Di lain tempat Rindou dan Sanzu terus berjalan sambil menenteng galon dan botol yang diisi batu itu sementara Ran dan Kakucho mengambil gelas bekas untuk dijadikan wadah uang.
"Itu dia lampu merahnya!" Kata Ran sambil menunjuk arah depan.
"Ga usah lu kasih tau juga udah pada tau tolol" celetuk Kakucho.
"Duh jadi ragu" kata Rindou melirik Ran.
"Ga boleh ragu, kalo ragu kita ga makan" kata Ran.
"Huuuffttttt" Sanzu menarik napas panjang.
"Bismillah" kata Sanzu berjalan maju. Rindou mengikutinya dari belakang.
"Lagu apa?" Tanya Sanzu.
"Hm apa yaa? Ah iya ini aja!" Kata Rindou berbisik pada Sanzu.
"Oke"
Rindou mulai menabuh galon itu layaknya sebuah gendang. Sanzu juga menggoyangkan botol berisi batu itu sambil mengikuti irama.
Ingat mati, ingat sakit, ingatlah saat kau sulit
Ingat, ingat hidup cuma satu kali"Lah anjirr kok lagu ini" kata Ran menahan tawanya.
"Urat malu mereka dah bener-bener putus kayanya" celetuk Kakucho.
Rindou dan Sanzu masih kompak menyanyikan lagu yang membuat orang-orang menyisihkan uangnya dan memasukannya ke dalam gelas yang dipegang Ran dan Kakucho.
Berapa dosa kau buat? Berapa kali maksiat?
Ingat, ingat sobat, ingatlah akhiratSesaat setelah nyanyian tersebut selesai, lampu berubah menjadi hijau. Ran, Kakucho, Rindou dan Sanzu segera menyingkir dari jalanan setelah mendapatkan beberapa uang.
"Subhanallah tobat" kata Ran terkekeh.
"Jeh urat malu gua putus njing" jawab Sanzu.
"Yang penting dapet uang, yuk makan" kata Rindou.
"Belum cukup tolol" kata Kakucho setelah menghitung uang.
"Yaudah ga usah ngegas dong jancuk" jawab Rindou.
"Istighfar, taubatlah wahai anak muda" celetuk Ran.
"Tobat tobat juga barusan kita abis ngebunuh" kata Sanzu.
"Yaudah noh lampunya dah merah lagi, lanjut ngamen cepet" perintah Ran.
Sanzu dan Rindou kembali berjalan ke arah motor yang berhenti itu.
"Lagu apa nih selanjutnya?" Kata Ran menanti tidak sabar.
Rindou mulai kembali menabuh galon itu bagaikan gendang. Sanzu menarik napas, bersiap bernyanyi.
Si Udin datang kepadaku
Saat itu malam pukul tujuh"BWAHAHAHAH KACAU ANJIR" kata Ran terbahak-bahak, melanggar persyaratan tadi. Rindou melanjutkan nyanyiannya sambil melihat sinis ke Ran, begitu juga Sanzu yang menatap Ran dengan pandangan membunuh.
Dia bertanya doa bahagia
'Ku jawab, "Inilah doanya""Semangaat Riinnnn! Sanzu jugaaa!" Teriak Ran ditengah keramaian itu.
Robbanaa atina fid dunya hasanah
Wa fil aakhirati hasanah
Waqiina azaaban naar"AAMIINN!!" teriak Ran dan Kakucho berbarengan.
Mereka mendapatkan uang yang cukup banyak dari pengendara yang lewat itu. Rindou dan Sanzu tampak memasang tatapan membunuh kepada Ran dan Kakucho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Dimension [Tokyo Revengers]
Mystery / Thriller"Apa kau yakin tempat tempat kau berdiri sekarang benar-benar ada? Atau hanya fatamorgana?" Mendaki gunung merupakan hal yang menyenangkan bukan? Bagaimana jika hal yang awalnya dianggap menyenangkan justru malah mendatangkan pengalaman tak terlupak...