27. Kehilangan

97 20 0
                                    

Jimin membuka pintu cafetaria dengan senyum yang mengembang, menandakan bahwa pria itu bahagia. Matanya mengintari seluruh ruangan, mencari sosok yang ia harapkan. Saat menemukannya, pria itu langsung bergegas duduk di depan Wanita tersebut.

"Sudah menunggu lama?" Tanya Jimin, raut wajah pria itu terlihat sangat berseri-seri.

"Belum. Aku baru sampai"

"Ada gerangan apa kau ingin mentraktirku makan?"

"Tidak boleh?"

"Bukan begitu, tentu saja boleh. Kalau bisa setiap hari" kekeh Jimin.

"Kau benar-benar ingin melihatku jadi gembel" cecar wanita itu bercanda, mengundang tawa Jimin. Tawa pria itu meledak hingga matanya menyipit dan tak terlihat.

"Kalau kau jadi gembel, aku dengan senang hati akan memungutmu"

"Ya, tentu saja. Dan kau juga akan menjadi gembel sepertiku"

"Astaga! Negara ini akan di penuhi oleh gembel-gembel berkelas seperti kita" Mereka tertawa bersama, melontarkan canda dan berbagi kebahagiaan.

Bagi Jimin, hal sederhana yang mampu menghasilkan kebahagiaan luar biasa adalah saat-saat ia bersama wanita yang ada di depannya sekarang.

"Jim, setelah ini kita jalan-jalan ya. Selama kita berteman kita tidak pernah menghabiskan waktu bersama"

"Baiklah. Apapun untukmu"

🌹🌹🌹

Mereka jalan berdua, mengitari taman indah yang di penuhi bunga-bunga. Banyak orang yang berlalu lalang, sekedar berfoto atau hanya menikmati suasana seperti mereka.

"Di sini indah ya Seungwan"

"Hem,,sangat indah. Sampai-sampai aku tidak ingin pergi dari sini"

"Kita bisa datang lagi ke sini kalau kau mau, kapan pun, aku siap menemanimu"

"Bisakah?"

"Tentu saja bisa" jawab Jimin mantap. Sementara Son hanya terkekeh.

"Jim, apa kau mau berteman denganku karna aku mirip Wendy?"

Kaki Jimin berhenti melangkah, ia menoleh, melihat Son dengan tatapan serius.

"Tidak Seungwan. Aku berteman denganmu karna kau Seungwan, bukan karna Wendy ataupun karna kau mirip dengannya"

Langkah Son ikut berhenti, ia menoleh kebelakang. Mendapati pria itu yang sedang menatapnya dalam.

"Benarkah?"

"Tentu saja"

Bolehkah? Bolehkah jatuh cinta pada Jimin saja? Pria itu sungguh sangat baik dan sempurna.

"Bukankah kau menyukainya? Menyukai Wendy"

"Iya. Itu dulu, sekarang aku punya wanita lain yang aku cintai"

"Wah,, wanita itu beruntung sekali bisa mendapatkanmu Jim"

"Hmm" entahlah, Jimin merasakan desiran aneh di dadanya.

Mereka terdiam, kemudian kembali berjalan tanpa arah. Melewati bunga-bunga yang bermekaran.

"Kau satu-satunya temanku di sini Jim"

Jimin menoleh, membuat Son juga ikut menoleh padanya.
"Wah,, aku merasa istimewa kalau begitu. Menjadi satu-satunya"

Seungwan terkekeh melihat ekspresi narsis yang ditunjukkan pria itu. Park Jimin terlihat berbeda hari ini.

"Park Jimin, terimakasih untuk semuanya"

"Kenapa tiba-tiba kau mengatakan itu?"

Jujur. Perasaan Jimin mulai tidak enak. Desiran aneh di dadanya kian menguat seiring tutur kata wanita itu.

"Karna aku rasa ini pertemuan terakhir kita"

"Apa maksudmu Son Seungwan?"

"Aku sudah memutuskan untuk kembali ke Kanada"

Dan Jimin kehilangan untuk kedua kalinya.

🌹🌹🌹

Yoon, maaf pergi tanpa pamit terlebih dahulu. Aku pergi dengan membawa seluruh cintaku padamu. Maaf Yoon, maaf tidak bisa bertahan bersamamu. Aku tidak bisa menjadi orang lain, tidak akan pernah bisa. Kau bisa menuntutku lain kali, saat kita bertemu kembali. Jika saat itu kau masih belum mencintaiku sebagai diriku, maka aku akan pergi Yoon untuk selama-lamanya.

Son Seungwan

Yoongi meremas surat pemberian wanita itu, kemudian meraih kunci mobilnya untuk menyusul Seungwan ke kediaman wanita tersebut.

"Tidak, aku tidak akan kehilanganmu lagi Son"

Pria itu melajukan mobil kencang, tak peduli jika itu membahayakan dirinya. Min tidak peduli lagi. Ia hanya ingin wanita itu kembali ke pelukannya.

Yoongi menepikan mobilnya saat melihat Jimin berdiri berjarak lima meter di depan pintu lobi terdiam sambil menatap ke atas, lebih tepatnya lantai lima--kediaman Seungwan. Pria itu terdiam di sana. Menatap dengan tatapan kosong.

"Jimin, apa yang kau lakukan di sini?" Yoongi menghampiri pria itu.

"Dia sudah pergi Yoon. Benar-benar pergi"

Tubuh Min melemas, ia terlambat.

"Dia tidak bilang akan kemana?" Tanya Yoongi.

"Seharusnya kau belajar menerima kenyataan Yoon, bahwa Wendy buka takdirmu. Ia hanya bagian dari cerita hidupmu, datang sebagai perantara, bukan sebagai pelengkap"

Jimin pergi meninggalkan Yoongi yang terdiam di sana.

Sementara Yoongi, pria itu tidak mampu melakukan apapun. Ia juga ikut menatap lantai rumah wanita itu.

Jadi, Kemarin pertemuan terakhir mereka?

Lututnya tidak mampu menahan bobot tubuhnya, Min terjatuh dengan lutut yang menapak dasar bumi. Ia menangis dalam diam.

"Maafkan aku Son. Seharusnya aku mencintai dirimu"

🌹🌹🌹

Seungwan menatap layar ponselnya, setetes air matanya menetes jatuh ke ponsel wanita itu dan mengenai foto mereka berdua. Ia mengusapnya.

"Maaf Yoon, aku menyerah pada cintaku. Kau akan selamanya mencintai istrimu tanpa pernah menatapku. Kau tidak pernah menganggapku ada, dan itu sakit sekali Yoon"

Kepada penumpang air Korea untuk segera menonaktifkan ponselnya karena sebentar lagi pesawat akan lepas landas

Wanita itu menyimpan ponselnya, beriringan dengan menyimpan seluruh harapan yang tak akan jadi kenyataan.

"Aku pergi Yoon"

Saat Seungwan menjalin hubungan dengan Yoongi, nama Wendy menjadi konten sensitif bagi wanita itu. Sebab ia tau, jika nama itu adalah nama wanita yang sangat Yoongi cintai.

Bukan, bukan salah Wendy. Tapi salah Yoongi yang memanggil Seungwan dengan nama Wendy membuat dada wanita itu sesak.

LADY SKY (Wenga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang