One Snowy Night Part 1.2

1.4K 184 13
                                    

Yuhuuu, jumpa lagi 😚
****

Part 1.2
Tampan, tapi Kelakuannya Mirip Setan

Ternyata siksaan Steven kepadanya tetap berlanjut tanpa henti.
Malam ini dia tetap harus lembur untuk mengumpulkan berkas-berkas yang Steven butuhkan untuk meeting di Bandung besok pagi. Kalau sudah begini, rasanya dia ingin menertawai pikiran naifnya tadi. Bisa-bisanya dia berpikir bahwa malam ini dan besok pagi dia bisa santai tanpa kehadiran Steven.

Rara… Rara… bisa santai dari Wakanda?

~***~

Esok paginya.

Perlahan Rara membuka kedua matanya. Samar-samar dia mendengar Taylor Swift mendendangkan bait lagu Cruel Summer persis di telinganya. Suara Taylor terdengar merdu, membuat Rara malah kembali terlelap. Namun, sebelum dia masuk ke alam mimpi seketika kedua matanya terbuka.

Loh! Lagu Taylor Swift yang ini kan nada dering telepon genggamnya?

Dalam keremangan kamar tidur, kedua mata Rara memicing. Dia mengambil telepon genggamnya yang tergeletak persis di sebelah bantal kepala. Dilihatnya layar telepon genggamnya, dan terkejut setengah mati kala nama Steven Bos Setan (panggilan sayang Rara untuk Steven) terpampang di sana.

“Halo, Pak Steven?” sapanya dengan suara serak khas bangun tidur.

“Are you still sleeping?” balas Steven di seberang sana tanpa basa-basi.

“Ta─tadi masih tidur, Pak. Sekarang sudah bangun gara-gara ditelpon Bapak,” jawab Rara asal.

Ya, mohon maaf! Nyawanya belum terkumpul sempurna.

Dia melirik jam meja di meja nakas sisi tempat tidurnya. Baru pukul lima pagi, tapi bos besarnya ini sudah mengganggu waktu tidur cantiknya.

“Kamu ke apartemen saya sekarang, Ra!” perintah Steven begitu saja.

“Hah?!” Rara membeo. “Ke apartemen Pak Steven sekarang? Maksudnya bagaimana ya, Pak?” tanyanya bingung.

“You didn't forget that we're going to Bandung today, did you?”

Rara menggeleng panik mendengar nada suara Steven yang sepertinya kesal.

“Of course, I didn’t, Sir!” balas Rara cepat. Kali ini nyawanya sudah terkumpul sempurna.

“Then get ready, now!” Suara Steven terdengar tak sabar.

“Tapi─tapi ini baru pukul lima pagi. Bukannya saya harus ke apartemen Pak Steven pukul tujuh kurang lima menit? Seusai dengan perintah Bapak kemarin?”

“Saya berubah pikiran. Sebelum pukul enam pagi, saya mau kamu sudah di apartemen saya. Jangan lupa bawa berkas-berkas yang kemarin saya perintahkan untuk kamu bawa. Saya ingin mempelajarinya terlebih dahulu.”

“Tapi, Pak─”

“No excuses, Ra!” potong Steven cepat. “See you at my apartemen, very soon,” tambahnya seraya memberi penekanan pada tiap katanya sebelum akhirnya menutup sambungan telepon.

Tentang Kisah Kita Vol.1 (Kumpulan Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang