Hari ini tepat sehari sebelum acara besar SMA Bima Sakti diselenggarakan. Semuanya sangat sibuk dengan kegiatan di kelas mereka. Mulai dari hal yang sepele dan penting, harus dipersiapkan dengan matang karena ini adalah momen yang paling ditunggu-tunggu.
Halaman depan, belakang, taman, semuanya didekorasi dengan apik oleh murid-murid. Semua anggota organisasi SBISA —SMA Bima Sakti, terjun ke lapangan membantu jalannya persiapan acara ini. Tak ayal, murid-murid reguler pun membantu mereka.
Tidak ada sejarah Ulang Tahun SBISA tak meninggalkan kenangan manis disetiap tahunnya, baik dari persiapannya maupun jalannya acara. Maka dari itu, sebisa mungkin mereka semua mempersiapkan acara itu sematang dan sebagus mungkin.
Seperti saat ini, kekacauan sedang melanda XII IPA 1.
"GUNTING MANA GUNTING?!"
"SOLATIP, NGAB!"
"ITU LO DUDUKIN WOI!"
Kelas yang awalnya bersih, rapi, dan wangi itu berevolusi menjadi tempat yang sangat hancur parah, seperti sehabis dihantam badai, angin topan, banjir, dan tsunami.
Bagaimana tidak? Genangan air akibat minuman yang tumpah, sobekan kertas yang bertebaran, barang-barang yang berserakan, dan juga meja kursi yang sudah dipinggirkan untuk membentuk ruang lapang di tengah kelas.
"Ravel, masih bisa bantu kita kaga lo?" tanya salah satu anak laki-laki.
Ravel menoleh. "Bantuin apa? Gue sibuk tau."
"Sibuk nonton yang lain kerja?" decak anak itu, membuat Ravel terkekeh.
"Ya iya lah. Menonton itu termasuk kegiatan. Kan nanti gue juga latihan futsal lagi. Nggak boleh capek-capek," ucap Ravel.
"Ngeles aja lo kaya bumil. Ayo, ikut kita ngediriin tenda stand kelas!" Ravel diseret paksa dua anak lelaki menuju halaman, tempat di mana bazar akan diadakan.
Ravel berteriak meminta pertolongan. Berharap ciwi-ciwi yang mengaguminya akan menolongnya.
"AAAAA!!!! TOLONGIN ABANG RAVEL YANG GANS INI!!" teriaknya mengundang perhatian orang-orang di sekitar koridor. Gelak tawa terdengar dari kelasnya. Bukan teman jikalau tidak laknat. Bukankah begitu, hm?
Memang, saat ini bukan The Most Wanted yang kita lihat, namun lebih ke anak kecil yang sedang diseret dua ibunya untuk tidur siang. Ada yang bandel tidur siang waktu kecil? Hahaha.
***
"Jadi, nanti kalian masuknya lewat tangga yang ini. Keluar lewat yang tangga kiri. Jangan sampai jatuh, perhatiin langkah, oke?"
"Oke, Kak." Gadis itu tersenyum senang lalu menghapus gambar di papan tulis.
Ruang musik SBISA sangat ramai. Semua peserta musikalisasi dan menyanyi berkumpul di sana. Mereka pun sudah merencanakan suatu persembahan spesial di akhir acara nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH MELODY
Teen FictionJika Felix adalah monokrom, maka Viola adalah pancarona. Jika Felix adalah sebuah kecacatan, maka Viola adalah kesempurnaan. Gelap yang terdahulu, perlahan tersingkir oleh terang. Sama halnya dengan Viola yang mencoba menjadi lentera untuk Felix ya...