15. Berdebat

90 23 0
                                    

Jempolmu tidak akan terluka jika menekan bintang 🌟
.
.
.
.

"Kau sudah bangun?" Wanita itu menghentikan langkahnya, kemudian menoleh ke sumber suara, ia menatap dalam Lelaki itu seolah berpikir.

"Kita pernah bertemu di rumah Min Yoongi" ucap Lelaki itu seolah-olah bisa mengerti apa yang Wanita itu pikiran.

"Oh, a-aku Son Seungwan" gugup wanita itu. Ia menatap sekelilingnya, seperti asing. Pasti ini rumah Lelaki ini pikirnya.

"Makanlah supnya, agar pengarmu hilang"

Seungwan mendudukkan dirinya, ia menatap makanan yang sudah tersaji rapih di atas meja. Dengan ragu wanita itu mulai menyuap makanan tersebut.

"Kau tidak penasaran siapa aku?"

Wanita itu mengangguk, membenarkan pertanyaan sang lelaki. Sebenarnya ia sangat penasaran, kendati mereka pernah bertemu, namun terlalu segan untuk bertanya. Al hasil ia lebih memilih untuk bungkam.

"Namaku Park Jimin, aku yang membawamu kemari. Kau tidak keberatan kan?"

Keberatan? Siapa yang akan keberatan jika di tolong, malah Seungwan harus berterima kasih pada Jimin. Seungwan tau jika lelaki itu orang baik, makanya ia hanya diam tanpa perlu bertanya.

"Tidak. Terimakasih karna kau telah menolongku"

Jimin mengangguk, ia sangat yakin jika Seungwan wanita yang sopan. Tapi, melihat keadaan wanita itu semalam, Jimin dapat memastikan jika Seungwan sakit hati dengan kenyataan. Kenyataan bahwa Yoongi mengencaninya hanya karna wanita itu mirip Wendy.

"Kau teman Yoongi?" Seungwan bertanya, menatap Jimin ragu.

Lelaki itu menghentikan kunyahan pada mulutnya, kemudian menjawab.

"Aku saingan Yoongi"

"Dalam hal?"

"Merebut hati Wendy"

🌺🌺🌺

Yoongi tidak masuk kantor, ia sibuk. Sibuk mencari keberadaan kekasihnya yang sudah kehilangan kontak dari tadi malam.

Dengan tampang kusut dan wajah lusuh, lelaki itu mendatangi lagi apartemen Seungwan. Berharap sang kekasih sudah ada di sana.

Di depan gedung apartemen, mata Yoongi menatap sosok yang ia cari-cari sedang keluar dari taksi dengan pakaian yang sama seperti kemarin.

Lelaki itu tau jika wanitanya tidak pulang sejak semalam, dan hal itu memicu amarah Yoongi. Dengan mata memerah, nafas yang di tarik paksa, lelaki itu membuka pintu mobilnya dan menghempaskannya kasar sehingga menghasilkan dentuman yang keras.

Suara tersebut mengundang atensi Seungwan untuk menoleh pada sumber suara. Wanita itu melihat Yoongi, sungguh Seungwan sangat tidak ingin melihat lelaki itu sekarang, apalagi berbicara, ia butuh ketenangan untuk menyambut kenyataan.

"Baru pulang ternyata" ujar Yoongi sembari mendekat "kenapa baru pulang Hem? Aku mencarimu kemana-mana, dari mana saja kau?" Emosi Yoongi.

"Kau marah? Bukankah seharusnya aku yang marah?"

"Apa? Kau pergi tanpa pamit, ponselmu tidak aktif, kau baru pulang dan sekarang kau bilang 'Bukankah seharusnya aku yang marah?' Apa maksud mu?"

"Sudahlah, aku sedang malas berdebat" Seungwan hendak pergi, namun Yoongi menarik tangan wanita itu, menahan kepergiannya.

"Aku tidak ingin berdebat, aku ingin penjelasan. Tidakkah kau berpikir jika aku khawatir sampai mau gila?"

Seungwan menatapnya, raut wajah Yoongi memang terlihat lelah, tampilannya sangat kusut. Wanita itu tau jika keadaan Yoongi sangat kacau.

"Pulanglah, kau butuh istirahat" ujar Seungwan meninggalkan Yoongi.

🌺🌺🌺

"Yak Park Jimin! Kenapa lama sekali membukakan pintu?" Kesal Taehyung. Lelaki itu masuk, mendahului pemilik apartemen.

"Ada apa datang kemari?"

"Memangnya harus ada alasan datang ke rumah sahabat sendiri?"

"Harus!"

"Kau makan dengan siapa?" Tanya Taehyung saat melihat meja makan terdapat dua piring yang berseberangan.

"Seungwan"

Taehyung berpikir, "Seungwan, Seungwan, Seungwan, Seungwan kekasih Min Yoongi maksudmu? Yang mirip Wendy kita?"

Jimin mengangguk, lelaki itu membereskan meja makannya, di bantu oleh Kim Taehyung.

"Kenapa dia bisa di sini?"

"Hem... begitulah" balas lelaki Park tersebut, membuat Taehyung berpraduga.

"Kau tidak berkencan dengannya kan?"

"Astaga Kim! Apa yang kau pikirkan"

"Bisa saja kan, kau menyukainya karna ia mirip Son Wendy"

"Sekarang aku sudah punya Seulgi, kalau kau lupa"

"Tapi tetap saja aku curiga"

"Yang jelas bukan seperti itu"

"Lalu untuk apa dia ada di apartemenmu ini Park Jimin?" Ujar Taehyung, yang jelas lelaki itu sedang mengorek informasi dari si bantet Park Jimin.

"Semalam aku bertemu dia di bar dalam keadaan mabuk, jadi aku membawanya ke sini karna dia sudah tak sadarkan diri"

"Apa Yoongi tau?"

"Tidak"

"Kenapa?"

"Seungwan melarang ku untuk bercerita pada siapa-siapa"

"Terus kenapa kau menceritakannya padaku?"

"Karna kau memaksa"

🌺🌺🌺

Seungwan menangis, hatinya terlampau sakit menerima kenyataan. Dia duduk dilantai, dengan kepala yang menyandar di ranjang. Sesekali di tatapnya foto yang ada didompet Min Yoongi.

Ingatan wanita itu terbayang dengan pertemuan mereka, memang terasa di buat-buat dan terkesan terpaksa. Sudah beberapa jam wanita itu menangis tanpa niat membersihkan dirinya yang sama sekali belum menyentuh air dari semalam.

Ponselnya berdering...

Ia menjangkau ponsel pintar itu dan hendak menonaktifkannya, namun matanya melihat sosok yang tertera adalah Park Jimin, bukan Min Yoongi.

Seungwan menghapus air matanya, kemudian mengangkat teleponnya.

"Halo"

"Biar ku tebak, kau pasti sedang menangis"

Benar. Wanita itu sedang menangis, namun ia tahan. Biarlah airmata keluar tanpa suara. Seungwan tak mau ada yang tau jika ia tengah terpuruk, apalagi karna seorang lelaki.

"Katakan ada apa?"

"Jangan menangis"

"Kalau itu yang ingin kau katakan maka aku tu----"

"Tunggu" potong Jimin cepat. "Berbagilah denganku"

"Kenapa harus?"

"Karna kau temanku"

"Teman? Kurasa kita tidak pernah berteman"

"Sejak aku meminta nomor ponsel mu, sejak itu pula aku menganggapmu sebagai temanku. Jadi datanglah padaku, bersandarkan padaku sebagai seorang teman"

Dan Seungwan,, tidak bisa untuk tidak menangis lagi.

LADY SKY (Wenga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang