One Snowy Night (Part 2.2)

1.2K 200 11
                                    

Selamat malam minggu...
Yuk, ketemu lagi sama Steven-Rara 😘
****

Part 2.2
Dasar Bos Aneh

“I'm so sick of the bureaucracy of this country. Why do they make it so difficult?!” omel Steven sepanjang perjalanan kembali ke kantor setelah mereka bertemu dengan Menteri Perdagangan. Ralat, ternyata mereka hanya dapat menemui salah satu pejabatnya dan hal itu membuat Steven emosi.

Walau pejabat yang mereka temui pun merupakan pejabat tinggi, tapi target Steven adalah sang Menteri, pejabat tertinggi dari organisasi bisnis yang mereka jalani saat ini. Tapi, ternyata memang tak semudah itu apalagi sektor bisnis Karim’s group tak hanya bergerak di bidang perdagangan tapi perindustrian dan juga investasi.

Dan, dengan birokrasi Indonesia yang terkenal begitu berlapis-lapis, cukup membuat kepala Steven pening dibuatnya.

“Kamu katakan jika yang kita temui adalah Menteri Perdagangan, Ra. Kenapa saya malah bertemu seorang Direktur? Didn’t they know who I am?” hardiknya kesal.

“Maaf, Pak. Tapi memang pemberitahuannya begitu mendadak. Tadi kan Pak Steven lihat sendiri, sekretaris Pak Menteri baru memberitahu kita mengenai perubahannya saat kita sudah berada di ruang meeting,” jawab Rara, membela diri.

“Tapi kenapa seorang Direktur, Ra?! At least, saya mau bertemu dengan Wakil Menteri. Bukan pejabat di bawah saya,” omelnya lagi.

Ya, mana saya tahu, Pak?! Seru Rara dalam hati.

Rasanya Rara ingin membalas Steven dengan seruan hatinya itu. Ya, mana dia tahu. Dia hanya seorang sekretaris yang berusaha menjalankan pekerjaannya sebaik mungkin. Namun, jika memang klien mengubah rencana yang sudah disepakati sebelumnya, dia bisa apa? Apalagi klien mereka kali ini seorang Menteri.

“Maaf, Pak. Saya akan coba membuat janji temu lagi dengan Pak Menteri secepatnya.” Akhirnya, hanya kalimat diplomatis itu yang dapat Rara katakan kepada Steven.

Memangnya dia bisa jawab apa lagi?

“Sure! You have to!” balas Steven. “Bara katakan jika kamu adalah sekretaris yang dapat diandalkan, dan saya berharap kamu bisa diandalkan untuk ini, Ra,” imbuhnya lagi, membuat beban di hati dan pikiran Rara bertambah berkali lipat mendengarnya.

“Baik, Pak,” balas Rara lemah.

Dari ujung mata, Steven dapat melihat wajah lesu Rara tapi Steven tak peduli. Membuat janji temu dan memastikan atasannya dapat bertemu dengan rekan bisnis adalah salah satu pekerjaan seorang sekretaris. Dia tak peduli bagaimana Rara dapat mengusahakannya. Yang terpenting, Dia harus bertemu dengan Menteri Perdagangan bagaimana pun caranya.

Mobil berhenti tepat di lobi Perusahaan. Sudah pukul lima sore saat itu. Dari balik jendela mobil Rara dapat melihat lobi perusahaan cukup padat oleh karyawan yang memang berniat untuk meninggalkan perusahaan. Ya, maklum saja saat ini memang sudah waktu pulang karyawan.

Setelah turun dari mobil, Rara memandang nanar wajah-wajah para karyawan yang seperti terlihat tanpa beban dapat meninggalkan kantor tepat waktu.

Kira-kira, kapan ya aku dapat seperti mereka yang pulang tepat waktu? Tanyanya dalam hati.

“Saya mau espresso di meja saya, segera, Ra! Dan, jangan lupa berkas-berkas yang harus saya tanda tangani,” perintah Steven sang Raja Tega.

“Baik, Pak!”
Rara pasrah. Gugur sudah harapannya untuk dapat pulang saat matahari masih bersinar.

“Oh ya, lusa saya harus terbang ke London. Kamu ikut dengan saya!” tambah Steven yang seketika membuat kedua mata Rara membola.

Oh. Em. Gi!

Cobaan apalagi ini?! Jerit Rara dalam hati.

~***~

Bersambung

22 Juli 2023

Sabar sabar ... ini masih pembukaan 😅. Kita ketemu lagi soon ya.

Ciao,
Adellelia

Tentang Kisah Kita Vol.1 (Kumpulan Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang