8. What happened, Felix?

9 6 0
                                    

Hari ini suasana SMA Bima Sakti sangatlah ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini suasana SMA Bima Sakti sangatlah ramai. Banyak siswa yang berlalu-lalang seraya membawa banyak peralatan. Tak jarang, dapat kita temukan beberapa dari mereka yang hanya santai-santai dan memantau kegiatan saja.

Pihak sekolah memutuskan untuk meliburkan KBM untuk beberapa hari kedepan, mungkin akan diisi satu kali atau dua kali KBM saja. Semuanya fokus untuk acara hari jadi sekolah yang kurang lebih diselenggarakan 3 hari lagi.

Berbagai rangkaian acara pun diumumkan oleh OSIS satu minggu yang lalu. Lebih tepatnya sehari setelah Bu Ani memberi tahu akan perkiraan acara ini kepada kelas Viola dan kawan-kawan.

Tak hanya menyanyi, OSIS menetapkan beberapa lomba lagi yaitu, cerdas cermat, dance, futsal, musikalisasi puisi/menyanyi, dan Bazar Milky Way. Kenapa Milky Way? Karena sekolah mereka adalah Bima Sakti, hahaha.

Seperti saat ini, kelas Viola pun sibuk mempersiapkan untuk acara tersebut.

"WOI, RUMBAI-RUMBAI RAPIA GUE SAPE YANG NYOLONG, WOI!" teriak Ravel. Cowok itu celingukan kesana-kemari mencari barang yang sudah sedari satu jam yang lalu ia kerjakan, walaupun sebenarnya hal itu tidak digunakan untuk acara ini. Dasar.

"KAGA TAU ANYING!" jawab seisi kelas kemudian tertawa keras.

"Gelo sia semua," sungut Ravel. Cowok itu mendelik tak suka. "Rumbai-rumbai gue ke mana woi! Aelah," lanjutnya.

Viola mendekat. "Mau lo apain, sih? Mau lo pake rok? Belok lo sekarang?"

"Eh, goblok bener, nih, anak atu," umpat Ravel kemudian mengelus dadanya.

Viola hanya mengedikkan bahunya. "Ngalah sama Jamet dapet pahala gue mah," kekehnya kemudian menjauh dari Ravel. Pasti sebentar lagi mulut Ravel yang lebar itu akan terbuka lebar dengan durasi yang lama.

"VIOLA ANJ- hmpphh!!!" ucapan Ravel terpotong.

"Mamam tuh rok rapia lo!" Clara berkata dengan bangga saat misi tertuntaskan. Menyumpal mulut Ravel sebelum otak teman-temannya terkontaminasi oleh kata-kata mutiara.

Ravel melepeh sisa rapia yang lengket di gusi dan lidahnya. "Bweh, sialan, Clara. Kasih makanan kek kalo mau nyumpel orang."

"Lo, kan, nyari tuh barang. Dah balik noh, seneng nggak?"

"Yang ada nyangkut di gigi gue juga anjirr!" teriak Ravel frustasi.

"Absurd, sih, lo. Orang mah selilitan makanan, lah lo … selilitan rapia," ejek Kiki yang sedari tadi diam memperhatikan keduanya.

"Diem lo bucin buku, atau otong lo gue potong, gue jadiin sosis bakar bazar entar," desis Ravel tak suka seraya menunjuk area bawah Kiki.

"NAJIS, YA, ANDA." Kiki menatap tajam Ravel.  "Ancur masa depan gue kalo kaga ada dia."

"Ah, masa …" goda Ravel. Ia mendekati Kiki dengan membawa gunting yang ia dapat di dekat meja.

"Yuk, Abang Kiki. Saya sunat lagi," ajak Ravel. Kiki segera kabur dari sana, bisa kacau seisi kelas jika ia bermain kucing dan tikus dalam kelas.

DEATH MELODYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang