Labrynthine - 011

1.3K 259 89
                                    

LABRYNTHINE 11

Nyatanya kini hidupku seolah ditentukan oleh sebuah amplop putih; berdiri atau kian melebur.

Nyatanya kini hidupku seolah ditentukan oleh sebuah amplop putih; berdiri atau kian melebur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝓱𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓻𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

Satu jam sebelum bel berbunyi, Reizo memilih untuk keluar kelas bersama Nayaka dan Agas. Sedangkan Owen sendiri, cowok itu sudah tak memasuki kelas sejak satu jam lalu. Ketiganya membolos ke luar area kawasan, tepatnya area belakang gedung sekolah.

Tidak ada warung seperti di cerita novel yang dijadikan markas, belakang sekolah hanyalah gedung tua empat lantai yang pembangunannya tidak dilanjutkan, gedung yang jauh dari jangkauan razia anak OSIS dan guru piket, membuat anak-anak nakal bisa ngerokok dan bolos dengan aman; seperti Reizo dan lainnya.

"Eh, udah lama Rages gak kumpul, tuh anak juga gak pernah ke ikut ke Cerber," ucap Nayaka menyesap rokoknya dan menghembuskannya secara perlahan.

"Tadi udah gue suruh bolos ke sini," sahut Agas.

Nayaka terkekeh. "Njing," makinya.

"Cocok banget lo jadi setan," timpal Owen yang memang sudah lebih dulu di sana.

Agas tertawa. "Prinsipnya, satu tersesat, semuanya kudu tersesat."

"Sialan." Nayaka menendang pelan belakang sepatu Agas. Sedangkan orangnya, sudah tertawa keras.

Reizo menghidupkan rokok di yang terselip di bibirnya. Ia duduk di tangga dengan kaki terbuka. Dari tempatnya, ia bisa melihat Rages yang menaiki tangga.

"Dor!" seru Rages. Ia berdecih melihat ekspresi datar dari teman-temannya itu. Ia lantas duduk di satu undakan di bawah Reizo.

"Ngapain lo bawa tas?" tanya Nayaka.

Rages tersenyum. "Habis bolos otw pulang, males balik ke Aloka."

"Rumah?" tanya Reizo.

Senyum Rages berubah menjadi senyum sinis. "Apart lah, males bat balik ke rumah," ucapnya.

"Vape gue mana?" tanya Agas menengadahkan tangannya.

Rages mendengus, ia membuka tas hitamnya. Tatapannya seketika terpaku pada lima amplop putih dengan sebuah logo rumah sakit di salah satu sisinya. Dari lima amplop itu, ada satu amplop yang sudah ia buka. Lima amplop putih itu memiliki nama pemilik yang masing-masing berbeda. Helaan napas pelan terdengar dari bibirnya, kemudian terlonjak kaget mendengar seruan Agas yang tak sabar.

"Sabar kek, anjing!" dengus Rages kesal. Ia beralih membuka tempat di mana ia biasanya menyimpan rokok atau vapenya. "Makan tuh!" serunya melempar sebuah vape pada Agas.

Sayangnya, lemparan Rages melenceng membuat vape itu tak dapat ditangkap Agas dan berakhir jatuh dari lantai dua.

"Fuck!" umpat Agas. "Anjing betul!"

𝗟𝗔𝗕𝗥𝗬𝗡𝗧𝗛𝗜𝗡𝗘 [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang