One Snowy Night (Part 1.1)

1.5K 216 14
                                    

Hulaaaa
Akhirnya kita bertemu jua 😆

Yang mau Cerita Rara-Steven cepet PO sini, cung! 😚
****

Part 1.1

Tampan, tapi Kelakuannya Mirip Setan


“Besok jam delapan pagi saya sudah harus berada di Bandung, Ra.” Suara Steven dengan logat Bahasa Indonesia yang khas menggelitik indera pendengaran Rara.

Di dalam ruangan Steven, Rara berdiri di sebelahnya seraya menunjukkan pada laki-laki blasteran tersebut berkas-berkas mana yang harus dibubuhi tanda tangan miliknya.

“Pak Adimas katakan ada sedikit kejanggalan dengan laporan alur kegiatan dan tenaga outsource di HR (Human Recource) and GA (General Affair) division cabang Bandung dan saya diminta untuk memeriksanya langsung ke sana.”

“Baik, Pak,” jawab Rara.

Dia mengeluarkan telepon genggamnya, dan mulai menambahkan jadwal Steven pada calendar event yang dia buat khusus untuk mencatat agenda-agenda harian atasannya tersebut. Kedua matanya melihat sekilas deretan angka yang menunjukkan waktu saat ini, yang tertera pada benda pipih pintar digenggamannya itu. Ternyata, waktu sudah menunjukkan tepat pukul enam sore.

“Pak Steven mau pergi malam ini atau besok pagi?”

“Besok pagi saja, saya masih ada dinner meeting malam ini,” jawabnya.

“Baik, Pak,” angguk Rara. Dia baru saja hendak melanjutkan catatannya saat dia sadar bahwa tak ada agenda dinner meeting pada jadwal yang dia susun untuk Steven.

“Apa dinner meeting malam ini jadwal pribadi, Pak? Karena, seingat saya malam ini jadwal Pak Steven free,” ujarnya.

“Hmm.” Steven menggugam singkat. Tatapannya tetap fokus membaca berkas yang Rara sodorkan padanya tanpa perlu berusaha memberikan jawaban lebih lanjut kepada Rara.

Kedua mata Rara sontak memicing sinis. Pelit banget sih itu mulut ngasih jawaban! Gerutunya dalam hati. Tapi ya, terserah lah! Bukan urusan dia juga.

“Helikopternya stand by di apartemen Pak Steven jam berapa?” tanya Rara lagi.

“Berapa lama perjalanan dari Jakarta ke Bandung menggunakan helikopter?” Steven balik bertanya.

“Mm, sekitar empat puluh sampai empat puluh lima menit, Pak,” jawab Rara.

“Seven o’clock then,” sahutnya seraya memberikan berkas yang sudah dia tanda tangani kepada Rara.

Meeting dengan Menteri Perdagangan jam tiga sore, apakah mau dijadwal ulang, Pak?” tanya Rara setelah menerima berkas dari Steven.

Steven menggeleng.

“There is no need. I will try to be back in Jakarta after lunch.”

“Baik, Pak! Saya urus dulu jadwal keberangkatan Bapak sekarang dan akan saya update secepatnya.”

Steven mengangguk dan berdiri. Kedua tangannya sedikit merapikan kemeja kerjanya lalu mengambil jas kerja berwarna dark grey miliknya yang sempat dia lepaskan tadi dan disampirkan pada sandaran kursi.

Sejenak, Rara terpukau dengan sosok laki-laki di hadapannya itu. Dalam tatapannya, Steven seakan merayu dirinya untuk terpikat dengan penampilannya.

Padahal, Steven hanya sedang memakai jas kerjanya saja. Namun, entah mengapa gerakannya terlihat begitu memikat. Seperti seorang model pakaian brand dunia yang sedang memamerkan pakaian yang dikenakannya di layar kaca.

Rara akui wajah Steven memang tampan. Alis tebal, hidung mancung, bibir tebal dan rahang tegas yang terlihat kokoh. Bola mata Steven yang berwarna Tosca adalah salah satu yang Rara kagumi saat pertama kali melihatnya.

Seperti yang memang dibicarakan oleh para kaum hawa di Karim’s group sejak pertama kali melihat Steven di kantor ini, sorot mata Steven seakan mampu membuat siapa pun yang menatapnya tenggelam dalam pesonanya.

Rara berani bertaruh, mungkin jika atasannya ini bosan bekerja menjadi seorang Direktur, dunia hiburan pasti akan menerima kehadirannya dengan kedua tangan terbuka. Brand-brand dunia pasti akan berebut menjadikannya Brand Ambassador mereka. Tak hanya tampan, tapi sosoknya juga berpengaruh. Dengan keunggulannya itu, siapa memang yang mampu menolak pesona seorang Steven Arthur?

“Pak Steven sudah mau pulang?” tanya Rara setelah tersadar dari keterpukauannya menatap Steven.

“Ya! jadwal dinner meeting saya sekitar tiga puluh menit lagi,” jawab Steven.

Yess! Sorak sorai Rara dalam hati. Dia menggigit pipi bagian dalamnya. Berusaha menutupi rasa bahagia karena dapat meninggalkan kantor lebih cepat dari biasanya.

Membahagiakan Budak Korporat itu memang sederhana. Tidak perlu muluk-muluk naik gaji, sekedar dapat pulang lebih cepat dari biasanya pun sudah merupakan sesuatu hal yang patut untuk disyukuri.

Ditambah lagi, besok pagi atasannya itu akan mengunjungi kantor cabang Bandung dari pagi hingga siang hari. Hidup Rara besok pagi akan damai sejahtera. Well, at least, hingga siang hari. Lumayan lah, batin Rara.

Hati Rara masih berbunga-bunga, dia baru saja hendak kembali ke mejanya kala perkataan Steven menghentikan langkahnya.

“Rara, you're coming with me to Bandung tomorrow, ok!” ucap Steven yang seketika membuat kedua bola mata Rara terbelalak. Bunga-bunga dihatinya layu seketika.

“Datang ke apartemen saya tepat pukul tujuh kurang lima menit jangan sampai telat,” imbuhnya tanpa mau mendengar balasan Rara.

Dengan langkahnya yang besar, Steven melangkah melewati Rara.

“Bring the required documents and don’t forget… sampaikan kepada para jajaran manajemen di kantor cabang Bandung bahwa saya mau meeting besok pagi tepat dimulai pukul delapan,” perintahnya tak dapat diganggu gugat.

“Ba─baik, Pak Steven,” jawab Rara lesu.

“Saya pulang, Ra! Mobil saya.”

“Baik, Pak!” sahut Rara lagi tanpa ada waktu untuk kecewa. Dia bergegas menuju meja kerjanya untuk menghubungi supir kantor yang bertugas menjadi supir pribadi Steven.

Steven sudah keluar dari ruangannya dan menghilang ke dalam lift meninggalkan Rara ditempatnya. Walau begitu, siapa bilang dia dapat hidup dengan tenang malam ini dan esok hari? Ternyata siksaan Steven kepadanya tetap berlanjut tanpa henti.

Malam ini dia tetap harus lembur untuk mengumpulkan berkas-berkas yang Steven butuhkan untuk meeting di Bandung besok pagi. Kalau sudah begini, rasanya dia ingin menertawai pikiran naifnya tadi. Bisa-bisanya dia berpikir bahwa malam ini dan besok pagi dia bisa santai tanpa kehadiran Steven.

Rara… Rara… bisa santai dari Wakanda?

~***~

5 Juli 2023

Doakan aku mood nulisnya ya! Biar cepet tamat 😘

Mau pantun dulu ah!
Steven mau ke Bandung eh malah nyasar ke Tambun.
Ya udah, see you soon 🤣🤣🤣🤣

Apa sih?! 😅

Ya udah, intinya kita ketemu lagi very soon.

Bye,
Adellelia

Tentang Kisah Kita Vol.1 (Kumpulan Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang