagi.

Aletta menghembuskan nafasnya pelan.

"Iya. Mama tahu, Ayu! Kamu mau ada di dekat Albert." Kali ini jemarinya mengusap kepala Ayu penuh sayang. "Tapi, kamu juga harus jaga kesehatan kamu, Nak. Kamu harus istirahat. Sudah hampir tiga jam kamu berdiri di sini sambil menangisi anak Mama. Sudah, jangan begini, Nak! Kamu harus duduk, istirahat. Mama yakin, jika Albert sadar dan melihat kamu begini, dia pasti akan marah─"

"Biar saja, Ma!" potong Ayu cepat. "Biar saja Albert marah-marah sama Ayu. Lebih baik Albert marahin Ayu dibanding dia diam dan nggak sadarkan diri seperti sekarang, Ma." Suara Ayu bergetar. "Ayu mau Albert sadar, Ma. Harusnya aku dan Albert fitting baju pengantin hari ini bersama. Harusnya hari ini Albert lihat gaun pengantin yang akan aku kenakan, Ma. Albert bilang dia mau lihat Ayu mengenakan gaun pengantin kami hari ini, Ma." Dan tangis Ayu pecah seketika. Disusul dengan Aletta yang juga menangis.

Kedua wanita berbeda usia itu menangis bersama. Saling berpelukan meratapi nasib sosok yang masih tak sadarkan diri tanpa ada kepastian kapan sosok itu akan kembali membuka kedua matanya.

~***~

Ayu menatap tampilan wajahnya di cermin yang terlihat pucat setelah membasuh wajahnya menggunakan air keran di wastafel toilet rumah sakit. Kedua matanya sembab. Wajah polosnya yang tanpa riasan pun terlihat pucat. Dua hari ini hidupnya berantakan. Kurang tidur dan makan hanya seperlunya. Dia bahkan tak masuk kerja dan juga belum kembali ke rumah. Dengan begitu setia, dia berada di sisi Albert. Menunggu dengan sabar pria itu untuk membuka kedua matanya dan menyambutnya dengan senyum. Sudah dua hari berlalu, tapi Albert belum juga membuka kedua matanya.

Entah apa yang salah? Tim dokter mengatakan pria itu telah keluar dari masa kritisnya dan bahkan sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa. Bukan lagi berada di ruang ICU. Walau tetap, berbagai alat penunjang tetap terpasang di bagian-bagian vital tubuhnya. Seakan hanya alat-alat itulah yang menjadi penunjuk kepada mereka semua bahwa sosok yang terbaring lemah itu masih bersama mereka di dunia.

Sekali lagi Ayu menghela nafasnya lemah. Entah sampai kapan ini semua mampu ia tahan. Seperti orang gila, dua hari ini dia duduk, menangis, lalu berbicara dengan sosok yang bahkan tak sekalipun membalas ucapannya. Sosok itu masih damai dalam tidurnya dan entah kapan akan kembali.

"Mi ... minum." Suara berat dan serak membuat Ayu hampir saja memekik mendengarnya kala ia keluar dari toilet dan hendak menutup pintunya.

Segera dia berbalik ke arah pemilik suara itu, dan nafasnya tertahan kala kedua matanya bersitatap dengan sosok pria yang dua hari ini di harapkannya untuk membuka mata.

"Albert," suaranya tercekat. Sadar dari keterkejutannya, segera dia berlari menghampiri pria itu yang masih terbaring di atas brankar perawatan.

"Al, kamu sudah sadar?" tanyanya disertai derai air mata. Dia menangis tergugu. Telapak tangannya menangkup wajah Albert, membelainya hati-hati. Memastikan bahwa semua yang dilihatnya bukanlah mimpi.

"Ya," jawab pria itu pendek.

Sekilas, Ayu merasa Albert menatapnya dengan tatapan berbeda, tapi ia tak peduli. Ia terlalu larut dalam euphoria kebahagiaan menyambut pria pujaannya kembali ke dunia. Dengan air mata haru yang terus turun, dan kata syukur yang terus saja terucap di bibirnya, dia mengecup punggung tangan Albert lalu hendak mengecup sudut bibir pria itu tapi ternyata lengan pria itu menyentuh bahu, menghentikan pergerakannya.

Ayu tersentak. Dalam jarak yang begitu dekat mereka berdua bertatapan, dan seketika Ayu sadar, ada yang tidak beres dengan bagaimana cara Albert menatapnya.

"Bisa ambilkan saya minum?" pinta Albert, memutus kecanggungan yang terjadi di antara mereka berdua.

Ayu mengangguk. Segera dia mengambil air yang berada di atas nakas di sisi ranjang. Dibantunya Albert meminum cairan bening itu menggunakan sedotan dari bahan kertas yang sudah tersedia.

"Terima kasih," ucap Albert setelah meminum sesesap. Ayu kembali mengangguk. Meletakkan kembali gelas berisi air itu ke meja nakas.

"Maaf. Tapi kamu siapa?" tanyanya setelah mereka berdua kembali bertatapan.

Deg.

"Hah?" Ayu kebingungan. "Ma ... maaf. Tapi kamu tadi bilang apa, Al?" Dia berusaha memastikan apa yang ia dengar sebelumnya. Tapi kalimat yang keluar dari bibir pria itu kembali membuat jantungnya terasa berhenti berdetak.

BERSAMBUNG

=========

20 Agustus 2021

Hulaaaa! Nah sudah tahu kan bagaimana konflik cerita ini? 😌

Kalau ada yang bilang ide ceritanya pasaran, biariinnn... 🤪. Ide cerita boleh saja pasaran, tapi bagaimana ide itu dikemas menjadi sebuah cerita yang menarik? Itu yang harus diperhatikan. Betul apa betul??? ☻
Duh, kayak lagi sharing session kepenulisan 😅.

Oke, Dua sampai Tiga part lagi versi Wattpad, dan setelah itu siapkan budget untuk PO Al-Ay season dua yaaa.

Love a bunch, dear...
Adellelia

Tentang Kisah Kita Vol.1 (Kumpulan Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang