"Woo, lihat siapa yang datang, bibi."
Oh, itu adalah suara Amaris begitu dia menyadari kedatanganku sambil menenteng laptop yang masih terbuka. Dia sedang memasak bersama dengan ibuku dan beberapa maid untuk makan malam.
Aku meneruskan langkah untuk mendekati meja pantry dan duduk di dekat sana.
"Aku haus, Amaris. Bisa tolong ambilkan aku air?" Kataku sambil menelungkupkan kepalaku di atas meja.
"Yes, of course."
"Sebuah kemajuan untuk putriku, Amaris. Hari ini aku melihat dia menggunakan dres, dan sekarang dia masuk ke dapur."
Ibuku bergurau tentang diriku sambil terus mengaduk masakannya. But actually, yang dia katakan tidak sepenuhnya gurauan.
"Apa yang kau lakukan dengan laptop itu, Irish?" Amaris bertanya tepat saat dia meletakkan segelas air di meja.
Aku memberinya isyarat untuk menunggu ku meminum meminumnya hingga tandas tak tersisa, baru setelah itu aku menjawab pertanyannya dengan, "Perusahaan Aiden sedang mengalami kebocoran data. Aku dan ayahmu baru saja meretas kembali siapa pelakunya. Dan huft.. Aku menatap layar laptop ini selama berjam jam tanpa henti. Sangat melelahkan."
"Oh, ya? Oh my God.. Ku harap Adam's Group tidak memiliki masalah besar."
"Ya, it's fine, Amaris."
"Kau juga bisa meretas, Irish? Kenapa ibu baru tahu?" Ibuku kembali menimpali pembicaraan.
"Itu karena yang ibu ingat tentang ku hanya anak nakal yang suka bertengkar."
"Ya, dan kau memang seperti itu."
See?
Ibuku menjawabnya dengan sangat enteng.
"Whatever." Putusku menyerah. Hei, seorang ibu tidak pernah bisa dibantah kan?
"Permisi, nona.. Nona Irish dipanggil tuan Xavier ke ruangannya sekarang."
Tawa ibu dan Amaris terhenti ketika seorang pelayan datang menyampaikan pesan, membuat kami sedikit merasa terheran.
"Ini sudah mendekati makan malam. Apa paman Xavier memintaku datang sekarang?"
"Ya, nona."
"Baiklah, aku akan segera datang."
***********
Aku sama sekali tidak tahu isi kepala Aiden hingga dia mendatangi paviliun keluargaku dan meminta ijin pada ayahku untuk tidur di kamar ku.
Ah, maksudku.. He have a bigger room then mine. Lalu kenapa dia justru memilih mengungsi ke kamarku daripada menetap di kamarnya yang luas dan nyaman itu?
Dia bilang ayahku sedikit terkejut saat dia datang dan meminta ijin padanya untuk tidur disini. Namun setelah itu dia juga berkata, "Ayahmu pasti sudah bisa menebak tentang apa yang terjadi pada kita."
Ya, itu pasti.
Bukan hanya ayahku, bahkan semua orang pun pasti akan bisa segera tahu tentang apa yang terjadi diantara aku dan Aiden.
Kami memang tidak berniat menyembunyikannya. Biarkan semua orang tahu dengan sendirinya, begitulah kesepakan yang kami buat.
"Apa kau bertemu ibuku?"
Aku bertanya padanya.
Aiden, kini dia sedang terdidur di sebelah ku. Posisi kami miring dan saling berhadapan. Lampu kamar sudah ku matikan dan hanya menyisakan lampu nakas sebagai penerangan. Kami sudah bersiap untuk tidur. Hanya sedikit bed talk untuk sekedar basa basi sebelum tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
The SASSY Girl
RomanceHolly shit! Seorang pria dengan lancang menarik ku keluar dari dalam sebuah club malam. Kepala ku terasa berdenyut. Bukan karena alkohol, namun karena ocehannya yang tak putus putus. Aiden sialan! Ada apa dengan pria gila satu ini? Aku menyentak tan...