"Kita adalah diksi rumpang pada barisan kalimat yang tak pernah rampung kemudian terbengkalai." ─ Freen to Rebecca.
....
Berisi catatan singkat masa lalu Freen Sarocha, dosen muda di salah satu universitas kota kembang.
Tepat pada tahun 2012, bulan Mei tanggal 10, hatiku resmi menjadi bagian dari Bandung. Misall Tontawan. Gadis kelahiran Bandung - Thailand, penyuka gypsophila. Pacar pertamaku. Bertemu di Palasari, ketika aku mencari sederetan buku-buku sastra untuk penunjang belajarku. Maha benar Bandung dengan segala keindahan dan kenangannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
────⋅
Bandung, 2018.
"Untuk kenangan, bersamamu aku pernah merasakan bahagia, bahagia sebahagianya. Dan karenamu juga aku pernah sakit, sesakit sakitnya. Mari mencari masing-masing sebuah kebahagiaan lain yang tidak lagi tentang kita." ─ Bandung, 2018 oleh Freen Sarocha.
Pukul 00.03 tengah malam. Di awal bulan Mei 2018. Aku duduk dengan pandangan kosong di ruang kerjaku. Pikiranku melayang dengan kejadian kemarin sore. Perkataan salah satu mahasiswaku yang tidak sengaja aku dengar di koridor, membuatku teringat akan seseorang.
"Dia memberimu gypsophila? Benarkah? Aaa... aku iri padamu kkk-"
Gypsophila.
Ya, terlalu banyak kenangan tentang Gypsophila dalam kehidupan hatiku.
Aku menghela nafas, kemudian membuka laci meja kerjaku untuk mengambil secarik kertas usang yang tersimpan rapih diantara tumpukan catatan pribadiku.
Aku kembali menghela nafas berat, diam sejenak dengan isi pikiran yang campur aduk sebelum kemudian melipat kertas tersebut dan menyimpannya ke tempat semula.
────⋅
"Namaku Freen Sarocha. Aku pernah menyukai seseorang yang tak pernah sedikitpun peduli. Dan sekarang aku tak pernah percaya seseorang akan benar-benar menyukaiku. Karena pada umumnya mereka akan memilih pada yang kembali daripada yang selalu ada. Lebih tepatnya, menolak untuk percaya. Karena aku sendiri tahu, bahkan aku saja tidak menyukai diriku sendiri, bagaimana bisa seseorang menyukaiku? Tak banyak hal yang menarik jika itu menyangkut diriku, semuanya nyaris membosankan."