Irish melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Aiden dengan lebih erat ketika Aiden semakin memacu kendaraannya lebih kencang. Bukan karena takut, tapi bayangkan saja. Jika dia tidak berpegangan erat pada Aiden, dia pasti sudah terjatuh sejak tadi karena hembusan angin yang begitu kencang seiring dengan laju kecepatan motor yang Aiden kendarai.
Aiden bilang padanya tadi kalau dia ingin mengajak Irish sedikit jalan jalan untuk mencari udara segar. Namun entahlah. Mereka sudah berkendara cukup lama. Jalanan yang dituju Aiden juga semakin menepi dari wilayah kota dan mulai memasuki area padang rumput hijau luas yang jarang dilewati orang.
Namun setelah beberapa saat memasuki jalanan itu, mesin motor Aiden tiba tiba mati. Laju motor itu menjadi semakin pelan dan perlahan mulai berhenti di tepi jalan.
"Oh, shit."
Irish mendengar umpatan Aiden.
"Aiden, ada apa? Apa motornya mati?"
"Iya. Bisakah tolong kau turun sebentar?"
Irish mengangguk kemudian turun dari motor dan disusul oleh Aiden. Aiden tampak mencoba memeriksa kondisi motornya, namun nihil. Dia tidak dapat mengerti apapun.
"Bagaimana? Apanya yang salah?"
Aiden menatap Irish dan menggeleng.
"Tidak tahu, baby. Apa kau mengerti tentang mesin motor?"
"Kau pikir aku tukang mesin?"
Aiden tertawa kecil dan menjawab, "Ku pikir kau tahu."
"Lalu bagaimana sekarang?"
"Mau bagaimana lagi? Kita harus pulang."
"Pulang?"
"Ya. Motornya sedang bermasalah. Kita tidak bisa meneruskan perjalanan."
"Bagaimana kita akan pulang?"
Aiden mengangkat handphone nya sambil tersenyum. "Kita hubungi Aaron." Katanya.
Irish melihat Aiden mencari nomor Aaron untuk dihubungi lalu dia mengirimi pesan kepada Aaron untuk datang menjemput mereka.
Irish menatap jalanan di sekitar. Terlalu sepi untuk ukuran jalan sebesar ini. Irish juga tidak tahu akan mengarah ke mana jalanan ini nantinya. Dia sama sekali belum pernah melewati jalan ini.
"Bukankah lebih baik jika kita sedikit berjalan daripada hanya diam disini menunggu Aaron datang? Disini terlalu sepi, Aiden."
Aiden menaikkan satu alisnya sambil menatap Irish. "Apa kau yakin mau berjalan?"
"Tentu saja. Kita tadi sudah berkendara sekitar dua jam. Pasti juga butuh waktu lama untuk Aaron sampai kesini. Langit sudah mulai gelap, Aiden. Lagipula kau yang akan mendorong motornya. Jadi aku pasti tidak akan kelelahan untuk berjalan jika itu yang kau khawatirkan."
Wanita tetaplah wanita. Yang tidak mau mengalah dan tinggi egonya.
Aiden kembali tertawa kecil karena gemas dengan tingkah laku Irish. "Of course, baby. Anything you want."
Irish kemudian mengulurkan tangannya, meminta Aiden melepas helm fullface nya dan berniat untuk membawakannya. Sekarang Irish membawa dua helm besar di masing masing kedua tangannya. Satu miliknya, satu lagi milik Aiden.
Aiden juga mulai mendorong motornya. Mereka berputar balik arah dan menyeberang, kembali mengambil arah kiri jalan. Irish menyusul di sampingnya.
"Maaf karena menyusahkan, baby." Kata Aiden sambil mereka terus berjalan.
"Ini tidak seberapa." Jawab Irish. "Kemana kau berencana untuk membawaku?" Sambungnya.
"Ke suatu tempat. Tapi karena kejadiannya seperti ini, kita simpan saja rencana itu untuk lain kali."
KAMU SEDANG MEMBACA
The SASSY Girl
RomanceHolly shit! Seorang pria dengan lancang menarik ku keluar dari dalam sebuah club malam. Kepala ku terasa berdenyut. Bukan karena alkohol, namun karena ocehannya yang tak putus putus. Aiden sialan! Ada apa dengan pria gila satu ini? Aku menyentak tan...