This feeling hurt us

1.7K 159 4
                                    

Aku berlari keluar mansion. Tidak peduli pada Aiden yang terus mengejar dan meneriakkan namaku.

Ini salah. Semua yang terjadi adalah sebuah kesalahan.

Tidak seharusnya aku terbuai dengan semua perlakuan Aiden.

His words.

His touch.

His kiss.

Apapun itu, seharusnya aku tetap berada pada pendirianku; tidak jatuh dalam pelukan Aiden.

Seharusnya ego seorang wanita yang ku punya bisa membentengi perasaanku terhadap Aiden. Aku sama sekali tidak menyangka jika aku benar benar bisa dibuat berantakan olehnya.

Aku tahu sejak dulu hanya Amaris yang Aiden inginkan. Hanya karena Aiden berjanji pada ayahnya akan melupakan Amaris beberapa hari yang lalu, tidak berarti Aiden telah benar benar beralih padaku. Cinta Aiden pada Amaris yang bertahun tahun tidak akan runtuh begitu saja hanya dalam waktu beberapa hari.

Oh, this is crazy!

Bodoh! Aku benar benar bodoh!

Jelas sekali Aiden mendekatiku hanya karena sebagai pelarian dari Amaris, namun aku justru membiarkannya benar benar masuk ke dalam sisi lain diriku yang ku sebut sebagai perasaan.

Aiden hanya menggunakan diriku untuk melupakan Amaris, lalu setelah dia benar benar telah melupakannya, aku akan dibuang. Segera Aiden akan menemukan gadis baru yang seperti Amaris, dan aku dicampakkan seperti sampah tak berguna.

Wanita mana yang mau diperlakukan seperti itu?

Oh, shit!

Kenapa di saat seharusnya aku marah, aku malah jusru menangis?

Seolah olah aku merasa kecewa dan nelangsa mengetahui fakta bahwa aku hanya dipermainkan.

Seharusnya aku menampar atau memukul Aiden. Bukannya berlari sambil menagis seperti saat ini. Ini sangat bukan diriku. Seorang Irish seharusnya tidak pernah menangis karena seorang pria.

Pukul 12 p.m.

Tepat tengah malam, aku berhenti di tepi jalanan yang sudah sangat sepi. Ada sebuah bangku panjang di tepi jalan, dan aku memutuskan untuk duduk disana.

Aku mencoba mengusap air mata ku, kemudian melepaskan heels yang ku kenakan dan membiarkan kaki ku bertelanjang. Rasanya sedikit sakit, mengingat aku berlari menggunakan benda itu.

"Irish, here you are."

Sialan!

Itu adalah suara Aiden.

Dia menemukanku.

Aku memalingkan wajahku darinya agar dia tidak melihat air mata sialan ku yang sudah sejak tadi membanjiri pipiku.

Napas Aiden memburu, aku bisa mendengarnya dengan jelas. Dia juga menghela napas sebelum kembali berbicara.

"What's wrong, Irish? Kenapa kau lari? Apa aku menyakitimu.. lagi?" Aiden menurunkan nada suaranya di kata terakhirnya. Seperti dia tahu bawa dialah alasanku berlari.

Aku masih memalingkan wajahku saat dia sudah mengambil posisi berdiri di hadapan ku.

"Kau tahu betapa aku khawatir padamu, Irish. Aku benar benar minta maaf jika perbuatanku ada yang menyakitimu. Tapi kumohon jagan seperti ini. Kembalilah padaku--"

Plak!

I slapped him.

Benar, aku menamparnya.

The SASSY GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang