Tepatnya 30 menit yang lalu, acara diesnatalis SMA Bima Sakti resmi dibuka. Berbagai mata lomba sudah mulai dimulai. Tak hanya itu, kegiatan di bazar pun semakin ramai karena ada alumni SBISA juga di sana.Beralih ke kelas XII IPA 1. Semua anak sibuk dengan kegiatan mereka, untungnya petugas penilai kebersihan kelas sudah menilai kelas mereka dan sekarang … IPA 1 kembali seperti kapal pecah.
Berbagai stok bumbu makanan yang tak muat di stand ditampung di kelas. Mari kita ambil contoh, sosis, air di galon, baso, makaroni, dan lain-lain.
Mr. Bunny berada di pelukkan Viola sepanjang pagi itu. Entah lah, rasanya senang sekali mendapat bonek dari Felix. Padahal bazar belum resmi dibuka, tapi lelaki itu sudah bermain game lalu mendapat hadiah berupa bone kelinci. Ah, lucunya.
Saat ini, Viola tengah duduk di pinggir lapangan dengan diapit Saga dan Ravel yang sudah memakai jersey futsal. Masih ada waktu 1 jam sebelum giliran tim mereka bertanding. Lomba yang akan digelar di panggung kali ini adalah cabang dance. Beruntungnya, kelas Viola mendapat giliran pertama.
"SEMANGAT, QUEEN'S!" teriak Viola.
Ia melihat tim Clara yang mulai memasuki panggung dengan kostum mereka yang sangat 'unyu'.
"CLARA CANS ALL TEAM SEMANGAT!" teriak Viola. Gadis itu terus menyemangati teman-temannya.
Clara mendengar teriak Viola. Gadis itu melambai-lambaikan tangannya pada teman-temannya yang sibuk bersorak dari pinggir lapangan. Clara tersenyum manis.
Setelah berdiskusi soal lagu, Queen's Team pun memulai dance mereka. Dengan lincahnya gerakan Clara dan kawan-kawan membuat penonton terpukau. Mereka meng-cover dance Secret Story of the Swan dari IZ*ONE.
"Duh, angsanya cantik woii!!"
"Lincah banget kaya ulet nangka!"
"Pala lo mulus kek perosotan TK disamain ulet nangka!!"
Beberapa menit kemudian, sorak sorai memekakkan telinga. Tepuk tangan ditujukan untuk Queen's Team. Clara tersenyum lebar di atas panggung, begitu juga dengan teman-teman yang lain.
"Alhamdulillah, selesai juga. Jantung gue berasa mau copot di panggung," ucap Clara. Kini ia ikut bergabung dengan Viola, Saga, dan Ravel.
Viola memeluk Clara. "Aaa!! Bagus banget, Ra. Bangga deh gue jadinya, punya angsa yang cantik kaya lo!"
Clara mendengus sebal. "Makasih pujiannya, tapi gue, kan, manusia. Bukan angsa." Gadis itu bersedekap dengan bibir yang mengerucut.
"Angsanya mendadak buluk abis turun panggung," ejek Ravel dengan muka menyebalkan.
"Lo, kan, yang neriakin gue kaya ulet nangka tadi?!" Ravel terkekeh lalu bersembunyi di balik punggung tegap Saga.
"Ampun, Mak Lampir. Maafkan hamba. Kisanak, lindungi saya," pinta Ravel pada Saga. Lelaki itu hanya memutar bola mata malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH MELODY
Teen FictionJika Felix adalah monokrom, maka Viola adalah pancarona. Jika Felix adalah sebuah kecacatan, maka Viola adalah kesempurnaan. Gelap yang terdahulu, perlahan tersingkir oleh terang. Sama halnya dengan Viola yang mencoba menjadi lentera untuk Felix ya...