— LABRYNTHINE —
𝓱𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓻𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰
Reizo duduk di atas motornya di samping gerbang. Cowok itu terlihat tak acuh dengan sekitarnya, ia sibuk menghubungi kekasihnya yang belum juga datang.
Cowok itu terlihat mencolok dengan seragamnya yang terlihat berbeda membuat banyak siswa-siswi yang lewat meliriknya penasaran. Apa gerangan anak SMA sebelah datang ke SMA Aloka.
Tak jarang anak perempuan terkikik dan tersenyum malu melihat wajah datar tetapi tampan milik Reizo. Apalagi aura dan kharismanya yang bikin panas dingin.
"Reize!"
Panggilan itu membuat Reizo mendongakkan tatapannya. Ia tersenyum tipis melihat kekasihnya yang datang.
Namanya Shenora Lembayung. Ia adalah kekasih Reizo sejak kelas 10. Keduanya berbeda sekolah. Jika Reizo di SMA Cakrawala maka Shenora di SMA Aloka.
"Kenapa lama?" Reizo menarik pinggang Shenora dan memeluknya. Tanpa peduli tempat dan banyaknya orang lewat.
Gadis itu tersenyum meringis. "Maaf, tadi aku piket dulu."
"Jadi jalan?"
Shenora menunduk. Ia meremat tangannya yang saling bertautan. Reizo yang melihat itu menaikkan sebelah alisnya.
"Rei, jalannya kita batalin gimana?" tanya gadis itu pelan, takut cowok itu marah.
Reizo mendengus kasar. "Shei, ini entah ke berapa kalinya kamu batalin janji kita."
Gadis itu menunduk. Tak berani membalas tatapan tajam dari netra gelap Reizo. "Maaf," cicitnya pelan, bahkan seperti bisikan.
Shenora bisa mendengar helaan napas kasar Reizo. Gadis itu memegang lengan Reizo yang masih melingkari pinggangnya. "Reizo, aku minta maaf."
"Gak usah minta maaf, aku gak butuh. Aku cuman minta waktu kamu buat kita quality time, gak lebih, Shei."
"Iya, aku tahu. Tapi-"
Reizo menaikkan alisnya ketika Shenora menggantungkan kalimatnya. Sekilas ia bisa melihat ada tatapan berbeda dari netra kekasihnya itu. Ia jadi curiga ada sesuatu.
"Kamu kenapa sih?"
Shenora terdiam beberapa sesaat sebelum menggeleng pelan. "Aku-gak papa."
Reizo menatap lekat kekasihnya itu. Ia menyelami netra gadis itu, lagi-lagi ia menemukan tatapan sedih dan luka, walau sekilas.
"Aku gak suka kamu bohong, Shei."
Shenora menegang. Ia mengalihkan tatapannya ke bawah. Menatap sepatunya. "Maaf, Rei."
Reizo mendengus. Tatapannya beralih melirik sekitarnya, ternyata dirinya dan Shenora sudah menjadi tontonan. Cowok itu berdecih, tatapannya seketika menajam, seolah siap menghunus setiap pasang mata yang menatapnya.
"Rei, hari ini kayaknya kita gak bisa pulang bareng, aku ada acara mading," ucap Shenora.
Reizo melepaskan tangannya dari pinggang Shenora. "Ya."
Shenora menunduk bersalah. Ia menatap sepasang sepatu Reizo yang beranjak. Telinganya bisa mendengar cowok itu memakai kembali jaket hitamnya.
"Aku pulang," pamit Reizo.
Tepat sebelum pergi, Shenora menahan lengan Reizo. "Rei, aku minta maaf. Jangan marah, plis."
Tatapan dan nada permohonan gadis itu membuat Reizo menghela napasnya. Cowok itu akui, ia kalah, nyatanya ia tak bisa marah walau apa yang dilakukan Shenora membuatnya kecewa.
"Aku boleh minta peluk?"
Shit! Reizo melepaskan kasar helm fullface-nya. Ia lantas turun dari motor dan menarik Shenora ke dalam pelukannya.
Gadis itu menerimanya dengan senang hati, ia melingkarkan kedua tangannya di leher Reizo. "Aku bakal kangen pelukan ini," lirihnya dalam hati.
Reizo mengecup puncak kepala Shenora sebelum menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Shenora.
"I love you, Reizo."
"I love you too, Shei."
Hari itu nyatanya adalah pertemuan terakhirnya dengan kekasihnya, Shenora.
Reizo tidak tahu apa yang terjadi, yang ia tahu hanya kekasihnya yang menghilang entah kemana. Tak ada kabar sama sekali. Bahkan nomornya tidak aktif dan rumahnya kosong tak berpenghuni.
Where are you, Shei?
𝓽𝓸 𝓫𝓮 𝓬𝓸𝓷𝓽𝓲𝓷𝓾𝓮𝓭
Gak tau kenapa, rasanya sayang banget ini cerita udah 45% tapi malah nganggur. Jadi, aku putusin repost dengan versi baru.
Dan ya, dibawah ini tokoh utama di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗟𝗔𝗕𝗥𝗬𝗡𝗧𝗛𝗜𝗡𝗘 [New Version]
Ficção Adolescente[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] Kenyataan buruk Reizo adalah ketika Shenora hilang dari teritorinya. Entah kemana, tak ada kabar sedikit pun. Sampai ia tahu dimana Shenora, tapi lagi-lagi ia harus menerima kenyataan bahwa Shenora kehilangan ingatan...