LABRYNTHINE 12
Sampai kapan pun kamu akan selalu jadi favoritku, tak akan bosan, karena segala tentangmu adalah candu.
𝓱𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓻𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰
Reizo baru kembali ke rumahnya saat waktu sudah beranjak malam. Setelah pulang sekolah ia ke apartemen Shenora untuk menjadi guru les seperti yang ia janjikan pada gadis itu.
Cowok itu melempar tasnya sebelum duduk di tepi ranjang. Tangannya memijat pangkal hidungnya saat pusing di kepalanya kian terasa. Reizo berdecak, ia sangat benci dengan kondisi imunnya yang sedikit lemah, membuatnya mudah sakit.
Helaan napas kasar terdengar dari bibirnya. Reizo bangkit dan turun ke lantai dasar. Ia membutuhkan obat pereda nyeri dan segelas air putih. Langkahnya terhenti ambang pintu dapur, cowok itu menarik sudut bibirnya melihat kedua orang tuanya di sana, bercanda dan tertawa bersama.
"Mau apa?" tanya Ruzain menyadari kehadiran putranya itu.
"Minum," jawab Reizo. Cowok itu menatap mamanya sebelum melangkah dan mengambil segelas air.
Rene menatap lamat wajah Reizo. "Kamu sakit?" tanyanya terdengar khawatir.
Reizo tersenyum. Cowok itu lantas menggeleng pelan. "Enggak, cuman pusing aja."
"Suruh siapa hujan-hujanan," ujar Ruzain. Jemarinya terlihat memilin-milin ujung rambut Rene.
"Kamu ujan-ujanan, Reize?" Rene menghela napasnya. Ia beranjak keluar, walau tak lama kembali dengan membawa obat pereda nyeri untuk Reizo. "Minum, abis ini istirahat, oke? Kalau masih sakit atau butuh sesuatu, bilang."
Reizo mengangguk. "Oke, Mom." Ia meneguk segelas air dan obat pereda nyeri. Cowok itu bisa merasakan tatapan Ruzain padanya.
"Kemarin kamu kemana?"
Reizo menatap Ruzain sejenak. "Shenora," jawabnya santai.
"Jangan keluar batas," peringat Ruzain. Mau seintim apapun skinship, jangan sampai merusaknya, itu yang selalu Ruzain tanamkan dalam diri putranya itu.
Reizo tersenyum miring. "Sama seperti papa."
Ruzain mendengus mendengarnya. Ayahnya memang menceritakan segala tentangnya pada Reizo. Menyebalkan? Memang, lagipula kapan Ayahnya tidak menyebalkan?
Rene terkekeh kecil. "Like father, like son, papa," ucapnya pada Ruzain, membuat lelaki itu menoleh. "Sayang."
"Apa?" balas Rene. Ia tertawa melihat wajah masam Ruzain. "Bener, kan?"
"Iya-iya, aku kalah," pasrah Ruzain. Lelaki itu tak menampik bahwa segala kegilaannya bisa saja juga dilakukan oleh putranya itu.
Ruzain menggapai tangan Rene dan menariknya hingga wanita itu duduk di paha kanannya. Kedua tangannya beralih memeluknya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗟𝗔𝗕𝗥𝗬𝗡𝗧𝗛𝗜𝗡𝗘 [New Version]
Ficção Adolescente[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] Kenyataan buruk Reizo adalah ketika Shenora hilang dari teritorinya. Entah kemana, tak ada kabar sedikit pun. Sampai ia tahu dimana Shenora, tapi lagi-lagi ia harus menerima kenyataan bahwa Shenora kehilangan ingatan...