Full of luxury

1.4K 116 3
                                    

Well...

Aku sangat lelah sekarang. Sudah hampir 3 jam berlalu dan aku sudah berkali kali bergonta ganti pakaian di ruang ganti, mencoba berbagai gaun yang Aiden pilih.

Sebenarnya sedikit tidak berguna, karena semua gaun yang ku coba akan selalu dibeli. Tahu begitu lebih baik langsung ambil dan bayar saja kan?

Harus ku akui, Aiden memiliki selera yang tinggi. Semua gaun yang dia pilih akan selalu terlihat sempurna saat aku memakainya. Kali ini Aiden sangat membantuku karena aku sangat tidak ahli dalam hal berbelanja pakaian feminim seperti ini.

Kepalaku menunduk, menatap ke sebelah tangan ku yang sedang digenggam oleh Aiden, sementara sebelah tangan Aiden yang lain menenteng banyak sekali paper bag belanjaan. Aku sudah menawarkan pada Aiden untuk membawa sendiri, tapi dia bersikukuh menolak. Dia hanya memberiku satu paper bag sambil berkata, "Pria sejati membawakan barang belanjaan kekasihnya, Irish."

Ada banyak pasang mata yang memandang ke arah kami, atau mungkin lebih tepatnya ke arah pria di samping ku ini.

Siapa yang tidak mengenal seorang Samuel Aiden Davidson? Tampan, muda, dan mempesona, terlebih lagi kaya raya. Wajahnya sudah beberapa kali masuk ke siaran televisi saat acara peresmian gedung gedung atau yayasan, terlebih lagi dia pernah digosipkan dekat dengan Amaris sang model papan atas.

Aiden, dia bukan tipe pria yang angkuh. Buktinya dia sesekali tersenyum pada orang orang. Dia bahkan juga mengangkat tautan tangan kami dan menunjukkan pada mereka semua, seolah ingin memberi tahu mereka bahwa aku adalah kekasihnya.

Di sela langkah kami, ponsel Aiden berbunyi.

"Irish, bisa tolong kau bawa semua belanjaan ini sebentar? Aku akan mengangkat telepon."

"Tentu."

Aiden memberiku semua kantung belanja itu dan mengambil ponsel di saku jas nya. Tangan kanan Aiden mengangkat telepon itu, sementara tangan kirinya melingkar dI pinggang ku dan menuntun ku untuk kembali berjalan.

"Hallo, Ammy?"

Oh, Amaris yang sedang menghubungi Aiden.

Aku bisa merasakan tangan Aiden mengusap pinggang ku beberapan kali. Hal kecil yang Aiden lakukan nyatanya mampu membuat tubuhku merasa berdesir.

"Tidak, aku sedang tidak bekerja saat ini." Aiden masih berbicara dengan Amaris.

"Maafkan aku, Ammy. Aku tidak bisa karena aku sedang bersama Irish sekarang. Tapi aku akan menghubungi orang rumah agar menjemputmu disana. Kau tunggulah sebentar dan jangan naik taksi."

Wait!

Beritahu aku jika aku salah.

Apa yang Aiden katakan tadi? Apa dia baru saja menolak Amaris?

Oh my God!

Dia menolak seorang Amaris demi diriku? Astaga!! Aku bahkan harus bersusah payah menggigit bibir bagian dalam ku untuk menahan diri agar tidak tersenyum. Pipi dan telinga ku sudah terasa panas dan di dalam perutku seperti ada ratusan kupu kupu yang beterbangan.

Entahlah. Tiba tiba aku merasa sangat senang.

"Bye, Ammy. See you at home."

Aiden menyudahi panggilannya. Dia tampak mengutak atik ponselnya dan menghubungi seseorang agar menjemput Amaris.

Setelah selesai dengan panggilan keduanya, Aiden mengambil alih lagi semua paper bag dan kembali menggenggam tangan ku. Aku berdeham, mencoba mengendalikan diri setelah Aiden tanpa sadar telah membuatku terbang tinggi.

The SASSY GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang