If I Could (Part 4)

5.9K 861 207
                                    

Karya ini hanya saya publish
di aplikasi Wattpad.
Jika kalian membaca
"If I Could" (Tentang Kisah Kita) Karya Adellelia pada aplikasi selain Wattpad, berarti kalian membaca karya bajakan.
*****

Iyaaaa iyaaaa aku update iyaaaa... 🤪🤪🤪
Warning 🔞🔞🔞
Panas ya, Bund!
Yang nggak kuat panas,
yuk balik kanan, grak!
******

I hope you know
That this has nothing to do with you
It's personal, myself and I
We've got some straightenin'
out to do
And I'm gonna miss you
like a child misses their blanket
But I've got to get a move on
with my life
It's time to be a big girl now
And big girls don't cry
~ Big Girls don't cry ~
*****

Putri

Pratama. Nama itu pernah menjadi pelitaku. Laki-laki itu pernah membuat jantungku berdetak begitu cepat karena rasa cinta dan gairah yang menggila.

Pratama. Dia adalah cinta pertamaku. Laki-laki yang membuat hari-hariku sempurna. Dia memperlakukanku bagai ratu. Aku dihargai. Aku dicintai.

Rasa aman, rasa sayang dari sosok ayah dan kakak laki-laki yang selama ini kurindukan mampu Pratama berikan kepadaku. Pratama, adalah jawaban lengkap dari doa-doa yang selama ini aku panjatkan kepada Tuhan.

Di umurku yang menginjak kepala dua saat itu aku benar membutuhkan seorang pelindung. Banyak sekali laki-laki yang berusaha mendekatiku, tapi entahlah aku tidak merasa tertarik kepada mereka.

Ibuku pun tak dapat banyak membantu. Kami sama-sama perempuan, tetap saja aku butuh figur seorang ayah, atau kakak laki-laki untuk melindungiku.

Hari-hari ibu, dihabiskan untuk bekerja. Karena hanya lulusan SMA, di umurnya yang hampir menginjak kepala empat, demi membiayai kuliahku, ibu masih harus bekerja sebagai kasir di sebuah pusat perbelanjaan dengan mengambil dua shift jam kerja.

Jika kalian bertanya dimana ayahku? Jujur aku pun tidak tahu. Ibu selalu mengalihkan pembicaraan saat aku bertanya mengenai ayah, atau apa aku mempunyai kakek dan nenek.

Yang aku tahu, Anindya-ibuku adalah seorang single mother. Hamil di umur sembilan belas tahun dan hidup sebatang kara di kota Jakarta. Yang aku tahu, ibu selalu mengatakan kepada orang-orang jika suaminya sudah meninggal. Kecelakaan. Begitu pula dengan kedua orang tua dan mertuanya. Semua sudah meninggal. Yang tersisa hanya dirinya, dan aku.

Di umurnya yang hampir menyentuh kepala empat, ibuku masih terlihat cantik. Tubuhnya masih langsing. Bahkan, kami terlihat seperti kakak adik bukannya ibu dan anak.

Lalu, kenapa Ibuku tidak menikah lagi? Entahlah aku pun tak tahu. Walau aku tak menutup mata, ada beberapa laki-laki yang mencoba mendekati ibu. Dari mereka yang  hanya datang menggunakan motor bebek hingga mereka yang memakai mobil mewah. Tapi, seperti aku yang sulit menerima kasih sayang orang asing, begitu pula dengan ibu. Tak ada satu pun dari mereka yang mampu membuat hati ibu luluh.

Hingga akhirnya, malam itu... malam menegangkan yang masih ku ingat sampai hari. Malam yang akhirnya mempertemukanku dengan Pratama. Dia... adalah penyelamatku. Jika bukan karenanya, mungkin saat ini namaku sudah tertulis di batu nisan.

Pratama menyelamatkanku dari dua preman yang ternyata sudah beberapa hari menguntitku. Mereka ingin memperkosaku. Lalu menjualku kepada seorang  germo yang ternyata juga sudah lama mengincarku. Untung saja, untung saja Pratama datang dan menyelamatkanku.

Tentang Kisah Kita Vol.1 (Kumpulan Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang