If I Could ....

7.9K 777 69
                                    

Karya ini hanya saya publish
di aplikasi Wattpad.
Jika kalian membaca "If I Could" Karya Adellelia pada aplikasi selain Wattpad, berarti kalian membaca karya bajakan.
*****

Bruk.

Tumpukan dokumen yang kubawa terjatuh, berserakan ke lantai saat tak sengaja aku menabrak seseorang di depanku. Salahku karena begitu terburu-buru berlari menuju ke ruang rapat karena atasanku membutuhkan dokumen penting ini yang tak sengaja ditinggalkannya di atas meja di ruangannya sehingga aku harus berlari mengambilnya dan kembali ke ruang rapat sebelum tamu penting kami siang ini datang dan rapat dimulai.

"Ma... maaf," ucapku tanpa tahu siapa yang aku tabrak. Fokusku saat ini adalah mengumpulkan dokumen yang berserakan di lantai.

Ya Tuhan, kenapa sial sekali nasibku saat ini! Keluhku dalam hati.

Baru saja aku ingin berjongkok untuk mengumpulkan lembaran demi lembaran penyambung nyawaku siang ini, sebuah suara yang begitu ku hafal, mengusik gendang telingaku.

"Kalau saya nggak mau maafkan, bagaimana?" Tanyanya yang berhasil membuatku sontak menatapnya.

Menatap hazel kelam yang seketika membuat kedua mataku terbelalak dan hatiku berdenyut nyeri.

Laki-laki di hadapanku itu maju satu langkah mendekatiku. Sepatu pantofel hitam mengilat miliknya menginjak salah satu lembaran penting yang membuatku rela berlari kencang  menggenakan rok pensil ketat sebatas lutut dengan high heel 8 cm sebagai alas kaki tanpa memikirkan keselamatanku.

Jantungku berdebar begitu cepat. Melihat senyum miringnya membuat perutku serasa bergejolak. Kedua mataku terasa panas, rasanya aku ingin menangis dan berlari. Tapi sialnya, tubuhku hanya mampu berdiri membatu.

"Siapa atasan kamu? Saya mau bertemu. Saya mau mengajukan complaint," ujarnya tepat di depan wajahku.

Kutelan saliva yang mengumpul dikerongkonganku. Kuberanikan diri untuk membalas ucapannya setelah berhasil mengatur nafasku.

"Com... complaint?" Tanyaku terbata. Penuh antisipasi.

"Iya, saya mau mengajukan complaint." Dengan wajah tanpa beban laki-laki yang kini terlihat makin rupawan itu mengangguk.

"Complaint, karena saya merasa keberatan ditabrak oleh karyawan rendahan seperti anda," lanjutnya dengan senyum miring bak si jahat Hades.

Bertepatan dengan laki-laki di hadapanku ini menyelesaikan ucapannya, sosok ular betina bermuka dua yang sialnya adalah atasanku keluar dari ruang meeting dan menyaksikan segala kekacauan yang terjadi.

Tergopoh-gopoh, dengan begitu berlebihan ular bermuka dua itu menyambut laki-laki di hadapanku yang sempat-sempatnya masih dapat memberikan tatapan meremehkannya kepadaku.

Oh, damn! Ternyata laki-laki ini, adalah tamu penting yang ditunggu-tunggu oleh atasanku sedari tadi.

Aku mendengkus, lalu tersenyum kecut menertawakan nasibku kini. Karena aku tahu... setelah bertemu sosok kuasa itu kembali, maka kehidupanku akan semakin menyedihkan.

But, to be honest... memangnya ada yang lebih menyedihkan dibanding menjadi budak perusahaan yang dituntut untuk terus siap sedia selama 24 jam, 7 hari dalam satu minggu? Jadi, sepertinya... apa pun yang nantinya akan dilakukan oleh laki-laki ini, tak akan ada bedanya dengan menjadi budak perusahaan, iya kan? Aku menghibur diri.

******

"Sebenarnya, Pak Pratama mau saya sendiri yang memberikan sekaligus menjelaskan kesepatakan ini, Put. Tapi, kamu tahu sendiri kalau di rapat pemegang saham kali ini saya harus melakukan presentasi." Sambil berdiri, aku mendengarkan kalimat demi kalimat yang terucap dari Bu Dewi–atasanku yang sebelumnya ku katakan bermuka dua.

Tentang Kisah Kita Vol.1 (Kumpulan Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang