Bandung, 2017.
Dulu, zaman masih jadi mahasiswa. Harus selalu ingat bahwa tugas sebagai mahasiswa itu belajar. Belajar ikhlas mendapat tumpukan tugas dari dosen. Belajar melupakan mantan. Belajar move on dan belajar menerima kenyataan kalau donat itu tidak ada yang tidak bolong. Hahaha! Menjadi mahasiswa adalah sesuatu yang menyenangkan. Masa-masa kuliah. Rambut diwarna-warni. Kuku berkutek, yah ala kadar doang. Buat hiasan tanganku biar tambah manis. Sering dapat teguran dari dosen. Katanya hidup jadi mahasiswa sudah ruwet jangan ditambah ruwet dengan penampilan. Ada benernya juga tapi... yah, namanya juga mahasiswa slengeah, dianggukin dulu besoknya pura-pura lupa. Sering juga bikin kalang kabut sendiri menghadapi dosen yang rewel perkara tugas. Kurang ini kurang itu, harus seperti ini seperti itu. "Nanti ngulang lagi ya, ini kurang sempurna" begitu... sampai aku merasakan sendiri ketika dipanggil sebagai "Buk Dosen." Sedang memeriksa tugas mahasiswaku, nilainya? Menghela nafas saja banyak-banyak. Siklus mahasiswa sepertinya memang, kuliah → pengen dapet nilai bagus → nilai tidak sesuai harapan → ngata-ngatain dosen dari belakang. Begitukah? Sepertinya memang ini siklus turun temurun. Hahaha! Semacam lupa juga kalau dosen juga manusia, bukan dewa.
Aku merasa mereka bukan sekedar mahasiswaku, tapi juga keluargaku. Makanya kepalaku nyut-nyutan kalau ada mahasiswaku kelakuannya aneh-aneh. Terkadang mahasiswaku ada yang seperti ini. Pipis tidak disiram, membuang sampah 'pluk' saja dan ku 'pluk-in' balik sambil bilang, "Kalau tidak bisa buang sampah pada tempatnya silakan anda kunyah sampahnya."
Ada lagi kelakuan beberapa mahasiswa ketika tengah belajar. Separuh diam memperhatikan, segelintir lagi ada yang berbisik-bisik kemudian nular menjadi was wes wos entah ngobrolin apa di pojokan. Pluk-in dengan kepalan kertas baru bisa diem. Pas ditanya garuk garuk kepala yang ga gatal. Aduhai mahasiswaku sayang, yang ditanya apa, dijawabnya apa. Beruntunglah dosenmu ini hanya menanggapinya dengan senyuman tipis.
Ada lagi Arun, mahasiswaku yang sering dapat nilai C dalam tugasnya. Efek motto hidupnya yang selalu santai. Sampai tiap mau ngerjain tugas pasti bilang, "Ah masih lama, selow aja kali masih tanggal berapa, yaelah sans dong bro, santai aja dulu, baru juga dikasih tadi, besok deh gue kebut, dst. Tapi tiba-tiba besoknya lupa, "Apa?! Tinggal besok?" dan akhirnya nge-wa temen nanyain udah belom, biar tinggal copas. Ck ck ck! Kelakuan mahasiswa.
"Tugas dosen ketika mengajar adalah mencari kesalahan mahasiswa."
Bandung, 2017 oleh Freen Sarocha.
...
"Sungguh Miss! Dia pria yang sangat brengsek!"
Aku tersenyum santai mendengar penuturan mahasiswaku. Hari itu jam terakhir kelasku sebelum libur panjang. Mahasiswaku berusaha menjelaskan kenapa dirinya tidak bersemangat di kelasku. Dia ngedumel dan sesekali mengumpat mantan kekasihnya yang baru seminggu telah mengakhiri hubungan dengannya di depanku, dosennya. Ekspresi kesal diwajahnya tidak surut-surut.
"Jadi itu alasanmu melamun di kelas saya?" Tanyaku pelan tapi tidak menghilangkan ketegasanku.
Mahasiswaku mengangguk.
"Kamu tau? Kamu boleh mencaci maki mantanmu itu. Boleh. Asal setelah itu kamu jangan sekali-kali mengeluh susah melupakan sosoknya."
"M-mak-maksud... anda miss?"
"Maksudku, kamu jangan move on tapi setengah-tengah. Awalnya mengatakan dia brengsek, mencaci maki segala perbuatannya padamu tapi setelah itu kamu menangis dan mengeluh susah melupakannya..."
Mahasiswa itu menundukan kepalanya, diam mencerna kata-kataku.
Aku menghela nafas, lalu bangkit dari dudukku.
"Tidak dalam kelasku saja, kamu pun harus tertib dalam perkara move on..." Ujarku sembari menepuk bahu mahasiswaku pelan. Kemudian meninggalkannya di kelas sendirian.
────⋅
KAMU SEDANG MEMBACA
Diksi Rumpang (freenbecky)
Fanfiction"Kita adalah diksi rumpang pada barisan kalimat yang tak pernah rampung kemudian terbengkalai." ─ Freen to Rebecca. .... Berisi catatan singkat masa lalu Freen Sarocha, dosen muda di salah satu universitas kota kembang.