PROLOG

37 13 1
                                    

Suara langkah kaki yang bersahut-sahutan semakin jelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara langkah kaki yang bersahut-sahutan semakin jelas. Gesekkan antara benda tajam dan kasarnya lantai memekakkan telinga.

Seorang gadis dengan tergesa menambah laju langkah kakinya sembari menangis dengan keras. Entah apa yang mengejarnya, namun raut wajah perempuan itu tersirat akan kekecewaan, kesedihan, rasa kasihan, dan juga takut akan kematian.

"P-pergi! Gue benci lo yang kaya gini! Lo bukan orang yang gue sayang!"

"Enyah lo sialan! Jangan bunuh gue!"

Tangisan gadis itu semakin keras. Lorong-lorong yang bagai tak berujung semakin membuatnya frustasi.

Setiap berbelok, akan ada cabang lorong lagi, sedangkan lawan bicara gadis itu hanya asyik mengikutinya dengan menyeret sebilah pedang yang entah dari mana orang tersebut mendapatkannya.

Hingga gadis itu terpojok, isak tangis masih terdengar, sedangkan sosok itu berdiri tak jauh di depannya dengan senyum bahagia, kemudian ia berjalan mendekati sang gadis.

Dengan spontan gadis tersebut duduk meringkuk, tak berani menatap ke arah sosok tersebut.

"Kenapa kamu menangis? Aku tidak mengambil permenmu," ucapnya yang hanya dibalas gelengan dan isakkan calon korbannya.

"Oh, iya. Kau akan pergi jauh setelah ini, apa boneka kelinci favoritmu tertinggal?"

Setelah itu, hanya ada suara yang memilukkan memenuhi sepanjang lorong.

Setelah itu, hanya ada suara yang memilukkan memenuhi sepanjang lorong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DEATH MELODYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang